Ali dan Ela berjalan menyisir trotoar. Ela tersenyum Ali menggenggam tangannya. Ia juga bahagia, ia kembali melirik Ali. Laki-laki seperti biasa sangat tampan. Topi yang biasa ia kenakan, tidak pernah lagi ia pakai lagi. Ela memandang langit biru, ia bersyukur menemukan laki-laki baik seperti Ali.
"Kamu terlihat bahagia" ucap Ali, ia tersenyum menatap kekasihnya.
"Tentu saja saya..."
Buk
"Ali....".
Ali terdiam, baru saja ia melihat kejadian itu, dengan mata kepalanya sendiri. Tubuh ramping Ela, kini sudah jatuh ditubuhnya. Ali masih sychok apa yang ia alami saat ini, tangannya bergetar. Ia melihat punggung Ela berdarah. Jaket yang Ela kenakan tembus, aliran darah itu mengalir di punggung Ela.
Oh Tidak, apa yang terjadi pada wanitanya. Ini merupakan hari jadinya bersama Ela. Ia masih tidak percaya bahwa ada seseorang yang berani membunuh Ela.
Tubuh Ela ambruk ke lantai, Ali memeluk tubuh Ela. Tubuh Ali bergetar, darah hangat dan segar itu terus mengalir. Ia menatap mata Ela, mata itu telah tertutup rapat. Tangan Ali bergetar menyentuh punggung Ela. Ia masih tidak terima, atas kejadian semua ini.
"Ela, sadarlah. Kamu harus kuat" ucap Ali.
"Ela sayang, kamu harus bertahan. Kamu harus kuat, saya tetap bersama kamu" ucap Ali, suaranya bergetar, menahan tangis.
"Tolong !!!" Teriak Ali.
"Sayang, bangunlah, kamu harus bertahan. Kita akan menikah".
"Tolong !!!".
"Tolong !!!".
Ali dengan cepat membopong tubuh Ela. Dipeluknya tubuh Ela yang tidak sadarkan diri. Ali menahan tangis, ia masih tidak terima kejadian seperti ini. Jika ingin menyakitinya, sakitilah dirinya, bukan Ela menjadi sasaran seperti ini. Ela tidak tahu apa-apa tentang dirinya.
Salahkah ia menginginkan wanita seperti Ela. Sudah cukup wanita itu di caci maki oleh penggemarnya, sudah cukup wanita itu tersakiti. Wanita itu cukup sabar menerimanya kehadirannya, wanita itu cukup tangguh dan kuat, padahal awalnya Ela tidak terima atas caci maki semua penggemarnya. Sekarang ada orang yang berniat membunuh kekasihnya itu.
Oh Tuhan, rasa bersalahnya cukup besar terhadap Ela. Hatinya seperti teriris-iris, ia bersumpah akan mencari tahu siapa yang berani membunuh kekasihnya itu. Oh Tidak, ia pikir semuanya sudah aman, atas pengakuan dirinya kemarin. Tapi nyatanya semua semakin tidak aman. Sekarang ia lengah, seseorang berniat membunuh kekasihnya, mereka sungguh kejam, wanitanya kini tidak sadarkan diri.
Ali menghentikan taxi yang melintas di jalan. Taxi itu melaju membawanya ke rumah sakit di Luzern. Ali sama sekali tidak melepaskan pelukkanya
"Sayang, kamu harus kuat. Oh Tuhan, maaf kan saya".
"Sayang bertahanlah, sebentar lagi kita akan menikah" ucap Ali. Air mata itu sudah jatuh tak tertahankan. Melihat kondisi Ela seperti itu.
"Jangan pergi tinggalkan saya, kita baru saja memulainya" isaknya. Air matanya tidak bisa ia bendung lagi.
"Tolong, jangan tinggalkan saya. Bertahanlah, kamu harus kuat".
Ali mengecup puncak kepala Ela, sementara tangannya menahan punggung Ela yang tertembak. Ia tidak peduli tangannya sudah berlumur darah segar. Ia harus menyelamatkan Ela, kekasihnya.
*********
Beberapa menit kemudian, ia sudah tiba di rumah sakit. Ali dengan cepat membawa tubuh Ela masuk.
"Dokter !!!" Teriak Ali.
Sedetik kemudian, dokter dan perawat menghampirinya. Beberapa perawat membawa ranjang tidur mendekat kearahnya. Ali meletakkan tubuh Ela di ranjang. Para dokter dan perawat berlari membawanya masuk ke ruangan.
Seorang dokter berkaca mata itu mencegah Ali masuk, "Tungguhlah disini".
"Tolong selamatkan dia" ucap Ali.
"Ya, kami akan berusaha menyelamatkannya" ucap dokter, ia lalu menutup pintu itu.
Sementara Ali masih berdiri di dekat pintu. Ia hampir gila memikirkan nasib Ela disana. Ia belum siap, wanita itu meninggalkannya. Ia merupakan orang paling merasa bersalah, jika wanitanya tiada. Karena dirinyalah satu-satuya Orang membuat Ela seperti ini. Dirinyalah membuat Ela mengalami hal seperti ini. Andai ia tidak melibatkan Ela ke dalam hidupnya. Wanita itu akan aman, dan hidupnya akan tenang.
Ali terduduk di lantai, ia menangis dalam diam. Ia masih menyalahkan dirinya, tolong jangan biarkan Ela tersiksa seperti ini. Semua ini atas keegoisannya, semua ini karena dirinya. Dirinya terlalu ceroboh tidak menjaga wanitanya dengan baik. Secepat itukah kisah cintanya, secepat itu kah ia merasakan bahagia. Bahkan kebahagian itu hanya berlangsung satu jam lamanya. Ali memukul dadanya, ia masih tidak terima Ela diperlakukan seperti itu. Ia berani bersumpah, akan mencari tahu siapa yang berani membunuh Ela.
Satu jam kemudian, Ali membersihkan tangannya di wastafel. Ia menatap dirinya di cermin. Ia pastikan akan mencari tahu siapa orang yang menembak Ela. Ia tidak akan memaafkan begitu saja. Setelah itu Ali melangkahkan kakinya keluar. Ia menuju ruangan di mana Ela berada. Para dokter sepertinya belum ada tanda-tanda akan keluar dari ruangan itu.
Ali duduk di kursi, ia menyandarkan punggungnya, ia menggenggam erat tangannya. Tidak sedetikpun ia menunggalkan ruangan itu, kecuali tadi ia membersihkan tangannya.
Beberapa jam kemudian, pintu itu terbuka, para dokter dan perawat keluar, dengan wajah lelahnya. Ali lalu berdiri, ia menegakkan tubuhnya menghampiri dokter berkaca mata itu..
"Bagaimana keadaanya dok" tanya Ali.
"Kami sudah berusaha semampu kami, kami juga sudah memberikan yang terbaik. Dia kuat, semuanya berjalan dengan lancar. Peluru itu sudah du angkat. Peluru itu tidak mengenai jantung. Ia bisa melewati masa kritis, kita tunggu pemulihannya".
"Terima kasih dokter, saya sangat berterima kasih kepada anda" ucap Ali.
"Iya, sebaiknya kamu mengurus adminitrasi, terlebih dahulu".
"Iya, sekali lagi terima kasih".
*********
KAMU SEDANG MEMBACA
OM BULE MENJADI KEKASIHKU (SELESAI)
Romance"Kamu ingin liburan kemana sih La?". "Ke Luzern pak". "Luzern? Luzern yang di Swiss itu" tanyanya lagi. "Iya pak". "Luzern itu jauh La, kenapa mesti liburan jauh-jauh begitu sih La. Saya yakin Lombok dan Bali jauh lebih indah dari pada Luzern". Ela...