Chapter 3

303 79 28
                                    

"Ap..." belum sempat Suga menyelesaikan kalimatnya, ia tertegun begitu melihat seorang gadis duduk meringkuk di sudut ruangan sempit itu dengan wajah pucat dan menggigil. Tidak salah lagi, gadis itu adalah gadis yang sama dengan yang ia temui tadi malam.

Tubuh kecil dan kurus itu terlihat memprihatinkan. Hampir seluruh tubuhnya kotor karena debu dan pasir yang ada di lantai menempel padanya. Ragu, Suga berjalan mendekat. Pandangannya menjadi semakin jelas ketika wajah tirus gadis itu tampak terlelap.

Suga duduk berjongkok di dekatnya, dipandanginya wajah itu dalam diam. Hatinya terenyuh melihat luka-luka kecil yang ada di sekitar bibir dan matanya. Darimana luka ini berasal? Dan lagi...

Tangan Suga bergerak menyentuh rambut hitamnya yang tergerai jatuh, masih lembab. Apakah gadis ini tinggal disini? Apa sejak tadi malam dia berada disini?

Suga menoleh, memandangi betapa kacaunya ruangan sempit itu. Hanya ada sebuah tempat tidur kumuh dan selimut tipis berwarna putih. Lalu meja kecil di dekatnya dengan keranjang berisi buah dan roti yang sepertinya baru saja di letakkan disana oleh pria asing tadi.

Perhatian Suga beralih pada lantai yang kotor dan berserakan sisa makanan. Tidak, bukan sisa, lebih tepatnya makanan yang hampir utuh dan tidak di sentuh sama sekali. Lalu temboknya...

Suga merasa nyilu melihat banyaknya goresan yang sepertinya sengaja di tulis dengan benda tumpul entah apa. Tulisan compang-camping, seperti anak SD yang bahkan hurufnya tidak bisa di baca dengan jelas.

"Eun... Woo?" gumam Suga ragu, membaca salah satu tulisan itu di dinding.

Mendengar nama itu di sebut, sontak gadis itu terbangun dan tidurnya. Gadis itu mulanya terkejut dan terlihat takut, tetapi beberapa detik kemudian tiba-tiba saja ia bergerak memeluk Suga erat sambil menangis.

"Oppa kau kembali. Kau kembali. Aku rindu sekali. Oppa jangan pergi lagi, aku mohon."

Suga berusaha melepaskan pelukan gadis misterius itu, tetapi tidak bisa. Suga tidak bisa berkeras karena tidak ingin melukainya. Terlebih lagi, gadis itu menangis sesegukan dengan suaranya yang serak membuat Suga merasa sangat iba. Pada akhirnya Suga hanya diam di tempatnya, tidak melawan dan membiarkan gadis itu memeluknya hingga ia puas.

10 menit.

Benar rasanya sudah selama itu tetapi gadis itu masih memeluknya. Kaki Suga sudah terasa kram, tapi sepertinya tidak dengan gadis ini. Meski tangisannya sudah berhenti sejak beberapa menit yang lalu tetapi ia tak kunjung melepaskannya.

Suga menyentuh pundak gadis itu lembut, mencoba untuk menyapanya dengan benar. Tapi yang terjadi setelahnya justru membuat Suga terkejut setengah mati. Gadis itu tiba-tiba saja jatuh terkulai, tubuhnya merosot hingga ke pangkuan Suga. Dia tidak sadarkan diri.

"Apa? Kau lagi?!" tegur seseorang tiba-tiba.

Suga menoleh, di pintu masuk mercusuar terlihat seorang wanita parubaya yang tidak lagi asing bagi Suga, itu ada bibi Ahn yang memiliki toko cinderamata di pasar waktu itu.

Bibi Ahn berjalan tergesa-gesa menghampiri Suga dan meraih tubuh kecil gadis itu. Ia terlihat panik, namun meski begitu ia berusaha keras untuk tidak menunjukkannya.

Bibi Ahn membopong tubuh gadis tadi menuju tempat tidur di ikuti Suga yang masih kebingungan. Suga mengekor di belakang, ia bisa merasakan tatapan tidak suka bibi Ahn padanya.

"Bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk tidak datang ke tempat ini?!" ucapnya marah sembari merapikan pakaian gadis tadi dan menyelimutinya.

"Aku minta maaf tapi...." Suga bahkan belum sempat menyelesaikan ucapannya ketika bibi Ahn memotongnya.

TERRITORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang