Kejutan

90 52 16
                                    

"Siapa pun yang berani mengusik sahabat aku. Harus berhadapan langsung denganku. Gak peduli apa jabatan dan pangkat kalian di sekolah ini." Sifa

Angin semilir menyapa lembut setiap empu yang ada di dalam kelas itu. Membuat tiap helain rambut beterbangan karena angin sepoi-sepoi.

Dibalik buku yang sedang menutupi wajahnya. Sang pemilik tengah tertawa sambil sesekali menghentakan kaki ke lantai. Itu dikarenakan sebuah novel yang ia baca. Entah sudah berapa menit ia berkutat dan fokus ke buku berwarna coklat tua.

"Yu, kami ke kantin. Kamu ikut nggak?" tawar Sifa.
"Enggak deh," balasku tanpa melihat lawan bicara.
"Atau kau mau nitip apa gitu?" timpal Melani.

"Jus mangga satu," ucapku sembari tersenyum dan meletakkan buku di atas paha.
"Terus?"
"Terserah kalian aja lagi mau beli apa."

"Oke." Mereka pun melangkah menjauh dariku hingga tubuhnya hilang di antara dinding-dinding kelas.

Aku yang kala itu masih terfokus pada bacaanku sehingga tak merasakan kehadiran Maiscy yang sedang memperhatikanku.

Aku mengangkat alis, "Kenapa, Mai?" tanyaku.
"Kamu dicariin sama Kak Dara tuh!" tukasnya lantas duduk di sampingku.

"Kak Dara yang mantan ketos itu bukan?"
"Heem, iya," balasnya dengan anggukan mantap.

"Loh, ada apa emangnya dia nyariin aku?" tanyaku balik.
"Gak tau deh," ujarnya sambil mengakat bahu.

"Iya udah. Aku pergi dulu ya. Bye."

Alexia Daranita. Pendendam, tinggi, jahat, berbicara selalu kasar dan sentimen. Berkeinginan menjadi pacar Wahyu.

  "Kak Dara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Dara. Mantan ketos tahun lalu. Gak ada angin, gak ada hujan. Eh, tiba-tiba cariin aku? Ada apa ya. Aneh." batinku berkata.

Kini aku berdiri tepat di depan kelasnya. XII IPA 1. Kelas yang isinya anak orang kaya, cantik, gaul, anak karate dan pastinya jahat. Aku menarik napas pelan dan berusaha untuk berpikir positif.

"Smile Ayu. Smile." Aku mencoba menenangkan diri.

Tok tok tok

"Permisi. Saya datang ke sini disuruh sama yang namanya Kak Dara. Siapa ya?" tanyaku sopan.

"Aku. Masuk aja sini!"
Dengan ragu aku pun melangkah masuk.

"Duduk!" pintahnya.
"Mohon maaf sebelumnya, Kak. Ada apa ya Kakak mencari saya?" ucapku tertunduk.

"Hm, bukan apa-apa. Kamu gak usah takut gitu. Santai aja sama kami. Ya gak guys, haha," teriaknya namun seperti sindiran yang halus.

"Itu sajakah, Kak?" tanyaku lagi.
Beberapa detik ia terdiam, "Sebetulnya aku mau kenal kamu lebih jauh, boleh?" ujarnya mendekatkan mukanya ke wajahku.

Fifteen Seconds (On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang