"Terimakasih, hyung. Hati-hati di jalan."
"Ya, jangan lupa minum obatmu dan sampai jumpa besok!"
"Siap! Pasti,"sahutnya seraya mengacungkan dua ibu jari.
Sungjin melambai sebelum benar-benar lenyap dari depan hotel dengan mobil hitamnya. Kemudian Jimin menghembuskan napas, lalu mengucek kedua mata, bermaksud menghapus bekas kantuknya.
"Sungjin hyung tidak berubah sedikitpun. Aku tidak boleh membuatnya canggung," Jimin berjalan memasuki lift. Tidak ada orang selain dirinya, Jimin melirik jam di ponselnya. Belum terlalu malam.
"Ash..kenapa ini?"
Ditekannya pelan sisi lehernya yang nyeri. Cepat-cepat Jimin merogoh saku belakang celananya untuk mencari kartu akses, menggesekkan objek tersebut lalu masuk setelah pintu otomatis terbuka.
Masih sedikit mengantuk, Jimin melepas sepatunya malas-malasan. Tubuh kecil itu berjalan gontai sampai dia memasuki ruang tidur yang seingatnya ditinggalkan dalam keadaan gelap gulita, kini disinari cahaya dari lilin-lilin berpola hati di lantai di samping kasurnya.
Degh.
Air mukanya berubah pias. Langkahnya terputus. Disana ada pria berbadan kekar, tergeletak tak berdaya di permukaan kasurnya ditemani satu buket bunga yang besarnya melebihi kepala Jimin, dan ada boneka beruang raksasa yang duduk tenang di sampingnya, menatap polos ke arah Jimin yang mulutnya tengah terbuka.
"J-Jungkook..?" Hatinya ketinggalan satu degupan. Jimin buru-buru mengambil napas untuk tenang.
"Apa aku sangat kelelahan? Atau ini pengaruh obatnya? Tidak mungkin Jungkook bisa datang dan masuk kesini, dan bagaimana juga dia bisa tahu aku disini? Sangat tidak masuk akal. Aku pasti sedang mengkhayal.."celetuknya panik.
Perlahan tapi pasti kakinya berderap hati-hati. Berharap tak membuat suara gaduh. Jari-jari lentiknya mendarat ragu di pipi pria itu. Merasakan kulitnya yang membeku karena pendingin ruangan.
"J-Jung..?"
bulu mata lentik itu bergetar, kelopaknya mulai membuka memperlihatkan pendar cokelat terang dari cahaya yang minim. Jungkook berkedip beberapa kali sebelum duduk bersila, mengucek matanya untuk melihat dengan jelas. Sementara Jimin mengambil napas tajam, ternyata benar-benar Jungkook.
"..Jimin-ah?"
"A-apa yang kau lakukan disini? Kau sungguhan kan? Ini--"
Brugh.
"Jimin, aku merindukanmu. Aku merindukanmu, sayang."
"Jung--"
"Kenapa kau lama sekali? Aku pikir kau berusaha menghindariku. Kau tidak menghindar dariku kan?"
"Menghindarimu? Aku bahkan tidak tahu kau akan kesini hari ini juga. Bukannya kerjaanmu belum selesai? Jangan bilang kau kabur--"
Jimin menarik diri agar dapat melihat reaksi Jungkook. Namun bibirnya mendadak terkunci rapat menyaksikan Jungkook menunduk dalam kekecewaan, mencubit hatinya.
"..kau tidak senang ya aku menyiapkan semua ini?"
Jari-jarinya dimainkan, saling menekan satu sama lain. Persis seperti bocah yang sedang dikenai hukuman. Sesekali kelereng berwarna cokelat terang mengintip reaksi Jimin dari poninya yang serampangan, menutupi setengah penglihatan Jungkook.
"H-hah?" Keningnya berkerut, Jimin bisa merasakan perasaannya mulai menggila di dalam sana.
"Aku datang kesini hari ini juga karena aku mencemaskanmu. Aku ingin bertemu denganmu secepat mungkin setelah membaca pesanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jungkook-ssi, My Love! [Kookmin] Book II
FanfictionJust Some Kookmin Story written in Bahasa. ------ Warning (bxb) Rated: T - M -Kookmin- Book II dari Jimin-Ssi, Its Love. Kini Jimin juga siap. Tekadnya tidak akan kalah dari Jungkook. Mereka akan berjuang bersama sebagai orangtua. Keluarga itu har...