Hasan mulai mencari rekaman cctv di berbagai tempat. Ia bertanya kepada pemilik restoran, agar membagikan rekaman itu. Pihak restoran berbaik hati membagi rekaman itu.
Setelah ia memeriksa, hasil rekaman cctv itu sengaja sudah di hapus. Ali dan Ela tidak ada disana, "Sial !" Umpat Hasan. Sepertinya semua sudah di rencanakan, hingga dapat menutupi semua kejahatannya. Oke sekarang ia mulai menyelidiki satu persatu.
Hampir enam jam lamanya Hasan hanya disibukkan rekaman cctv itu. Hasan hampir frustasi, masalahnya ia sudah memeriksa semua rekaman cctv itu hingga berulang-ulang kali. Hasan menyandarkan punggungnya di kursi. Ia terdiam sesaat, ia menatap sebuah mobil berwarna putih tepat di depan hotel. Mobil itu terparkirberjam-jam lamanya, masih di posisi yang sama.
Hasan tersenyum ia akan mencari mobil itu. Ia lalu mencatat plat nomor itu. Ia yakin dengan mobil itu ia mendapatkan informasi. Ia menemukan titik terang disana.
*******
Ela membuka matanya secara perlahan. Awalnya kabur, lama kelamaan ia dapat memfokuskan penglihatannya. Ia menggerakkan tangannya. Tubuhnya seakan dihantam sesuatu. Tubuhnya sakit, seluruh tubuhnya nyeri. Tenggorokannya kering, ia merintih menahan sakit.
"Ali" ucapnya pelan.
"Iya sayang, saya disini" ucap Ali.
Ali tersenyum melihat Ela. Kemarin adalah kabar bahagia yang membuatnya senang. Ela sudah sadar, detak jantungnya kembali normal. Semua alat yang terpasang di tubuhnya sudah di lepas oleh perawat dan dokter. Dokter menyatakan Ela sudah pulih, terlihat dari tangan dan tubuh Ela bereaksi dengan baik, membalas genggamannya. Semalam Ela hanya merintih dan kembali tertidur, dokter memberinya obat menahan sakit. Ali bersyukur Ela kuat mengalami masa kritisnya. Hanya selang infus itu saja yang masih terpasang di sana.
Ali mengelus rambut rambut panjang Ela. "Iya, saya disini bersama kamu".
"Ali, ternggorokkan saya kering".
"Sebentar saya, ambilkan air untuk kamu" ucap Ali.
Ali mengambil air mineral di nakas. Dokter sudah memberitahu Ali, bahwa Ela sudah bisa di kasi asupan makanan. Dehidrasi memang itu akan terjadi. Ali menatap Ela menggunakan sedotan. Setelah selesai Ali, meletakkan gelas itu di nakas.
Ela mengedarkan pandangannya, ruangan itu di dominasi warna putih, ia tahu kini ia berada di rumah sakit.
"Tubuh saya sakit Al" rintih Ela.
"Jangan banyak bergerak, kamu akan baik-baik saja" ucap Ali.
"Sudah berapa lama, saya disini Al" tanya Ela.
Ali mengelus punggung tangan Ela, "sudah lima hari, syukurlah semua berjalan dengan lancar".
"Al, saya ingin pulang" ucap Ela, ia menahan sakit di tubuhnya.
Ali mengelus wajah cantik Ela, "Iya, sayang kita pasti pulang. Saya juga ingin membawa kamu secepatnya pulang".
Ali menghela nafas, di tatapnya wajah pucat Ela. Ia mengecup puncak kepala itu. "Saya akan menjaga kamu, saya tidak akan meninggalkan kamu El".
"Punggung saya sakit" Ela merintih.
"Sebentar saya panggilkan dokter" ucap Ali.
Ali dengan cepat menekan panggilan interkom dokter. Sungguh ia tidak ingin Ela, sakit seperti ini lagi. Ia ingin Ela segera sembuh.
*************
Beberapa jam kemudian, Ali memandang Ela, Ela sudah bisa meneggakan badannya. Walau Ela sering merasakan perih di punggungnya. Itu karena peluru menancap di punggungnya. Ali tersenyum memandang kekasihnya. Ia dengan telaten memberi makan, menyeka wajah Ela dengan handuk, serta masih setia menunggu Ela, tidak sedikitpun meninggalkannya.
"Al, ini tanggal berapa?" Tanya Ela pelan, nyaris berbisik.
"Ini tanggal 23" ucap Ali.
"Al, seharusnya saya sudah pulang ke Indonesia".
Ali kembali mengelus punggung tangan Ela, "iya, kita akan pulang secepatnya. Setelah dokter benar-benar menyatakan kamu sembuh kita langsung pulang".
"Al, tiket kepulangan saya kemarin tidak bisa di gunakan lagi ya. Atasan saya pasti marah saya pulang terlambat seperti ini" ucapnya lagi.
Ali menarik nafas, dalam keadaan sakit seperti ini. Ela masih memikirkan atasannya itu. "Dalam keadaan seperti ini, kamu memikirkan atasan kamu itu hemm".
"Tapi Al, atasan saya pasti menelfon kedua orang tua saya, karena saya bekerja disana sudah cukup lama, hampir lima tahun lamanya. Saya sudah terlalu lama disini. Bisakah kita pulang secepatnya dari sini?" Ucap Ela lagi.
Ela tersenyum, terlihat jelas bahwa ia tidak suka, dirinya membicarakan atasannya yang gemuk itu , "bukan seperti itu Al, kamu jangan cemburu. Saya punya tanggung jawab sebagai pekerja. Saya berjanji akan pulang sesuai jadwal saya. Ini bahkan sudah lewat satu minggu kepulangan saya. Pulang nanti saya pasti sudah di PHK".
Ali menarik nafas, ia mengecup punggung tangan Ela, "Kita akan menikah El. Saya akan menikahi kamu, untuk apa kamu bekerja".
Ela terdiam sesaat, ia kembali melirik Ali. Wajah itu terlihat lelah, ia mengkhawatirkan Ali, "tapi setidaknya saya harus memberitahu kamu atasan saya" ucap Ela.
Ali mengecup puncak kepala Ela, "iya, kita akan secepatnya pulang".
Ela membalas genggaman Ali, "Terima kasih telah menjaga saya Al".
"Iya sama-sama. Sudah seharusnya saya menjaga kamu".
"Kamu terlihat kurang tidur Al. Saya sudah tidak apa-apa. Hanya punggung saya masih sakit".
"Saya sudah terbiasa tidak tidur sayang, saya hanya ingin kamu cepat sembuh. Saya tidak ingin kamu terluka lagi seperti ini lagi".
Ela memperhatikan penampilan Ali, ia masih tampan seperti Biasa. Hanya bulu-bulu halus yang sering ia lihat, sudah tidak beraturan lagi, "Terima kasih telah menjaga dan merawat saya. Saya tahu kamu menjaga saya dengan baik, tapi kamu harus menjaga tubuh kamu juga. Lihatlah kamu terlihat tidak terawat Al. Kekasih saya sudah tidak tampan lagi" dengus Ela.
Ali memicingkan matanya, menatap Ela, "mungkin dengan seiringnya waktu, saya sudah tidak tampan lagi, wajah saya menua, dan rambut saya memutih. Apakah kamu masih ingin bersama saya".
Ela tersenyum dan "Tentu saja, jika saya sudah memilih kamu. Dalam keadaan apapun saya tidak akan meninggalkan kamu. Walau kamu sakit menahun sekalipun. Saya tetap bersama kamu. Saya mencintai kamu" ucap Ela, ia meraih tangan Ali, ia letakkan ke detak jantungnya.
"Hati saya tidak berbohong, saya sekarang mencintai kamu. Inilah yang saya rasakan".
Ali terpana mendengar ucapan Ela, ia tersenyum bahagia, ketika Ela mengatakan itu kepadanya. Ingin sekali ia memeluk tubuh itu, tapi ia mengurungkan niatnya, karena tubuh Ela masih sakit.
"Saya juga mencintai kamu, saya tidak akan meninggalkan kamu. Jaga cinta saya untuk kamu" Ali mengecup puncak kepala Ela.
**********
KAMU SEDANG MEMBACA
OM BULE MENJADI KEKASIHKU (SELESAI)
Romance"Kamu ingin liburan kemana sih La?". "Ke Luzern pak". "Luzern? Luzern yang di Swiss itu" tanyanya lagi. "Iya pak". "Luzern itu jauh La, kenapa mesti liburan jauh-jauh begitu sih La. Saya yakin Lombok dan Bali jauh lebih indah dari pada Luzern". Ela...