[2]. you are precious.

6.5K 685 91
                                    

"Kau membuatku takut hiks.."

"Aku hanya ingin menghabiskan hari ini untuk santai sedikit. Hehe, jangan menangis lagi sayang.."

"Masih sempat-sempatnya tertawa huh? Kau jahat! Hiks..aku sangat ketakutan, Jungkook. Tolong jangan pergi tanpa memberitahuku lagi. Aku sudah bilang kau harus--"

Cuph.

Tanpa aba-aba, bibir tipisnya mengecup milik Jimin. Ada sesuatu, seperti obat bius tersendiri agar Jimin bisa berpikir jernih kembali. Jungkook menghisap bibir bawahnya lembut bak mengicip cherry, lalu menjauh dengan kerlingan manis.

"Apa itu sudah cukup?"katanya memandang obsidian berbingkaikan bulan sabit milik pria itu. Sang empu memeluk lehernya erat-erat seakan Jungkook adalah satu-satunya sumber kehidupan untuknya. Bersandar sepenuhnya.

"Jangan kemana-mana, Jungkook.."ujar yang lebih kecil, terdengar lemah dan tak berdaya.

Jungkook sedikit tertegun, kemudian tersenyum haru seraya mengusap punggung mungil itu khidmat. Jungkook masih gamang dengan perasaan sejenis ini, betapa indahnya bila seseorang begitu mendamba kehadiranmu.

"Aku tidak kemana-mana sayang.."bisiknya mesra. Jimin mencebik kecil.

"Kalau begitu ayo pulang. Hani menunggumu, dia menangis selama 2 jam. Kau bisa bayangkan betapa jeleknya dia sekarang. Mata bengkak, rambut acak-acakan, ingusan pula. Hh aku akan langsung tidur. Kau yang urus itu, oke?" Jungkook terkekeh, berdehem pelan dan meletakkan Jimin hati-hati ke dalam mobil.

"Dimana mobilmu?"

"Aku meninggalkannya di kantor."

"Jadi kau kesini menggunakan apa?"

"Diantar Seokjin hyung.."anggukan Jimin berikan. Dokter itu menatap keluar jendela, namun tangannya masih bertaut dengan milik Jungkook, tak peduli meskipun sang suami tengah mengemudi.

"Jungkook-ah..jangan pikirkan apa yang Hani bilang." Akhirnya Jimin buka suara, beralih dari jendela untuk menatap lamat-lamat prianya.

"Hn? Aku tidak memikirkannya kok," Sanggahnya, Jimin bungkam sejenak. Tanpa melihat wajahnya pun Jimin tahu betul bahwa Jungkook sedang membual.

"Aku bukan bertahan ataupun tahan dengan sikapmu, itu sudah jadi bagian yang aku cintai.."lirihan itu masih berhasil membuat jalan sampai ke telinga Jungkook.

Hatinya menghangat, ucapan Jimin cukup membuat Jungkook tenang dan mensyukuri, mencintai dirinya lagi. Tentu saja. Hanya Jimin yang bisa melakukan pekerjaan istimewa itu.

"Jungkook yang egois dan posesif itu juga Jungkook yang penyayang dan penuh cinta. Aku mencintai semua versi dirimu. Aku mencintaimu, Jungkook-ssi."ujarnya, dengan usil menyisipkan panggilan lama.

Jungkook sedikit menoleh. Tak perlu bicara, digenggamnya tangan si mungil semakin erat. Senyuman tertoreh di kedua wajah mereka saat Jungkook akhirnya berkata;

"Terimakasih sudah mengizinkanku untuk mendampingimu. Dan aku lebih mencintaimu, Jimin-ssi."

💫

"Daddy pulang!!"teriakan yang Hani rindukan, gadis itu melotot kaget di atas sofa. Mengusap matanya yang memerah dan menyeka hidungnya yang tersumbat karena menangis terlalu lama.

Jungkook disana. Berdiri sambil berkacak pinggang, menabur senyum ke arahnya. Lalu lengannya terentang lebar, memberikan isyarat pada Hani.

Hani berlari dan meloncat ke pelukan Jungkook yang terkekeh pelan. Sikapnya hampir mirip Jimin, tak heran bila Hani sedikit galak dan akan sangat imut bila sudah sedih ataupun merajuk seperti saat ini.

Jungkook-ssi, My Love! [Kookmin] Book IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang