BAB 16

5.2K 242 0
                                    

Ela tersenyum melihat Ali disana, laki-laki itu merentangkan tangannya dan membalas senyumannya. Ela berlari menghampiri Ali dan lalu memeluk tubuh bidang itu. Rasa bahagia tidak bisa dibendung lagi. Ali memeluk tubuh Ela, hingga tubuh ramping itu terangkat. Ali tertawa wanita inilah yang mampu membuatnya bahagia. Ia sungguh bahagia bersama wanita ini. Dipeluknya tubuh itu dengan erat, dan ia lalu mengecup bibir itu, Ela membalas kecupannya.

Ali melepaskan kecupannya. "Mari kita pergi".

"Kita pergi kemana?" Tanya Ela, ia melirik motor harley yang tidak jauh darinya.

Ali merapikan syal yang dikenakan Ela, ia merapikan rambut itu, ditatapnya wajah cantik itu. "Kita keliling kota Luzern" ucap Ali.

"Benarkah".

"Ya, tentu saja. Saya akan mencoba apa yang belum pernah kita lakukan di kota ini".

"Dari mana kamu mendapatkan motor itu?" Tanya Ela penasaran. Masalahnya warga disini lebih banyak menggunakan sepeda, dari pada sepeda motor.

"Saya menyewa di salah satu rental yang tidak jauh dari sini" ucap Ali.

Ela tersenyum, "ya, ayo kita pergi".

"Sebelum kita pergi, saya akan menutup mata kamu dengan ini" ucap Ali, ia memperlihatkan masker mata berbentuk panda di hadapannya.

"Kenapa saya harus memakai masker?".

"Saya ada kejutan untuk kamu".

"Apa itu".

"Jika saya memberitahu kamu, namanya bukan kejutan sayang".

"Saya tidak suka kejutan" dengus Ela.

"Ayolah, kamu pasti senang jika kejutan itu dari saya".

Ela tersenyum, "oke".

Ali lalu memasangkan masker mata itu. Hingga Ela tidak dapat melihat dirinya. Diiringinya Hingga ke jok motor.

"Peluklah saya dengan erat".

Ela lalu memeluk tubuh Ali, ia dapat mencium harum mint dari tubuh Ali. Harum yang sangat menenangkan.

"Oke, sekarang kita pergi, jangan pernah melepaskan saya dalam keadaan apapun".

"Iya" ucap Ela.

Ali lalu menjalankan mesin motornya, ia dapat merasakan pelukkan erat wanitanya. Ali melajukan mesin motornya dan membelah jalan.

Ia sudah menyatu dalam angin, rasa dingin sudah berganti hangat karena pelukkan Ela. Ia menyukai wanita ini, ia bahagia bersamanya. Wanita ini mengajarkan arti bahagia. Wanita ini tidak menuntut banyak untuknya, dan tidak perlu berpura-pura bahagia, yang ia alami dulu.

Hatinya seakan lepas begitu saja, beginilah bahagia sebenarnya yang tidak pernah ia dapat dari wanita manapun, ia ingin seperti ini selamanya.

Bahagia itu ketika tidak hanya, mengingat pertama kali bertemu tapi sekarang malah mendapatkannya. Ali tersenyum, dielusnya tangan yang melingkar di pinggangnya, tangan inilah yang menguatkannya.

Deru mesin motor, melewati jalan. Ali menghentikan motornya di salah satu tempat yang indah, yaitu di tempat wisata puncak gunung Rigi. Tempat itu begitu tenang dan sangat indah, ia bisa menikmati indahnya kota Luzern dari ketinggian. Sungguh pemandangan yang cantik bersama Ela.

Ali mematikan mesin motornya di salah satu parkir, dan ia lalu menatap Ela, melepaskan pelukkan itu. Ali melirik jam yang melingkar di tangannya, menunjukkan pukul 14.21 menit.

Ali membuka masker mata Ela secara perlahan. Ali tersenyum manatap wajah cantik itu, membuka matanya secara perlahan.

Ela menatap disekelilingnya, ia melihat Ali dihadapannya, dan memperhatikan satu persatu tempat itu. Pemandangan yang indah, pepohonan hijau dan danau terlihat dari kejauhan.

"Saya akan mengajak kamu menaiki kereta itu" tunjuk Ali, arah stasiun kereta.

"Kita berkeliling menaiki kereta disana" ucap Ela menunjuk kereta berwarna merah itu.

"Iya".

Ela tersenyum, dan berjinjit mnegecup pipi kiri Ali, "terima kasih".

*********

Kini Ali dan Ela duduk, menatap indahnya kota Luzern dari ketinggian seperti ini. Kereta mulai berjalan, meninggalkan stasiun Funicular.

"Apakah kamu suka?".

"Tentu saja, apakah ini kejutan yang kamu maksud?" Tanya Ela.

"Bukan, tapi disinilah saya ingin memberi kamu sesuatu" ucap Ali, ia menatap intens iris mata itu.

"Apa itu".

Ali tersenyum, dan sepertinya ia tidak peduli dengan para pengunjung menatapnya. Ini merupakan lamaran yang paling norak yan pernah ia lakukan. Ali mencoba berdiri, dan ia para pengunjung beralih menatapnya, karena dirinyalah satu-satunya orang yang berdiri itu.

"Maaf, menggangu aktifitas kalian semua. Saya ingin meminta dukungan kepada semua para pengunjung, untuk melamar kekasih saya" ucap Ali dengan suara meninggi dan tersenyum menatap Ela.

Semua para pengunjung bertepuk tangan, menatapnya. Sepertinya mereka tidak sabar untuk menanti adegan happy ending kisah cinta itu.

Ela tidak percaya Ali melakukan hal itu kepadanya, ia hanya terdiam dan tersenyum atas prilaku Ali yang norak. Ela memandang Ali mengeluarkan kotak kecil bludru berwarna merah, dan ia lalu membuka kotak memperlihatkan cincin itu kepadanya. Cincin itu berwarna silver dengan berntuk hati di matanya. Cincin itu begitu simple dan sederhana.

"Maukah kamu menerima lamaran saya" ucap Ali.

Sementara para pengunjung bertepuk tangan dan berkata, "kalian pasangan serasi. Saya mendukung kalian" sahut bapak-bapak ujung sana.

"Terima !".

"Terima !".

Ela melirik Ali, laki-laki itu sepertinya mencontoh adegan yang ada di film drama romantis yang sering kali di putar di Tv. Ela mengikuti alurnya saja, ia tersenyum dan mengangguk.

"Ya, saya menerima lamaran kamu" ucap Ela.

Para wisatawan bertepuk tangan, dan bersorak bahagia. Ali turut bahagia, mendengar penuturan Ela. Ini hanya sebagian kecil dari rencananya, walau ia tahu wanita itu hanya menganggapnya berbagi kesenangan saja. Karena wanita itu menikmati semua kenangan indah di Luzern.

Ali memasangkan cincin itu di jari manis Ela. Cincin itu sangat pas di jari manisnya. Ali mendekatkan tubuhnya dan mengecup kening itu.

"Terima kasih" ucap Ali.

Semua pengunjung bertepuk tangan untuknya. Ali dan Ela tertawa bahagia.

********

OM BULE MENJADI KEKASIHKU (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang