"Papa udah urusin kepindahan kalian"Ucap pria paruh baya tersebut dengan menyerahkan beberapa file
"Pa.. Kenapa sih pa?! Airin sama Jihan itu ga mau pindah!" Sahut gadis yang sedang membuka file yang di beri papanya gadis satunya hanya melihat dengan mata berkaca kaca
"Papa cuma mau kamu dan adik kamu jadi pinter nita.." Pria paruh baya tersebut berkata dengan tegas
Airin berdiri menunjuk papanya, "Nggak mungkin! Papa mau nikah lagi kan?!" Selama hidupnya Airin ngga pernah sekali pun nunjuk papanya, jangankan nunjuk ngomong keras dikit aja ngga pernah dan sekarang semua itu terjadi
"Kata siapa kamu? Jangan sok tau! Kamu masih kecil. Mending sekolah yang bener, jangan ikut campur urusan orang tua!" Papanya kembali menunjuk Airin
Air mata Airin menetes, hatinya sakit karena papanya bilang jangan ikut campur urusan orang tua. Airin ngerasa kalau dia itu ngga di anggap di keluarga ini, dia ngerasa bukan jadi anak papanya, "Airin cuma mau papa bahagia pa! Airin ngga mau nanti papa ngerasa nyesel atas keputusan papa! Airin cuma mau keluarga bahagia pa. Ada Airin ada Jihan ada papa, walau mama udah ninggalin kita"
Papanya berteriak ke arah Airin, "Tau apa kamu tentang keluarga bahagia?! Kamu itu masih kecil! Masih SMA! Urusin sekolah kamu jangan ikut campur hidup papa"
Setelahnya Airin ngga ngomong lagi, Airin duduk di lantai dengan menutup wajahnya, terisak
Tiba tiba Jihan ngomong, "Udah kak Ai.." Kemudian berdiri, "Jihan sebenernya ngga suka bertengkar kaya gini, Jihan benci kalo kak Ai nangis, Jihan benci papa berteriak, marah ke kak Ai, Jihan benci liat papa egois! Selama ini Jihan diam bukan berarti Jihan ga tau juga ga peduli, Jihan tau semuanya!" Jihan menarik nafas
"Papa emang ga pernah merhatiin kita semenjak papa kenal wanita itu, papa cuma ngasih kita fasilitas dan materi tapi kita ga butuh itu, kita cuma butuh kasih sayang papa!" Jihan membantu Airin berdiri, "Jihan terima Jihan sama kak Ai di pindahin, tapi inget pa, Jihan ga bakal mau lagi nginjakin kaki ke rumah ini Jihan juga ga akan mau temuin papa lagi. Jihan ga mau fasilitas dari papa, cabut aja gapapa.. Jihan ga papa, asal papa tau, Papa itu segalanya bagi kita papa itu hidup kita tapi papa nganggep kita apa? Mungkin cuma seperti orang lain?" Air mata Jihan menetes di pipinya setelah ngomong hal tersebut
Papanya terdiam, dia emang salah begitu, hatinya sudah tertutup, hati juga matanya hanya dipenuhi oleh wanita itu. Putrinya sendiri pun tidak pernah ia pedulikan
"Airin sama Jihan pamit. Makasih udah jadi papa yang baik selama ini, Airin ga benci sama papa. Airin sayang papa" Setelahnya Airin berjinjit untuk mencium pipi kiri papanya dan salim ke tangan papa nya
"Jihan juga ga benci papa, makasih juga udah buat Jihan jadi seperti ini. Youre a good father. Jihan pamit" Jihan salim dulu ke tangan papanya setelahnya dia berjinjit mencium pipi kanan papanya
Papanya hanya menatap nanar kearah pintu dan kedua putri kembarnya yang menggeret koper dan tasnya keluar
Dia teringat saat Airin dan Jihan kecil, semenjak kecil mereka dididik dan diajari untuk salim juga mencium pipi orang tua saat mau pergi. Tapi saat ini berbeda.
Irene as Airin
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jisoo as Jihan
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
