BAB 22

4.8K 214 1
                                    

Ali membuka pintu kamar Ela, ia menatap secara keseluruhan ruangan kamar. Kamar itu telah rapi, serta pecahan kaca itu tidak ada lagi tersisa. Ali mengerutkan dahi, ia tidak melihat koper milik Ela disana. Ali melirik jam melingkar di tangannya, menunjukkan pukul 11.20 menit. Baru beberapa jam yang lalu ia tinggalkan. Wanita itu sudah pergi dari hadapannya.

Ali keluar dari ruangan, ia membanting pintu. Ia merutuki perbuatannya, seharusnya ia tadi langsung mengajak wanita itu pindah, walau wanita itu marah dan benci kepadanya. Lihatlah wanita itu telah menghilang begitu saja, tanpa sepengetahuannya. Ia tidak mengira bahwa Ela akan lari dari hadapannya.

Ali berjalan menuju ruang IT, letaknya di lantai dua. Ia harus mencari keberadaan Ela. Ia harus mendapatkan wanita itu kembali. Beberapa menit kemudian, ia membuka pintu ruang IT, ia menatap laki-laki berkaca mata tebal, dan laki-laki itu terkejut atas kehadirannya.

"Anda siapa?" Tanya.

"Saya tamu di hotel ini" ucap Ali sekenanya.

"Apakah anda tersesat?" Tanyanya heran.

"Tidak, saya hanya ingin bertemu kamu, bisakah kamu mereka ulang cctv di lantai 5, kejadiannya tadi pagi, sekitar dua jam yang lalu".

"Siapa yang ingin anda lihat?" Tanyanya lagi.

"Saya ingin melihat istri saya. Semalam kami bertengkar hebat. Dia meninggalkan saya begitu saja. Hanya Cctv itu yang mengetahui keberadaanya" ucap Ali, ide itu terlintas di pikirannya begitu saja.

"Ya, kita bisa melihatnya" ucapnya. Lalu menatap kembali ke layar komputer miliknya.

Ali duduk disamping laki-laki itu. Ia masih fokus dengan komputer yang di pegangnya. Tidak butuh waktu lama, rekaman itu terlihat. Ali melihat Ela, keluar bersama laki-laki, dan ia tidak menyangka laki-laki itu adalah Hasan. "Sial, ternyata Hasan yang membawa Ela pergi" rahangnya mengeras.

"Itu istri saya" tunjuk Ali di layar monitor.

"Yakin itu istri kamu, Dia bersama laki-laki lain".

"Ya, itu memang istri saya, saya pikir sudah cukup, saya mengenal laki-laki itu, terima kasih" ucap Ali.

"Sama-sama".

Ali lalu melangkah keluar dari ruangan IT itu. Ali merogoh ponsel miliknya dan ia mencari nomor ponsel Hasan. Ia menekan tombol hijau dan ia letakkan ponsel itu ditelinga kirinya. Suara sambungan ponsel terdengar, sang pemilik ponsel tidak ada tanda-tanda mengangkat ponsel. Ali menggeram, ia meninju dinding, menahan geram.

"Hasan, Sialan !", Ia pastikan akan membunuh laki-laki itu.

***********

Ali berjalan menuju lobby, duduk disalah satu kursi menengkan pikirannya, ia ingin sekali melempar vas bunga di hadapannya ini. Ia memukul meja itu, menahan geram.

"Ali !" Ucap seseorang dari kejauhan.

Ali memandang kearah sumber suara, ia tidak percaya melihat Nihan disana. Nihan berlari mendekatinya, wanita itu tidak sendiri, ia bersama asisten dan managernya.

Ali lalu berdiri, melihat kehadiran Nihan. Sudah cukup Hasan mengikutinya, dan sekarang Nihan kini bersamanya. Wanita itu masih tetap terlihat sangat cantik. Dulu Nihan lah yang selalu ada disisinya. Tapi entahlah perasaan itu hilang begitu saja.

Nihan tersenyum, dan lalu memeluk tubuh bidang Ali.

"Saya merindukanmu".

Ali melepaskan pelukkanya, ia kembali menatap Nihan "Ya, saya juga, ada apa kamu disini?" Tanya Ali.

"Saya mencari kamu" ucap Nihan, ia memegang jemari Ali.

Semenjak seminggu yang lalu, ia memang telah menghilang begitu saja, dari hadapan Nihan. Nihan wanita cantik yang telah menyandang menjadi calon istrinya. Ia tidak bisa menjelaskan apa-apa kepada Nihan atas pembatalan pernikahannya.

Ali mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan, ia menangkap beberapa paparazi disana, yang sedang memotretnya dan merekamnya dari kejauhan.

"Maaf, saya membatalkan pernikahan kita" ucap Ali.

"Kenapa? Apakah karena wanita itu" tanya Nihan.

"Iya" ucap Ali pelan.

"Apa yang kamu lihat dari wanita itu?" Tanya Nihan, ia menahan tangis. Jauh-jauh dari Bairut, ia hanya mendengar Ali mengucapkan kata-kata menyakitkan seperti itu kepadanya.

"Semua yang tidak saya dapat dari kamu" ucap Ali sekenanya.

"Apa yang tidak kamu dapat dari saya?" Tanya Nihan lagi, ia mengusap air matanya.

"Saya tidak perlu berpura-pura bahagia bersama kamu. Karena jika saya hidup bersama kamu, saya pastikan tidak akan bahagia, semuanya hanya palsu. Sekali lagi maaf, kita tidak bisa bersama. Carilah laki-laki lain yang bisa hidup bersama kamu" ucap Ali.

"Semudah itu kamu katakan itu? Untuk apa kita menjalin hubungan ini lima tahun lamanya?" Ucap Nihan.

"Karena dulu, saya pikir, saya bisa bahagia bersama kamu Nihan. Sadarlah menikah adalah waktu yang panjang bukan main-main seperti di drama film yang kamu perankan, dan saya harus memikirkan itu berulang kali" ucap Hasan.

"Kenapa kamu tidak berkata itu dari awal, bukan malah melarikan diri seperti ini dan bersama wanita lain".

"Saya hanya Minta maaf kepada kamu, hanya saya tidak ingin menyakiti hati kamu. Saya sudah memikirkan itu sebelumnya, selama menjalin hubungan denganmu, Saya belum pernah merasakan bahagia. Setelah ini saya akan meminta maaf kepada keluarga besar kamu. Mungkin kita memang tidak berjodoh Nihan".

Nihan mengusap air matanya, "apakah kamu tidak mencintai saya lagi?".

"Dulu iya, tapi sekarang sepertinya rasa cinta itu telah menghilang begitu saja".

"Saya mencintai kamu Al".

"Saya tidak bisa bersama kamu lagi. Sadarlah saya sudah memutuskan hubungan ini, dan kita tidak akan bersama lagi. Jangan berharap, dengan kedatangan kamu kesini, saya akan luluh dan jatuh kepelukkan kamu"

"Maaf, saya harus pergi dari sini".

Ali lalu melangkah menjauhi Nihan, Nihan menatap punggung Ali dari kejauhan. Nihan mengusap air matanya dan sepertinya ia sudah terbiasa dengan mengeluarkan air mata di drama film yang ia perankan.

***********

OM BULE MENJADI KEKASIHKU (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang