LIMA BELAS
Ratama mengacak kasar rambutnya dan mengumpat berbagai jenis umpatan kasar.
"sial!" Teriaknya kesal.
pasalnya orang suruhannya tidak berhasil menemukan Ana dirumah sakit manapun. Ratama menyewa detektif untuk menyelusuri pasien yang bernama Ana. Tapi, sialnya yang bernama Ana itu banyak. Gobloklah Ratama karena tidak tahu menahu nama panjang Ana, laki laki itu tak peduli tentang hal kecil pun tentang dari diri gadis malang itu, cukup hanya memanfaatkan tubuhnya saja sebagai saluran nafsu setannya dan Ana menerima uang darinya. Beres! Tidak ada yang dirugikan bukan?
"Bodoh kalian! Jangan harap ada uang sewa kalau kalian tidak berhasil menemukan Ana!"teriak Ratama kesal dan mematikan sambungan teleponnya sepihak.
Dua jam dari menghilangnya Ana dirumah, tepat jam 12 siang, Vano, adik Ana baru pulang dari sekolah. Kening anak laki-laki berumur 9 tahun itu berlipat melihat pintu rumah yang terbuka lebar. Tidak biasanya, biasanya sang kakak akan mengomel apabila dirinya tidak menutup pintu, tapi malah kakaknya sendiri yang membiarkan pintu rumah terbuka lebar.
Perasaan Vano tidak enak, Vano berjalan cepat bahkan berlari kecil, Vano memekik melihat keadaan rumah yang berantakan di tambah ada seorang laki-laki tinggi yang berdiri menjulang didekat sofa lusuh rumahnya. Tampilan laki laki itu terlihat berantakan, Vano penasaran siapa laki laki itu pasalnya laki laki itu berdiri membelakanginya.
"Kak Ana"lirih Vano takut
Ratama yang belum pulang sedari tadi menoleh kebelakang karena mendengar ada suara lirih seseorang. Ratama membalikan tubuhnya dan kaget melihat Vano lah yang ada disana.Begitupun dengan Vano.
"Om Rama"kaget Vano.
"Vano!"Gelagap Ratama.
"Kak Ana, mana Om?"tanya Vano cemas.
Ratama gelapan dan gugup mendengar pertanyaan dari Vano yang menanyakan dimana keberadaan Ana. Dirinya saja tidak tahu.
"Om..."Ratama kaget pasalnya Vano telah mengguncang guncang tubuhnya. Kapan Anak itu melangkah? Tanya batin Ratama.
"Kenapa rumah juga berantakan?"tanya Vano dengan suara cemas.
Ratama lagi lagi gelapan. Rumah berantakan jelas karena perbuatannnya, karena kesal dirinya tidak tau dimana Ana begitupun dengan anak buahnya, jadilah benda-benda tak bersalah itu menjadi sasaran amarahnya.
"Oh berantakan, ya."Ucap Ratama santai dan dia sudah berhasil menguasai dirinya.
"Tenang saja, nanti Om beli yang baru benda-benda yang rusak itu, bahkan rumah yang bagus untuk Vano dan Ana"Ucap Ratama tenang.
"Kamu taukan kalau Om ini orang kaya?"Tanya Ratama bangga dan mendapat anggukan pelan dari Vano.
"Tapi, kak Ana mana?"tanya Vano lagi cemas.
Ratama terdiam sebentar. Muka Ratama tiba tiba sendu dan sedih membuat Vano semakin cemas, bahkan wajah Vano telah pucat dengan keringat yang telah mengalir banyak dari pori-pori kulitnya. Perasaannya tidak enak, apalagi melihat wajah sedih dan sendu Ratama yang tiba-tiba.Ratama menunduk dan membawa Vano kedalam pelukan hangatnya. Tubuh Vano telah bergetar menahan tangis, Vano tau pasti sesuatu yang besar telah terjadi pada kakaknya.
"Tadi pas Om datang ada orang yang make topeng yang suntik kakak kamu"Cerita Ratama penuh dusta.
Vano semakin bergetar bahkan isakan tangisnya tidak dapat ia bendung lagi.
"Om yang baru datang kaget, karena melihat Ana telah disekap. Om mau menolong Ana, tapi orang yang make topeng itu mengarahkan pisau ke leher Ana, jadi Om mundur."dusta Ratama lagi dengan suara lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Child (REPOST)
RomanceLAPAK DEWASA 21+ SINOPSIS UNEXPECETD CHILD Ratama Darmawan berusaha menjaga perasaannya agar tak menyesal karena telah membuat sesuatu hal berupa nyawa seorang anak,darah dagingnya, terbunuh oleh tangannya sendiri, anak yang tak diinginkan sebelumny...