Enam

1.1K 56 9
                                    

Cuus,, Langsung Baca aja Gaess😊

Happy Reading 😉

......  ......  ......

Langit semakin gulita, dan jalanan pun semakin lengang. Bahkan di warung pun hanya terlihat beberapa anak yang sedang mengotak-atik laptop, ya seperti biasa, anak kuliahan yang mengejar deadline atau sebaliknya.

Ya Faiz kini tengah berada di salah satu pojok warung itu, namun berbeda dengan beberapa anak yang berada di sekitarnya. Ia hanya bermain-main dengan handpone-nya, naik-turun naik-turun, ya begitulah seperti suasana hatinya yang di liputi banyak tanda tanya.

Apa yang tidak aku ketahui tentang Aiza dan Rifqi? gumamnya.

Ada apa dengan mereka berdua? Apa yang aku lewatkan selama ini?, gumamnya lagi, Ia bertanya pada dirinya sendiri.

Hatinya kini di penuhi dengan berbagai spekulasi, setiap ia memikirkan kejadian tadi, maka akan timbul lagi berbagai macam pertanyaan, yang pada akhirnya membuat ia semakin merasa frustasi.

"Apa aku tanyakan langsung pada Rifqi?", akhirnya bermonolog.

"Tapi kalo Rifqi tanya balik?" ujarnya lagi, terlihat bimbang dengan perkataannya sendiri.

"aaarrghh" teriaknya tiba-tiba, dengan menggaruk-garukkan kepalanya, cukup keras.

Faiz semakin terlihat frustasi, bahkan mengabaikan orang-orang di sekelilingnya yang kini semuanya tengah menatap dirinya, dengan rasa bersalah- ia langsung meminta ma'af karena menimbulkan kebisingan.

Pada akhirnya ia mulai menelungkupkan kepalanya di atas meja. Sepertinya otaknya mulai tidak waras, ia butuh istirahat untuk menyegarkan pikirannya.

Oke, aku harus pulang, mandi, tidur. Dan pagi nanti, aku harus cari tau. Ucapnya dalam hati, ia mulai bertekad.

Sebelum beranjak dari meja-nya, ia menghampiri penjaga warung, membayar makanan yang di pesannya tadi. Dan langsung melesat dengan motornya, meninggalkan ke-galauan yang sempat membuatnya sulit untuk berpikir secara normal.

......  ......

"Allahu Akbar, Allahu Akbar", gema adzan shubuh mulai terdengar di tiap-tiap masjid sekitaran pesantren.

Begitupula di masjid pesantren, sudah terlihat beberapa santri yang tengah bermunajat pada Rabb-nya.

Namun ada pula santri yang kebluk alias susah bangun, dan masih bergelung dengan gulingnya.

"mba-mba sedoyo, banguun mba", teriak seseorang, yang sudah rapih mengenakan mukena dan tak lupa sampiran sajadah di pundak-nya.

Dan terlihat tangannya-pun membawa gayung yang berisi air, serta sendok di dalamnya. Tentu saja untuk membangunkan santri kebluk.

Dengan suara cemprengnya, ia mulai berteriak lagi.

"nek nda pada bangun, saya kasih minum satu-satu, sampe bangun!, tadi kamar sebelah sudah ada yang saya kasih minum loh", ancamnya, dengan di iringi suara ketukkan cukup keras, tapi tidak sekeras suara cemprengnya.

tuk-tuk-tuk-tuk. Ayo mba bangun mba.

"mba bangun mba, ayo mba pada bangun, nanti di ta'zir loh ngga jama'ah", ucap beberapa santri membangunkan temannya, namun di tanggepi ke-enggaan mereka yang masih kebluk, meskipun suara sekeras itu.

"mba ayo mbaa, bangun. Ayo mba pada bangun. Nanti di siram", teriak temannya yang masih terlihat sabar.

"iiihhh, gua masih ngantuk, lima menit lagi dah", ucap Leha yang merupakan anak jakarta.

REAL GUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang