SEPULUH

13.4K 779 28
                                    

SEPULUH

Nafas Ratama terengah-engah dengan jantung yang berdetak cepat. Sungguh amarahnya belum reda sedikitpun padahal dirinya telah mandi dan berendam tadi, agar amarahnya mereda. Tapi, sialnya bayangan mulut babi Dokter Bagus yang mencium lama perut Ana yang membucit tadi terngiang-ngiang dalam pikirannya. Sial! Ratama tidak rela! Aish! Jangan salah paham! Ratama bukannya cemburu, Ratama tidak rela jalang seperti Ana bahagia, karena jalang itu sempat mengandung anaknya bahkan anak haramnya itu masih hidup dalam perut nista perempuan penjilat seperti Ana. Malaikat mana yang mengetuk hatinya menjadi orang bodoh dulu, karena mempengaruhi ia agar menolong gadis dekil dan murahan seperti Ana.

"Aish ! Gue bukan orang tolol, apalagi ngikutin jejak Daddy yang nyakitin Mommy dulu karena wanita jalang!"Ratama menjambak kasar rambutnya karena kesal. Kesal karena hatinya panas melihat Ana duduk dengan pria asing yang bahkan baru ditemuinya. Murahan sekalikan? Ratama yang cowok saja pasti seleksi untuk memilih cewek mana yang bakal dia kencani.

"Apalagi jatuh cinta? Sama virus bumi yang paling berbahaya macam, Ana. Hahaha"Ratama tertawa bagai orang gila diakhir kalimatnya.

"Kayaknya gue gila, kalau gue benaran suka sama dia!"Ratama berucap sinis sambil menatap bayangannya di cermin dalam kamar mandi dengan masih bertelanjang dada dan hanya boxer yang menjadi penutup badan bagian bawahnya.

Dia harus mandi di siang hari gara-gara kejadian tadi dan kencan yang telah ia susun sedari tadi malam harus batal karena amarahnya pada Ana. Ia harus menghubungi temannya, Dodit agar menyiapkan satu cewek lagi untuknya mala mini.

"Gue nggak gila dan normal! Gue nggak suka sama jalang itu. Titik!" Ratama bersungut dengan bayangannya di cermin dan meninju udara meyakinkan dirinya bahwa dia tidak ada apa-apa sama Ana. Apalagi rasa bodoh yang namanya jatuh cinta. Ih, smupah Ratama jijik. Cukup berkomitmen saja, punya anak yang banyak sama istri penurut, bahagia sudah hidupnya. Cinta? Aish! Itu hanya orang bodoh yang mau jatuh cinta.

Hahahah Ratama begitu yakin kalau dia bakal memiliki banyak anak. Lihat saja nanti!

Ratama beranjak dari cermin, dan melangkah keluar dari kamar mandi, Ratama tersenyum begitu lebar melihat mamanya yang telah duduk manis di ranjang. Pasti mamanya sudah dari tadi menunggunya mandi. Oh Ratama bersyukur karena dia tidak berteriak tadi. Kalau iya, habislah sudah, semua kebimbangannya akan didengar oleh mamanya dan itu akan membuat wanita berharga yang dia miliki di dunia ini sedih dan sakit hati.

Belinda terkekeh geli melihat penampilan anaknyan. Nggak punya malu sedikitpun anaknya itu, persis bapaknya.

"Kamu nggak malu, Ram? Tampil kayak artis anu  di depan mama hanya dengan boxer super ketat?"Belinda bertanya geli, dia senang anaknya tidak berubah. Sedari kecil selalu nurut dan semua yang ada dihatinya akan dia curahkan padanya.

Ratama terkekeh mendegar ucapan mamanya.

"Nggak! Ngapain malu? Toh, mama udah lihat Rama dari kecil. Ganti popok segala macam mamakan yang lakukan semua itu? Hm... jadi Rama gak bakal malu" Belinda mengangguk membenarkan ucapan Ratama. Ngapain seorang anak malu pada ibunya. Ya, walau penampilan Ratama memang nggak pantas seperti itu didepan ibunya karena sudah dewasa. Tapi, Belinda tidak keberatan.

"Iyah Iyah,"

"Tapi, boxer-nya jangan terlalu ketat, Rama. Nanti kamu mandul, karena itu kamu sering terhimpit" Belinda berucap serius karena Belinda takut kesehatan Sperma anaknya tidak sehat, mengingat mereka sangat membutuhkan keturunan untuk melanjutkan dunia bisnis rakasasa keluarganya. Keturunan dari wanita baik-baik yang pastinya.

"Siap, Ma. Tapi, please deh, Ma, Rama yakin sperma Ratama itu top cer, sehat dan unggul, sekali masuk langsung jadi. Lihat saja nanti"Ratama berucap bangga. Memang dia yakin kalau dia sehat, toh makanannya sehari-hari dari orok adalah makanan bergizi tidak ada yang puluhan ribu, ratusan ribu saja jarang, intinya makanan yang Ratama makan adalah makanan orang kaya, dan anti sama makanan yang puluhan ribu apalagi ribuan..

Unexpected Child (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang