masih mujur

13.6K 93 0
                                    

Rahasia #Janda_Bohay

Ke 6

Juki menggigil akibat rasa takut, terlihat dari bibirnya yang bergetar dan gigi yang menggertak. Ia terjatuh dengan posisi duduk. Ingin berlari tapi tak berdaya, betisnya kaku seperti mati saraf. Hanya tangan yang masih dapat ia gerakkan dengan cara mengesot. Kulihat celananya yang mulai basah. Rasa takut membuatnya tak dapat menahan kemih, itu terlihat dari celananya yang basah di seputaran area intim.

Melihat tingkahnya membuatku tertawa menyeringai. Suara tawaku begitu menggelegar meramaikan keheningan di kawasan hutan itu. Terdengar jelas kepakan sayap burung-burung yang terbang menjauh mendengar suara tawaku.

"Si-Si-Siti ... kau?" suaranya terbata.

"Ya, aku Siti. Si Kuyang cantik!" Suaraku terdengar serak.

"A-apa yang kau inginkan?"

"Hihihi. Kau bertanya apa yang kuinginkan?" seringaiku. Sedetik kemudian aku berada di atas wajahnya. "Ini yang kuinginkan." Kukeluarkan taringku untuk segera menancapkan di bagian perutnya.

"Harrggh!"

Belum sempat aku merenggut nyawanya, tiba-tiba sebuah cahaya menyorot ke arah kami berdua. Spontan aku dan Juki menoleh. Cahayanya semakin mendekat hingga membuatku silau tak dapat melihat apapun selain warna putih terang.

Bruuug!

Cahaya itu menghantamku. Membuatku tersentak lalu tergulung ke atas benda itu dan terjatuh ke tanah. Kudengar decitannya yang bergesekan dengan aspal memaksa benda itu untuk berhenti.

Aku mengerjap, berusaha agar tak hilang keseimbangan. Bisa brabe kalau aku pingsan disaat seperti ini. Kulihat Juki yang juga terpental ke tepi jalan. Tampak tiga orang pria keluar dan berlari ke arahnya.

Mataku membelalak, ternyata aku baru saja tertabrak oleh sebuah mobil. Gawat! Segera aku menghindar, bersembunyi di antara semak. Kulihat salah seorang dari mereka berlari ke arahku.

"Mana yah? Aku yakin banget tadi nabrak sesuatu!" Lirih kudengar ia bergumam. Kumiringkan sedikit kepalaku untuk sekadar mengintip. Tampak ia menggaruk-garuk kepala sambil terus mengedarkan pandangan, mencari jejakku. Segera kutegapkan kembali kepalaku, khawatir ia melihatku.

"Nemu gak, Yan?" seru salah seorang kawanannya padanya.

"Gak ada!" Ia menyahut lantang.

"Ayo, buruan naik. Kita harus segera bawa pria ini ke Rumah Sakit!"

"Iya-iya!" Pria yang mereka panggil Yan itu berlari ke arah mobil, menghampiri kawanannya setelah merasa pencariannya tak menghasilkan apapun. Fiuuh! Aku menghela napas lega.

Kudengar tapak kaki mereka semakin menjauh, dan terdengar suara mesin mobil yang mulai menyala.

"Eh-itu motornya gimana?" seru salah seorang dari mereka.

Deg! Mampus gue! batinku. Bukankah tubuhku masih ada di sana. Oh Tuhan! Bagaimana ini?

"Ah-belakangan aja! Gampang itu urusannya! Sekarang kita perlu selamatkan nyawa orang dulu, nih!" rutuk salah seorang dari mereka. "Ayo, buruan jalan!"

"Selamaaat!" Aku kembali menghela napas

Bersambung ....

Rahasia Janda BohayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang