BAB 25

4.6K 233 0
                                    

"Karena waktu itu saya sedang marah, jadi saya tidak ingin melihat kamu lagi" ucap Ela.

Ali melipat tangannya di dada, ia menatap Ela. "Sekarang, apakah kamu masih marah terhadap saya?" Tanya Ali penasaran.

Terlihat dari tatapan itu, bahwa emosinya telah mencair. Ia Ela menggelangkan kepalanya, "tidak".

"Bagus, sekarang permasalahannya telah selesai" ucap Ali.

Ali lalu duduk di sofa menenangkan hatinya. Ali memandang Ela, Ela masih ditempat yang sama, wanita itu seakan takut kepadanya, "kemarilah" ucap Ali.

"Jangan takut, saya hanya ingin memeluk kamu" ucap Ali.

Ela melangkah mendekati Ali, ia kembali melihat wajah tampan itu dengan jarak dekat seperti ini, sepertinya Ali.

Ali mengulurkan tangannya, dipelukknya pinggang ramping itu, dengan segenap hati dan perasaanya.

"Saya merindukan kamu" ucap Ali. Ia memeluk tubuh ramping itu dan dapat mencium harum vanila dari tubuh Ela, di kecupnya perut rata itu.

Ela menyentuh rambut Ali, rambut itu teksturnya sedikit kasar, tapi ia suka dengan rambut Ali seperti ini. Rasa bencinya terhadap Ali hilang begitu saja, ia malah begitu nyaman berada di pelukkan Ali. Inilah yang ia inginkan, kejadian kemarin hanya emosi sesaat. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya.

***********

Ela membuka matanya secara perlahan. Hati dan perasaanya kembali tenang. Tadi ia tertidur di ranjang yang sama, saling berpegang tangan. Ali menggegam jemarinya dengan erat dan genggaman itu tidak lepas, hingga ia terbangun kembali. Ela tersenyum menatap iris mata tajam itu yang memandangnya intens, tatapan itu begitu teduh, berbeda dengan apa yang ia lihat tadi pagi.

"Kamu sudah bangun" tanya Ali.

"Iya sudah" ucap Ela.

Ali mengelus rambut panjangnya, "mari kita selesaikan masalah ini" ucap Ali. Ucapan itu begitu serius dan benar-benar akan melakukannya.

Awalnya ia tidak akan mengkonfirmasi apa-apa tentang hubungan ini. Tapi sekarang ia akan membersihkan nama baik Ela.

"Iya".

"Maukah kamu, ikut dalam kontroversi pers tersebut. Jujur saya sudah tidak tahan dengan media itu, media tidak akan pernah berhenti, jika kita tidak mengklarifikasi masalah ini".

Ela mengangguk, "Iya, selesaikanlah".

"Nanti malam, sebaiknya kita selesaikan masalah ini. Saya akan mengurusnya semua".

"Ya, saya ingin mengembalikan nama baik saya" ucap Ela.

Ali mengelus wajah cantik itu, "saya pastikan nama baik kamu akan, kembali lagi" Ali menyakinkan ucapannya.

Ali mendekatkan tubuhnya dan ia mengecup puncak kepala Ela, "berjanjilah jangan pernah meninggalkan saya lagi".

"Iya".

Ali meraih tangan kiri Ela, dan diletakkan ke dada kirinya. Agar Ela dapat merasakan apa yang ia rasakan. Ela tertegun atas tindakkan Ali, ia mendengar detak jantung Ali.

"Jujur saya tidak ingin kehilangan kamu El" ucap Ali.

"Apakah kamu tahu, kemarin saya panik tidak mendapati kamu di kamar. Saya hampir gila, memikirkan kamu. Saya tahu ini merupakan awal pertemuan kita, tapi perasaan saya tidak bisa di bohongi El. Perasaan ini tidak saya dapat dari wanita manapun. Saya sungguh menginginkan kamu, saya ingin kamu menjadi milik saya".

Ia terpana ketika Ali mengatakan itu kepadanya. Hatinya berdesir, dan jantungnya berdegup kencang.

Ali melanjutkan kata-katanya kembali, "Saya ingin kamu, berada di dekat saya, kamu satu-satunya wanita yang mengajarkan saya kebebasan dan kebahagian" Jemarinya beralih ke wajah Ela.

"Apakah kamu mencintai saya" gumam Ela.

Ali menarik nafas, ia lalu melanjutkan kata-katanya, "Apakah tidak ingin kehilangan kamu, ingin berada di dekat kamu, membuat saya nyaman di dekat kamu, itu yang dinamakan cinta?".

"Mungkin".

"Apakah kamu merasakan hal yang sama, apa yang saya rasakan?" Tanya Ali.

Ali menegakkan tubuhnya, bersandar di sisi tempat tidur. Begitu juga Ela, dan kembali melirik Ali.

"Saya belum Bisa memberi kepastian, karena ini masih terlalu awal untuk menjalin hubungan ini. Apakah kamu tahu, hubungan ini hanya sesaat. Saya dan kamu sungguh berbeda" ucap Ela.

"Apa yang kamu maksud?".

Ela mengelus punggung tangan Ali, ia menatap wajah cantik itu, "saya hanya liburan disini Al, setelah ini semuanya berbeda. Sisa liburan saya hanya beberapa hari. Saya harus pulang ke negara saya. Tempat saya bukan disini bersama kamu. Kehidupan kita juga berbeda. Sangat tidak mungkin menjalin hubungan itu".

"Apanya yang berbeda El?".

"Semuanya, kehidupan kamu dan saya. Saya hanya wanita biasa dari Indonesia, orang tua saya hanya berkebun, saya hidup sendiri di Jakarta, hanya menyewa sebuah flat kecil. Hidup saya sederhana, perbandingan kita bagai langit dan bumi".

Ela menarik nafas, ia kembali menatap Ali, "Saya tahu kehidupan kamu, saya lihat semua tentang kamu di media. Kamu memiliki harta berlimpah, memiliki usaha minyak, mempunyai calon istri yang sangat cantik, kamu tampan dan kamu cerdas. Semua orang mengenal kamu, kamu pantas mendapati wanita yang lebih baik dari saya. Saya senang mengenal kamu disini" Ela tersenyum kembali melirik Ali.

Ela mengelus wajah tampan Ali, "saya siap membantu kamu, dalam konferensi pers nanti. Kita hadapi sama-sama" Ela mencoba menenangkan Ali.

Sungguh ia tidak ingin berdebat dengan Ali saat ini, ia tidak ingin memancing kemarahan laki-laki itu.

Ali hanya diam, ia masih tidak terima apa yang Ela katakan. Mencerna secara jelas apa yang wanita itu ucapakan. Ia sebenarnya ingin menyangkal ucapan Ela. Tapi ia mengurungkan niatnya, ia memilih diam dan memeluk tubuh Ela. Ia tidak ingin merusak kebersamaanya. Ia ingin semuanya berjalan sesuai rencana. Baginya ucapan Ela ia anggap angin lalu. Ia memilih diam dan melanjutkan rencana kedepannya. Ia pastikan Ela tidak akan pergi begitu saja darinya.

********

OM BULE MENJADI KEKASIHKU (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang