Hello.. Ada yang nunggu next chapter REAL GUS ngga nih ??😉 (Ngareep😅),,
Cuus langsung baca aja deh..😉
Maafkeun,, masih penulis amatir😌Happy Readings guys ..
Love all💖
... ... ... ...
Aiza terlihat terburu-buru membereskan barang-barangnya dan memasukkannya kedalam tas setelah rapat selesai. Karena saat ini matahari sudah terbenam, yang artinya akan beranjak malam.
Walaupun di PKM masih banyak anak-anak yang ngumpul, termasuk ketua HMJ IAT, atau anak-anak biasanya pada manggil dengan sebutan Pak ketu.
Namun barusan, Nizam adiknya, menelpon dirinya. Mengatakan sudah menunggu di luar gerbang kampus.
Iya, karena Aiza sebelumnya sudah menelpon Nizam, untuk menjemput dirinya sebelum waktu maghrib tiba.
Dan sebenarnya, Pak ketu juga sebelumnya sudah menawarkan akan mengantar Aiza. Namun, menurutnya itu suatu hal yang tabu bagi perempuan ber dua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya, maka dari itu Aiza menolak.
"Za, apa mau di antar sampe gerbang kampus?, ini lumayan udah gelap", tawar Faiz, yang tak lain adalah Pak ketu.
"Pepet terus pak", celetuk Ahmad tiba-tiba, yang langsung di hadiri tawa anak-anak diseluruh PKM.
"ngga usah kak, ngerepotin. Lagian aku bisa jalan sendiri" cengir Aiza, mengabaikan celetukkan Ahmad tadi.
"udah Zaa, di anter aja, lagian udah gelap juga, Pak ketu juga ngga keberatan. Mana ada ngerasa di repotin, wong dia nya aja nawarin diri ko, njagain kamu seumur hidup-pun juga bakal di jabanin" sahut Nuril, yang semakin menimbulkan keriuhan di ruang PKM.
Sudah bukan hal yang aneh lagi dikalangan anak-anak HMJ IAT, bahkan mungkin di seluruh Fakultas, bahwa Muhammad Faiz Abdillah, atau yang biasa di panggil Pak ketu oleh anak-anak HMJ, atau anak asal dari Jakarta ini menyukai Aiza dengan terang-terangan.
"bener Nuril, Zaa. Mending kamu di anter pak ketu aja sampe gerbang kampus, lagian cukup jauh dari sini ke jalan, udah sepi ", dukung Syifa.
"udah gih sana, Aku sama Syifa kan naik motor, kamu nanti sama siapa? Kalo aja arah rumahmu sama Kos kita berdua sama, kita jabanin deh bertiga naik motor, biar kaya cabe," tambah Nuril, dengan di iringi tawa anak-anak di PKM.
"Jangan di samain Aiza sama kamu Ril, beda jauh" sahut Faiz, yang langsung di tanggapi riuh tepuk tangan dan suit-an oleh anak-anak lainnya.
"iya-iya, percaya aja sih yang belain pasangannya" gelak Ahmad.
"udah lah, aku permisi pulang" sahut Aiza tiba-tiba, dan langsung bangkit dari duduknya, keluar ruangan.
Dan atmosfir ruangan-pun langsung berubah. Yang tadinya riuh dengan gelak tawa, saat ini keheningan yang mendominasi, semuanya langsung terdiam.
Tak ada suara, tak ada gelak tawa yang tadi sempat mengisi seluruh PKM, semuanya membisu. Bahkan suara hembusan nafas dapat terdengar di ruangan ini, karena keheningan yang benar-benar tercipta oleh situasi.
"mmm, Pak ketu ngga ada niatan mau nyusulin Aiza?", tanya Syifa tiba-tiba, mencoba membuka suara karena keheningan yang sempat tercipta.
"Eeh, ii-ya iya .. Saya pamit dulu, mau nyusul Aiza", jawab Faiz salah tingkah, dan langsung beranjak pergi dari tempatnya saat itu juga.
"mendingan kita juga pada pulang sekarang", usul Ahmad, terlihat serius.
"mm, iya deh, ayo pulang Ril", ajak Syifa, pada Nuril.
Setelah Syifa dan Nuril pulang, satu persatu anak-anak yang lain pun menyusul, pulang ke tempatnya masing-masing. Kecuali Ahmad, ia yang paling akhir pulang, karena tugasnya mengunci PKM.
.... .... ....
Di lain tempat, Faiz tengah berusaha membuka percakapan dengan Aiza, yang sepertinya masih terlihat marah.
"Za, saya anter ya sampe luar gerbang kampus", ucap Faiz akhirnya, setelah memberanikan diri membuka suara.
Namun sepertinya Aiza tidak ada niatan untuk membuka suara, ia hanya fokus berjalan.
Meskipun pertanyaan sekaligus pernyataannya tidak di indahkan oleh Aiza, Faiz tetap melaksanakan niatnya untuk mengantar Aiza hingga luar gerbang kampus. Karena menurutnya, Diam berarti iya.
Dalam perjalanan-pun tak ada suara ataupun senda gurau. Keduanya di sibukkan dengan pikirannya masing-masing. Hingga tak sadar, gerbang kampus pun sudah terlihat.
"Zaam", teriak Aiza, setelah sileut adiknya terlihat oleh penglihatannya.
Namun pupil matanya langsung melebar ketika melihat adiknya tidak sendiri, ia ditemani oleh seseorang yang postur tubuhnya sudah tidak asing lagi.
Aiza menduga-duga, apa dia seperti seseorang yang ada di pikirannya, Aiza tak dapat melihat wajahnya karena orang itu membelakangi dirinya.
"Mba Aiz," panggil Nizam, setelah melihat Aiza.
Seseorang di samping Nizam-pun langsung menoleh. Sebelum Aiza mengeluarkan suaranya karena terkejut, ada seseorang yang lebih mendahului Aiza.
"Rahmah!.. benarkan?" tanya Faiz tiba-tiba.
"Sampeyan kenal sama mba Rahmah ka?", tanya Aiza, terlihat bingung.
"iya dek, kita sering ketemu kalo kumpul PMII di luar", Jawab Rahmah, mewakili Faiz yang sepertinya masih terlihat bingung.
"Tunggu,, tunggu,, Mba!,, Dek!?" tanya Faiz, mengerutkan dahinya, dan sepertinya ia mulai menerka-nerka.
"iya", sahut Nizam, nimbrung.
"Mba Rahma, mba Aiz,, and aku. kita bertiga kakak beradik", tambahnya lagi.
"aaah, pantes waktu saya pertama kali lihat Aiza, ko kaya pernah lihat dimana. Ternyata adiknya Rahmah, dunia emang sempit", ujar Faiz akhirnya.
"eeeh,, gus, disini!" teriak Rahmah tiba-tiba.
"gus?!" tanya Aiza dan Faiz berbarengan. Membuat mereka berdua kebingungan.
Karena pasalnya yang Rahmah panggil itu kang Rifqi, yang notabennya santri ndalem.
"Apa selama ini ia ketinggalan berita, sehingga tidak tau hal sepenting ini sama sekali", tanya Aiza dalam hati.
Dan bagi Faiz, Rifqi adalah anak DEMA, dan rekan satu organisasinya. Dan bagaimana Aiza, serta Rahmah bisa kenal Rifqi. Adapun jika memang karena Rifqi cukup famous dikalangan mahasiswa, tapi sepertinya mereka terlihat cukup dekat. Eeeh,, atau itu hanya prasangkanya saja, pikirnya.
"eeh", itu suara Rifqi yang terdengar kikuk.
"jadi,, Riif.. eh sorry, maksudnya Gus Rifqi" ujar Faiz, yang sepertinya mulai menginterogasi.
"bisa di jelasin, ini maksudnya apa?", tanya-nya lagi, meminta penjelasan.
Rifqi mulai kebingungan, sedangkan Aiza & Nizam memilih menunggu apa yang akan di jelaskan oleh kang ndalemnya itu, dan Rahmah ia lebih memilih diam- atau ia akan salah berbicara lagi.
"kamu ini, kaya ndak biasanya", ujar Rifqi akhirnya.
"aku kan biasa sering di panggil 'gus' sama anak-anak, ya untuk lelucon aja", ujarnya lagi.
"Tapp- ", suara Faiz langsung terpotong oleh suara Rifqi, atau lebih tepatnya sengaja di potong olehnya, supaya tidak timbul pertanyaan yang lain.
"nggeh pun, ayo kita pulang saja, udah adzan maghrib", kata Rifqi, sambil melangkah menuju mobil, meninggalkan forum yang sempat mengintrogasinya.
----- ----- ------
Tbc,.
----- ----- ------Maaf guys,, baru bisa update sekarang😣
Karena hp nya rusak, terus sekarang2 disibukkan dengan kuliah online & persiapan uts-uas.
Jadi maapkeun banget ya guys😥
--------- --------- ----------Ok. Jangan lupa, Saran dan bintangnya di pojok kiri😌
Love u All😘
KAMU SEDANG MEMBACA
REAL GUS
RomanceSebuah Pencarian Yang Tidak Akan Ada Akhir! Sebuah pengembaraan untuk mencari jati diri! Dan Sebuah Cinta-kasih yang harus di korbankan! Tanpa Nama, tanpa Nasab, & tanpa Seseorang di sampingnya.