TIGA

20.5K 1.1K 16
                                    

TIGA

hiks...hiks..hiks

Tangisan pilu seorang anak laki laki berusia 9 tahun, membuat setiap orang yang sedang jalan melewatinya bergidik ngeri di tambah dengan pakaian tidur yang dikenakannya hampir di penuhi oleh darah kental yang masih basah.

Tidak ada seorangpun yang menemani dan mendekap untuk menenangkannya. Dia hanya seorang diri menangis dengan duduk meringkuk di depan pintu UGD yang didalamnya terdapat jiwa dan raga kakaknya yang mungkin tengah sekarat.

Tangan kecil kurusnya berusaha mengurai demi uraian air mata yang tiada henti mengalir membasahi pipinya. Dengan tangan kanan yang mendekap erat satu amplop coklat yang lumayan tebal.

"Kakak...Kakak...jangan mati hiksss"Raungnya seorang diri dengan pilu.

Anak kecil yang beranjak Remaja itu bagai anak hilang! Duduk menyedihkan dengan penampilan yang mengenaskan.Kepalanya terasa sangat pening, karena banyak menangis. perutnya terasa melilit karena aroma amis darah yang menyapa penciumannya.

Vano adik kecil Ana shock melihat keadaan sang kakak yang terkapar penuh darah dilantai dengan kesadaran yang telah tiada.'OM MALAIKAT' membangunkannya di tengah malam dari tidur lelapnya. Om Malaikatnya yang menunjukan dan memberitahukan keadaan sang kakak yang telah terkapar dilantai dingin dengan darah yang masih mengalir diantara sela kedua pahanya.

"Vano sayang, Ka-kak A-na terjatuh tadi 'kayaknya' " Ucap Ratama terbata dengan suara yang bergetar menahan tangis.

Acting yang bagus !

Semoga lidahku tidak melilit ! Rutuk Ratama dalam hati.

"Om baru saja datang dan keadaan Ana sudah begini."Lagi Ratama berdusta.

Anak laki laki polos tersebut mengangguk kaku dan segera menjatuhkan dirinya dilantai dan merengkuh tubuh kakaknya yang telah dingin. Tangan Vano gemetar dengan muka memerah menahan tangis.Sedang Ratama hanya berdiri kaku bagai orang bodoh tampa ada inisiatif untuk membantu memanggil ambulance .

Mata bulat beningnya mencari dari mana asal darah yang banyak itu berasal. Mata Vano membulat melihat dari mana asal darah itu keluar.

Vano mendongak dan memandang Ratama bingung.

"Kakak datang bulan, kenapa darahnya banyak tidak seperti biasanya. Kenapa dengan kakak Om"Tanya Vano bingung.

Ratama berdiri semakin kaku mendengar ucapan Vano barusan.

Anak kecil itu tau masalah pribadi wanita? Oh astaga !

Dia keguguran bodoh. Ratama mengutuk dalam hati karena rasa sok tahu Vano.

Pasalnya yang Vano tau darah kakaknya setiap datang bulan tidak banyak seperti sekarang ini. Vano melihat darah itu mengalir dari atas selangkangan kakaknya dan yang seperti kakanya katakan apabila ia melihat darah merah yang tembus dicelana kakaknya, kakaknya mengatakan bahwa hal itu biasa untuk perempuan yang sudah besar dan itu di namakan sebagai datang bulan.

Vano tidak mengerti, masa ada bulan di Celana dalam kakaknya dan bulan memberikan cairan seperti saos pada celana kakaknya.

Aneh dan konyol. Begitulah pemikiran Vano tentang 'Datang Bulan'

Vano mencoba mengguncang tubuh Ana tetapi Ana tidak memberi respon membuat Vano panik dan memandang memohon kearah Ratama agar Ratama mau membawa Ana ke rumah sakit.

"Om...bawah kakak Om, bawa kakak ke rumah sakit. Cepat Om"Mohonnya dengan air mata yang telah mengalir.

Ratama yang bodoh baru menolong setelah sekian lama menonton tampa mau bertindak cepat.

Unexpected Child (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang