KKN di Kaki Gunung Salak

4 0 0
                                    

Di tengah kesibukan dan pencarian gua dalam kembali menemukan Ara, ada hal yang menarik saat ini dan banyak diperbincangkan. Sebuah cerita tentang pengalaman seseorang dalam melaksanakan Kuliah Kerja Nyata nya. Kisah "KKN di Desa Penari" sungguhlah banyak diperbincangkan di jagad linimasa sosial media. Di kaskus juga ada kisah keren tentang KKN dan ceritanya banyak dibaca. "KKN I'm in love" sisi lain yang terjadi saat KKN. Cinta lokasi sesama anggotanya.
Gua sendiri pernah ngerasain KKN. Di salah satu desa kecil di perbatasan Bogor-Sukabumi. Deket kaki Gunung Salak. Kebijakan kampus dalam menentukan anggota kelompok KKN harus berasal minimal dari empat fakultas berbeda. Dan maksimal per kelompok KKN anggotanya berjumlah 20 orang. Anggota kelompok KKN gua 19 orang dengan 4 fakultas berbeda. Penentuan tempat untuk KKN pun bebas ditentukan oleh kelompok tersebut. Dan kelompok gua memutuskan untuk KKN di salah satu kawasan kaki Gunung Salak.
Kelompok KKN gua menempati rumah yang memang sudah disediakan oleh Kepala Desa di sana bagi mahasiswa-mahasiswa yang melakukan KKN. Sebuah rumah tua namun masih layak huni dengan tiga kamar tidur, satu kamar mandi dan dapur serta ruang tengah yang lumayan luas. Anak-anak perempuan menempati dua kamar tidur, satu kamar tidur lagi diputuskan untuk tempat penyimpanan segala perlengkapan dan kebutuhan kita selama KKN. Sedangkan untuk anak laki-lakinya tidur di ruang tengah secara bersama-sama. Kelompok gua terdiri dari 9 orang mahasiswa dan 10 orang mahasiswi.
Gua bersama tiga teman lainnya yang satu fakultas dengan gua berangkat terlebih dulu untuk menyiapkan rumah yang kami tempati selama KKN. Dan ternyata memang sebuah keputusan yang tepat karena keadaan rumah masih berantakan dan pintu kamar mandinya belum diperbaiki. Maklum saja karena rumah ini ditempati hanya satu tahun sekali.
Rumah yang gua pada tempati berada di ujung pemukiman warga. Berdampingan dengan masjid dan bersebelahan dengan satu rumah yang ditempati oleh salah satu anggota keluarga besar Kades setempat. Namanya Kang Edi, beliau biasanya mengimami sholat lima waktu di masjid tersebut. Sedangkan berjarak 100 meter di depan ada MCK yang biasa digunakan oleh warga. Diputuskanlah kamar mandi di dalam rumah diperuntukan untuk para mahasiswi sedangkan para mahasiswa menggunakan MCK. Untuk menuju MCK ada dua jalur yang bisa digunakan. Satu jalur agak memutar dan jalanannya pun lbh enak namun harus melewati pepohonan besar. Satu jalur lagi lebih dekat namun harus meloncat kurang lebih dua meter tingginya. Karena anak tangga yang disediakan hanya sebesar satu telapak kaki saja.
Untuk hari pertama, kita berempat hanya beberes seperlunya di siang hari. Malam harinya kebetulan ada acara Imtihan yang diselenggarakan oleh madrasah yang juga milik keluarga besar kades di sana. Imtihan biasanya dilakukan oleh sekolah madrasah setelah pembagian raport siswanya. Dan madrasah di sana mengikuti tanggal Hijriah dalam kegiatan belajar mengajarnya.
Hampir tak ada kejadian ganjil selama gua KKN di sana. Hanya malam pertama saja gua mengalami hal yang tidak mengenakan. Kita yang datang berempat lebih dahulu di saat menjelang tidur didatengi seekor burung hantu. Bunyinya yang khas dan kisah misterinya yang terkenal membuat gua dan tiga teman lainnya sedikit ketakutan. Terlebih keberadaannya dekat sekali dengan jendela kamar. Suhu yang sangat dingin dan minimnya aktifitas warga membuat malam tersebut terasa panjang. Tapi untungnya kami tak ada yang melihat penampakan selama pelaksanaan KKN.
Ada satu titik dari bagian rumah tersebut yang tidak boleh ditempati untuk tidur. Lokasinya di ruang tengah tempat gua dan lelaki lainnya tidur. Sudah dua angkatan sebelum kelompok gua KKN di sana pernah tidur di tempat tersebut dan terkena rep-rep (ditindih jin kalau kata orang mah). Gua gak sengaja tidur di tempat itu, karena kondisi sudah lelah karena banyak kegiatan dan tempat lainnya sudah penuh. Gua tidur dan subuhnya malah mimpi basah.
Hal konyol lainnya adalah kalau kita pada kebelet buang air besar di malam hari. Karena wc di kamar mandi airnya gak ada kalau malam jadi kita harus ke MCK. Hampir semua peserta tidak ada yang berani ke MCK di malam hari. Jadi selalu minta ditemani oleh anggota lainnya. Dan pintunya pun gak berani ditutup, karena yang nungguin pun takut karena di luar banyak pohon besar. Ketika kotorannya jatuh terdengar jelas dari luar dan ikan lele yang berada di kolam dekat MCK langsung berebut menyantapnya.
Di suatu jum'at gua pernah tidur di masjid selepas sholat subuh. Jam delapan dibangunin karena lantainya mau di pel. Gua pindah ke teras depan masjid yang dihadapannya hamparan sawah begitu luas. Tidak lama kemudian gua pun terlelap kembali. Bangun-bangun ketika jamaah masjid sudah banyak yang datang. Bukan hanya itu saja, gua juga pernah tidur saat pengajian bapak-bapak setempat. Ketika mahallul qiyam saat jamaah yang lain pada berdiri gua tidur dengan nyenyak senderan di salah satu tiang masjid. Dua hal ini yang selalu gua ingat ketika KKN dahulu.
Sekarang di depan gua ada segelas kopi Liong dari teman gua yang keluarganya tinggal di Bogor. Menghilangkan sedikit kecemasan gua karena tanggal-tanggal awal bulan adalah saat tamu bulanannya Ara datang. Ara ini tipe perempuan yang jika datang bulan harus meminum vitamin penambah darah dan memakan daging merah agar kondisi tubuhnya tetap bugar. Dahulu dia sempat disaranin buat nambah darah dari rumah sakit. Namun tidak mau darahnya bercampur dengan darah orang lain. Hal buruknya adalah Ara suka pelupa. Makanya dahulu selalu gua pesan ke dia selalu sediain vitamin di meja kerjanya. Sekarang gua khawatir namun tidak bisa berbuat banyak. Ara selalu saja ada dalam pikiran gua. Dan dia belum mau kembali menghubungi gua.

le coup de foudreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang