"Halo?" Yuris mengangkat telpon yang sedari tadi berdering
"Sayang.. Mama hari ini ngga pulang yah? Hari ini mama lembur, mungkin pulang besok pagi" Ucap suara di seberang telpon
Yuris menghela nafas lelah, "Iya ma," Jawab Yuris
"Maaf yah sayang.. Maafin mama"
Yuris tidak menjawab melainkan langsung mematikan sambungan telpon nya, dia sudah lelah. Dia sudah hafal sikap mamanya itu, tidak ada lembur sebenarnya. Hanya saja.. Mamanya disana untuk menemani dan mungkin melakukan suatu hal bersama kekasih gelapnya
"Dek, mau makan?" Tanya bibi pembantu yang ada di dapur
Yuris menggeleng, "Enggak bi, Yuris mau langsung ke kamar aja" Tersenyum lalu beranjak untuk ke kamarnya. Mungkin dia akan menelpon papanya
Tut.. Tut.. Tut..
"Kenapa sayang?" Tanya papanya setelah telpon di angkat
"Pa.. Yuris boleh ga sih kalo Yuris ikut papa aja?" Ucapnya memandang langit langit kamarnya
"Hmm kok gitu? Emang disana kenapa? Kok sampek Yuris mau ke papa?" Yuris tidak menjawab melainkan menangis
"Hiks pa.. Ma-mama udah jarang banget merhatiin Yuris seperti dulu hiks, mama ju-juga jarang pul-pulang sekarang hiks," Ia berhenti sejenak untuk menghapus air matanya yang terus mengalir, kemudian melanjutkan "Yuris maunya sama papa! Ngga mau sama mama!" Suara Yuris melengking, menandakan dia benar benar sudah merasa marah jengkel dan keputusannya tidak bisa di bantah
"Hhhh sayang.. Dengerin papa.. Yuris jangan nangis yah? Oke oke besok papa jemput Yuris. Yuris tinggal sama papa. Udah yah? Sekarang.. Oh udah malem ternyata, tidur yah sayang besok sekolah. Jangan khawatir dan jangan terlalu dipikirin besok papa kesana. Jaga diri baik baik papa sayang Yuris"Papanya tidak akan menanyakan kenapa Yuris bisa begini begitu untuk saat ini karena yah.. Hati Yuris sedang kacau, mungkin besok
Setelah mendengarkan omongan papanya hatinya sedikit merasa lega walaupun tidak sepenuhnya. Yuris masih marah dengan mamanya, selalu saja begitu, alasannya tidak pernah berubah. Padahal Yuris pernah ke kantor mamanya ditemani dengan bibi untuk memastikan mamanya benar benar lembur atau ada hal lain dan ternyata yang dilihat Yuris adalah.. Mamanya di cium sebelum masuk ke mobil pria tadi..
Yuris sempat mengira bahwa memang pekerjaan mamanya membutuhkan banyak tenaga, Yuris tidak pernah tau apa pekerjaan mamanya, yang Yuris tau hanyalah mamanya bekerja pada sebuah gedung. Itu saja. Tidak ada yang lain.
Yuris terbangun saat pukul 5 pagi, masih gelap, biasanya jam seperti ini bibi sudah masak dan melakukan hal lain. Tapi ini masih sepi.
Melangkah melewati dapur, tiba tiba saja Yuris berhenti dan melihat pemandangan paling tidak mengenakkan dan juga membuatnya menahan segala gejolak dalam dirinya
Tau apa? Yuris melihat kamar mamanya yang sengaja ataupun tidak sengaja terbuka. Dan di dalam, di ranjang, mamanya di peluk oleh seorang pria yang sama dengan yang mencium mamanya sewaktu dia datang ke tempat kerja mamanya
Hati Yuris begitu sakit melihat itu, perceraian mama dan papa nya yang sudah 2 bulan lalu membuatnya drop dan mental nya melemah. Dia tidak suka melihat papanya yang selalu di salahkan, dia tidak suka itu, padahal nyatanya mamanya lah yang memulai segalanya-Kesalahan bermula-dan yang menerima akibatnya adalah papanya
"Berharap cepat pagi dan papa akan menjemput untuk keluar dari lingkaran setan ini!" Gumam Yuris dan melangkah menuju dapur tidak mengidahkan kalau kalau nanti mamanya akan terbangun
"Lagian ini bibi kemana sih?! Apa mungkin di usir ya? Supaya bisa main kuda kuda an sama pacar barunya itu?" Yuris menggerutu. Walaupun dia masih SMP cara berfikir dia tidak kekanakan seperti teman temannya
Jam 6 bibi ke rumah, dan saat itu mamanya keluar kamar memasang wajah palsu dan berkata, "mama tadi pulang shubuh sengaja ga kasih tau dan ga bangunin kamu supaya surprise"
Yuris hanya mengangguk malas dan berjalan ke arah meja makan untuk segera menyelesaikan makannya dan bersiap siap karena papanya akan menjemputnya jam 7
Setelah mandi dan menyiapkan seluruhnya-seragam dan kepentingan lain-Yuris keluar dan saat melewati ruang makan mamanya memanggil
"Sayang!" Panggil mamanya tapi Yuris seolah tuli dan terus berjalan ke arah teras rumah
"Dipanggil kok gak nyaut sih?" Mamanya sudah berdiri di depan Yuris dan mengangkat sebelah alisnya bingung
"Mau ngapain emang? Mau ngenalin pacar mama? Yuris udah tau kok ma walau mama ngga ngenalin ke Yuris," Ucapan Yuris menohok hati mamanya, tetapi mamanya terus menatap Yuris
"Yuris pamit sekarang Yuris udah ga akan ganggu mama lagi kalo mau pacaran, Yuris juga mau ngomong, kalo keadaan bisa di rubah, Yuris bakal ngubah saat Yuris masih berumur 1 tahun. Yuris kangen mama sama papa kaya dulu, tapi.. Itu semua ga bisa kan? Sekarang Yuris ngerti. Yuris ngga pernah sekalipun nyesel kayanya kalo mama sama papa cerai, Yuris bahagia, Yuris bisa ngeliat papa ga akan sedih lagi tiap harinya,"
Setelahnya Yuris mengambil tangan mamanya untuk salim, sang mama masih diam ngelihat anaknya bicara seperti tadi, "Yuris pamit. Yuris sayang mama. Kalo nikah nanti jangan lupain Yuris sama papa ya ma? Kasih undangan, tuh papanya Yuris udah jemput bye mama!" Yuris melambaikan tangannya keluar gerbang dan memasuki mobil papanya, karena emang Yuris tau papanya ga akan sekalipun nginjakin kaki di rumah ini lagi
Mamanya lemes, terduduk di lantai sambil menutup mulutnya agar tangisannya tidak ada yang mendengar, "Kenapa sih?! Bodoh banget! Anakmu itu hiks maafin mama Yuris hiks.. Mama minta maaf banget.." Sesal mamanya
Dia tidak pernah tau perasaan anaknya itu gimana, dia nge biarin Yuris tinggal sama papanya karena mungkin bagi dia itu yang terbaik. Mamanya akan menebus segala kesalahannya menggunakan apapun itu
Yeri as Yuris
KAMU SEDANG MEMBACA
Strongest || Blackvelvet
Random"Kita adalah keluarga" Mereka yang disatukan karena beberapa hal. Membuat mereka jadi keluarga, yang awalnya tidak saling mengenal menjadi dekat