Rahasia
#Janda_BohayKe 10
Lagi pengen ngelawak, semoga aja berhasil bikin kalian ngakak. Insya Allah sudah lepas dari yang namanya sara, pornografi, eljibiti dan semua kawanannya. Maaf gaje, efek otak lelah setelah beberapa pekan ikut ipen kagak pernah menang.
******
Adrian terus menyeret sambil memegang pergelangan gue. Tak dipedulikannya gue yang terus meronta, meminta dilepaskan genggaman. Tapi ia justru terkekeh.
"Bang, pliiis. Lepasin, dong." rengek gue.
Berhasil. Si Cogan brondong kini menghentikan langkahnya, lalu menatap gue lekat. "Bentar aja, Neng," bujuknya.
"Emang kenapa sih, kok Eneng musti ikut?" Kesal sekali rasanya gua sama dia.
"Takutnya aja, kalo misal entar Eneng hilang, gimana? Atau ada yang niat jahat lagi, hayo?" Dia tertawa meledek.
"Jih, si Abang ada-ada aja, Eneng kan bukan anak kecil, Bang." Cuma anak curut. Eh.
"Ikut aja napa sih, Neng? Bentar aja kok. Mau yaa?"
"Ish, Abang gak ngerti sih. Eneng kan masih trauma, Bang." Ia terdiam sejenak, gue lihat rautnya yang mulai prihatin. Apa barusan dia berpikir membenarkan kata-kata gue? Ah entahlah. Gue pasang wajah semelas mungkin berharap kemenangan berpihak pada gue. Dan ... berhasil. Tampak sorotnya yang mulai luluh. Yeesss!
"Maafin Abang ya, Neng. Abang lupa." Mendengar penuturannya, mendadak batin gue bersorak riuh. Yahuuu! Akhirnya berhasil juga gue lolos dari bujukan maut ini.
"Siti?" Sedetik sorakan riuh itu menghilang sesaat setelah mendengar suara wanita yang kurang asing menyebut nama gue. Deg! Kutu kupret! Cobaan apa lagi ini? Baru juga kelar lewatin satu rintangan.
Tapi entah kenapa, suara yang memanggil itu begitu familiar. Sontak perasaan gue jadi gak enak. Tenggorokan cekat, berasa habis ketelan pohon salak, eh biji salak.
Gue memutar kepala perlahan. Mencari tahu sosok suara yang baru aja nyebut nama gue. Dan begitu berhasil melihatnya, mendadak kepala gue menjadi sakit, kek banyak tawon muter-muter depan mata. Haaiisss Kutu penyet, mimpi apa gue siang ini?
"Eh, Mak Ijah!" tukas gue pelan. Berasa garing mulut ini mengucap namanya.
"ngapain lo ke sini, Ti? Jangan bilang lo mau jenguk Bang Juki ye? Gak usah deh, dia gak butuh dijenguk sama cungut kek elo!"
Buset dah, pedas amat tuh mulut si kadal betina. Eh, ngomong-ngomong, cepat juga ya dia nyampe di mari. Kan baru juga tadi habis belanja gorengan di warung gue? " Eggak, Mak. Aku ke sini bukan niat jenguk kok, cuma ...." Belum sempat gue melanjutkan, spontan Adrian menyela.
"Ibu kenal sama Neng Siti ini?" tanya si Brondong antusias.
"Ya kenallah, dia kan wanita paling ganjen sekabupaten!"
Lodeh basi! Apaan? Ganjen sekabupaten?
Adrian terkekeh. Kamvret, ngeledek lagi.
Berkat tingkahnya yang tukang ketawa, ia pun berhasil membuat mimik datar di wajah gue, kek emot yang biji matanya mandang ke atas gitu. Entahlah, terserah kalian gimana bayanginnya.
"Eh, Mak. Saya kemari bukan mau jenguk, cuma kebetulan lagi jalan sama temen yang mau mampir di mari."
"Eleeh, banyak alasan, lo!" sahutnya ketus. Gaya bicaranya kek orang anyan, bibirnya merot-merot. Sambil ngejepit dompet di sela ketek. Dasar Mak Erot!
"Bener kok, Bu. Siti kemari memang karena saya yang ajak." jawab Adrian berusaha membela. Mungkin gak tega melihat gue yang terus-terusan kena bully dari kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Janda Bohay
Misterio / SuspensoAku, Siti. Pekerjaanku sehari-hari hanyalah menjaga warung kopi yang terletak di pinggir jalan di desaku, setiap pagi aku membuka warungku, menyusun gelas-gelas bersih di atas meja. Meletakkan beberapa kue basah dan gorengan yang siap dilahap dalam...