BAB 24

5.2K 245 0
                                    

"Ali, lepaskan tangan kamu. Kamu bisa membunuhnya" teriak Ela.

Ali mendengar suara Ela berteriak mencegahnya, ia meninju wajah Hasan sekali lagi dan ia lalu melepaskan cekalannya. Hingga tubuh Hasan jatuh ke lantai. Jika Ela tidak mencegahnya, berteriak seperti itu, ia pastikan Hasan sudah mati di tangannya.

"Jangan pernah menggangu kehidupan saya" ucap Ali dengan suara meninggi.

"Saya sudah katakan kepada kamu, Jangan pernah membawa Ela menjauh dari saya. Kamu tidak akan pernah bisa, membawa apa yang akan menjadi milik" suara Ali mengeras.

Ali melirik Ela disana yang tidak jauh darinya. Wanita itu terlihat ketakutan dan terdiam disudut dinding. Ali melirik laki-laki bertopi hitam di kursi yang tidak jauh darinya. Laki-laki itu sedang memotretnya kejadian itu, Ali berlari kearah laki-laki bertopi itu.

Sedetik kemudian, laki-laki itu menyadari kehadiran Ali. Seketika camera itu diraih oleh Ali. Laki-laki itu menatap ketakutan dan cameranya di rampas cepat oleh Ali.

"Saya peringatkan kepada kamu, jangan pernah mengambil foto saya, saya pastikan akan mengurung kamu di panjara" ucap Ali.

Ali melemparkan kamera itu kelantai. Hingga terdengar bantingan kaca lensa, kamera itu kini menjadi kepingan puzzel. Ali menatap Ela disana, wanita itu seakan tidak percaya apa yang dilihatnya.

Ela menatapnya penuh ketakutan. Semua para tamu hotel, menatapnya penuh prihatin, serta para security tidak bisa berbuat banyak. Kejadian itu tidak pernah ia duga sebelumnya. Ali sangat mengerikan, semua tamu yang ada disini seakan takut kepadanya. Tidak ada yang berani membantu Hasan disana yang meringis menahan sakit.

Ela memegang sudut sweaternya, mencengkram erat, hingga buku-buku tangannya memutih. Ia tidak tahu akan berbuat apa, rasa takut terselubung di dirinya. Ia sungguh takut menatap Ali yang mendekat ke arahnya. Beginilah laki-laki itu emosi, ia mempunyai tempramental yang buruk. Lihatlah semua seakan takut terhadapnya.

Ali kini sudah berada di hadapannya, rahang itu mengeras dan masih terlihat matanya penuh emosi, seakan ingin membunuhnya.

"Jangan pernah lari dari hadapan saya".

"Saya tidak bisa, menahan diri lagi melihat Hasan mendekati kamu. Jika kamu tidak ingin melihat Hasan mati di tangan saya".

"Kemarin saya sudah cukup sabar menghadapi kamu, dan sekarang kamu melihatnya sendiri, siapa saya sebenarnya. Saya hanya ingin kamu berada didekat saya, bukan malah seperti ini, bermain di belakang saya".

Oh Tuhan, ingin sekali ia membenturkan kepala Ali kedinding, ia mengatakan bermain dibelakangnya. Bermain dibelakang apa yang ia maksud? Bermain dibelakang dirinya, ia sudah seperti wanita jahat yang telah selingkuh dari laki-laki lain.

Ela hanya diam, tubuhnya seakan merinding mendengar suara Ali. Ali meraih tangan kurus itu, dan ia menggegamnya dengan erat.

"Kamu tidak akan pernah lari dari hadapan saya, jika kamu tidak ingin bernasib sama dengan Hasan" gumam Ali.

Ali menarik tangan Ela, menuju lobby hotel. Ela melirik Hasan disana, laki-laki itu menatapnya. Ia sungguh tidak tega melihat Hasan yang terluka. Ela mengikuti langkah Ali yang kini menjauhi ruang majesti itu.

**********

Ela tidak berani bersuara, ketika Ali melajukan mesin mobil. Ela juga tidak berani menatap Ali. Ia sudah seperti tawanan jika seperti ini. Ela tidak habis pikir, ia ternyata dipertemukan oleh laki-laki berkepribadian buruk seperti Ali. Kemarin laki-laki itu begitu romantis dan baik hati, ternyata itu hanya topengnya saja. Ketika marah laki-laki itu sangat mengerikan.

Ela memang sudah menduga itu sebelumnya, ketika kejadian beberapa hari yang lalu. Laki-laki itu menginterogasi, dirinya hingga detail, dan untung saja tidak berlangsung lama. Laki-laki itu terlihat menahan emosi dan meminta maaf kepadanya. Seharusnya ia tahu bahwa Ali memilki sifat tipikal tempramental yang berlebihan.

Sekarang Ia tahu laki-laki itu sedang penuh emosi, hingga membantai semua ada dihadapannya, ia tidak peduli berada di tempat umum sekalipun. Ia tidak habis pikir apa yang ada didalam pikiran laki-laki itu. Nyawa seperti tidak berharga lagi.

Beberapa menit kemudian, ia sudah tiba di depan Hotel Del Apes Ia kembali di hotel ini lagi. Ali membuka hendel pintu, lalu menarik tangannya. Ela menyeimbangi langkah Ali terseok-seok. Ela sudah hafal dimana letak kamar itu. Ali membuka card system, dan menyuruhnya masuk.

Ela kini berdiri di dekat sofa, ia menatap Ali. Laki-laki itu mendekat kearahnya. Ela memegang pegangan kursi, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tengah maraton. Ela menegakkan kepalanya, ia menatap iris Ali dengan berani. Walau hatinya takut menghadapi Ali.

Ali berdiri tepat dihadapan Ela, ia memegang dagu Ela agar sejajar dengan wajahnya.

"Kenapa kamu kabur dari saya?" Tanya Ali.

Ela hanya diam, ia tidak kuasa berdebat dengan Ali. Mengingat kejadian yang baru saja ia alami.

"Bukankah saya mengatakan kepada kamu, jangan pernah mendekati Hasan. Sekarang kamu malah bersama Hasan, bersenang-senang dengannya dan kabur begitu saja".

"Saya tidak bersenang-senang dengannya" ucap Ela pelan, nyaris berbisik.

Ali memperhatikan wajah Ela, di tatapnya wajah cantik itu, "Saya melihat Hasan membawa kamu kabur dari sini, kamu pikir saya tidak melihat kejadian itu".

"Hasan tidak membawa saya, saya lah yang meminta bantuan kepadanya, untuk meninggalkan hotel ini" sanggah Ela menurunkan nada suaranya, sepertinya ia sudah terintimidasi seperti ini, jujur ia takut Ali murka kepadanya.

Alis Ali terangkat, mendengar jawaban Ela, "bukankah paginya saya sudah memberitahu kamu, bahwa kita akan pindah secepatnya. Kenapa kamu malah kabur diam-diam seperti itu. Apalagi melibatkan Hasan disana, kabur bersama".

"karena waktu itu, saya sedang marah, jadi saya tidak ingin melihat kamu lagi" ucap Ela.

********

OM BULE MENJADI KEKASIHKU (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang