Satu

3.1K 120 3
                                    


Pukul 14.00 WIB, di Ponpes Al-Ikhlas.

Terlihat dihalaman pesantren, beberapa santri satu persatu datang memasuki wilayah pesantren, karena waktu liburan sudah berakhir.

Rifqi tengah berada di pos jaga, yang berhadapan langsung dengan halaman pondok pesantren Al-Ikhlas, sehingga tanpa sengaja-pun membuat ia melihat langsung kedatangan para santri.

Ada yang menenteng kardus, ada yang menggendong ransel besar, ada yang membawa kantong kresek hitam dengan ukuran yang tidak bisa dibilang kecil, dan bermacam-macam lainnya.

Hal ini sudah menjadi suatu hal yang lumrah di kalangan pesantren, jika musim kedatangan para santri sudah tiba.

"Kang, kang Rifqi!"

Salah seorang santri tak lupa dengan kitab ditangannya terlihat lari tergopoh-gopoh, menuju kearahnya.

"Nggeh, ada apa mar?" Tanya nya pada santri yang biasa dipanggil dengan nama Ammar itu.

Ammar terdiam sejenak, demi mengatur nafasnya yang nampaknya sudah tidak teratur.

"Sampeyan di cari-cari sama abah, dari tadi teng ndalem" ujar nya, dengan bahasa yang dicampur-adukkan antara bahasa Indonesia & Jawa.

Rifqi pun terkekeh, karena merasa  geli dengan tingkah santri baru itu, dia sendiri memaklumi karena Ammar memang berasal dari Jakarta & lagi pula dia baru 2 bulan pindah kesini sehingga belum terbiasa dengan bahasa jawa, namun tetap saja baginya itu suatu hal yang lucu.

"Dicariin gimana to mar?".

"Ya aku ndak taulah kang, yang jelas abah keliatan buru-buru, kaya mau pergi gitu" kata Ammar, dengan mengingat-ingat ekspresi Kyai Abdillah.

"Yo mpun lah, kulo lajeng mlebet teng ndalem mawon".

"Nggeh kang, monggo".

"Yo Mar, Assalamu'alaikum". Lanjut Rifqi dengan berlalu menuju ke kediaman kyai Abdillah.

....  ....  ....  ....

"Assalamu'alaikum" Rifqi langsung mengucapkan salam, begitu dia tiba di ndalem dan melihat kyai Abdillah.

"Wa'alaikumussalam, mriki Rif" jawab Kyai Abdillah & langsung meminta Rifqi mendekat.

"Abah saniki wenten acara teng panggonane kyai Masduqi Mahfudz" Kyai Abdillah menghela nafas sebentar.

Dan Rifqi hanya mendengarkan dengan ta'dzim.

"Abah titip pesantren lan santri-santri sareng sampeyan, mengkin dibantu kalih Aiza" Lanjut kyai Abdillah.

Rifqi terkejut bukan kepalang.

Bukan!..  iya!!.. dia bukan terkejut karena  diamanahkan oleh Kyai Abdillah untuk menjaga pesantren, melainkan karena salah satu ning-nya itu , iya ning Aiza, salah satu putri dari gurunya itu, yang tak lain dan yang tak bukan adalah putri Kyai Abdillah Sahlan.

"Kenapa harus dengan ning Aiza, bukan dengan kakak nya atau yang lainnya saja" dalam hati ia bergumam.

Seperti mengetahui isi pikiran santrinya itu, kyai Abdillah melanjutkan.

"Rahmah KKN di Malang, wis pun sampeyan kalih Aiza mengkin di bantu kalih mba-mba pengurus" sahut kyai Abdillah.

"Nggeh bah" jawab Rifqi Ta'dzim , dan dengan segala pikirannya yang semakin bercabang.

...  ...

Tbc.

Typo masih bertebaran dimana-mana,,

Harap Dimaklumi!!🙏😁

Kalo ada yg salah..  beritahuu saja .. Ok Guys!👍😉

REAL GUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang