Tiupan angin mencari celah diantara sapuan tirai yang melambai-lambai, dibiarkan hampir seluruhnya terbuka. Meski sudah masuk waktu siang, tapi cuaca berubah mendung. Tampaknya tinggal menghitung detik sampai awan-awan hitam itu menumpahkan air dari tubuh buntalnya.
Jungkook berjalan untuk menutup pintu balkon, lalu kembali ke atas kasur dan berperan layaknya selimut, membalur tubuh Jimin demi menawarkan kehangatan. Rambut emasnya yang baru saja Jungkook keringkan dimainkan, tak lupa ditemani alunan merdu dari mulutnya.
Jungkook dengan iseng menggerai ujung surai Jimin sambil mengecup pipinya yang bersemu, dia tersenyum senang sampai yang lebih kecil mendorong dadanya untuk memberikan sedikit ruang.
"Berhenti. Aku lelah, Jungkook."
"Hm, sure. Tentu saja kau lelah setelah minta tambah, sayang."
Kikikan menyebalkan disambut delikan marah, tapi pada akhirnya Jimin malah membuang muka karena tak kuat menahan senyum yang mengembang di wajahnya. Kemudian memilih mengabaikan Jungkook yang berniat menggodanya usai kejadian di kamar mandi tempo lalu.
"Jimin-ah..dimana ponselku?"
"Aku menyitanya, aku akan hapus itu dulu.."cicitnya menahan malu. Salah satu alis Jungkook naik, dia berdehem panjang dan jarinya beralih mengusap bagian belakang telinga Jimin yang super sensitif.
"Agh. Jungkook, itu geli!"
"Kau ingin menghapusnya? Hm..aku bahkan belum sempat menonton, Jimin-ah."rajuknya. Jimin menggigit bibir bawahnya seraya menjauhkan tangan Jungkook.
"A-aku cuma main-main tadi,"
"Benarkah? Tapi tampaknya aku baru saja membangkitkan sisi lain darimu. Bukankah begitu? Aku ingat kau menggigitku seperti ini," Tengkuknya jadi sasaran gigit gemas oleh Jungkook yang menghisap kulitnya seolah-olah dia adalah seorang vampire, dan darah akan keluar dari sana membuat Jimin tanpa sadar melenguh menghentikan Jungkook.
"Aish..Jungkook, sudah cukup. Kau memberikannya terlalu banyak. Aku harus menutupi semuanya besok."bola matanya berputar kesal, itu artinya Jimin harus rela kepanasan sampai tanda cinta yang Jungkook berikan benar-benar memudar.
"Kau boleh memperlihatkannya juga, agar orang lain tahu kau itu milikku."
"Shush! Jaga bicaramu. Aku tidak mau jadi sorotan siapapun."
"Sudah lama semenjak kita bisa setenang ini, cuddle berdua begini."dirasa tak puas dengan respon Jimin, dia mengalihkan pembicaraan. Dokter kecil itu meresponnya dengan gumaman pendek.
"Mm, ya.."
"Huft, padahal besok aku ingin mengantarmu ke bandara.."paras tampannya bersembunyi, menelusup dengan nyaman di dekat bahu Jimin. Membuat empunya ikut merasa tak enak hati untuk Jungkook.
"Tidak apa, kau bisa dimarahi Seokjin hyung jika terus-terusan seenaknya. Hoseok hyung dan Namjoon hyung akan mengantarku. Jangan khawatir,"
"Kenapa rasanya banyak sekali yang ingin menjauhkanmu dariku? Atau hanya aku yang merasa begitu, Jimin-ah?"katanya mengaku terus terang, kehilangan percaya diri. Jimin mengernyit, dia tahu kalau kadang Jungkook bisa jadi sangat naif dan menolak mentah-mentah kenyataan dimana dunia memang berjalan sedemikian rupa. Namun intonasi berombak dari bibir tipis Jungkook sukses merasuk ke jiwanya.
Lagi-lagi Jimin disuguhi kelemahan yang jarang Jungkook singkap pada sembarang orang. Bahkan Jimin sekalipun. Tapi bukankah Jungkook hanya cemas berlebihan?
"Kau harusnya bersyukur kita masih bisa bertemu dan memiliki waktu untuk satu sama lain, Jungkook." Mukanya timbul lagi dari bahu kanan Jimin, menopang dagu di sana. Bibirnya mengerucut tak terima membuat yang melirik dari sudut matanya menghela napas lelah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jungkook-ssi, My Love! [Kookmin] Book II
Fiksi PenggemarJust Some Kookmin Story written in Bahasa. ------ Warning (bxb) Rated: T - M -Kookmin- Book II dari Jimin-Ssi, Its Love. Kini Jimin juga siap. Tekadnya tidak akan kalah dari Jungkook. Mereka akan berjuang bersama sebagai orangtua. Keluarga itu har...