Usai membantunya berpakaian dan mengeringkan rambut, Jimin membimbing Jungkook yang lesu untuk berbaring ke atas kasurnya. Tak diragukan lagi, wajah pucat pasinya mencubit hati. Jungkook meliriknya ragu-ragu, Jimin hapal kegugupannya, dia telah mengenal Jungkook terlalu lama.
"Ada yang ingin kau sampaikan padaku?"
"Maaf aku merepotkanmu lagi."
"..lalu?"
"Aku menyesal tidak bercerita dan malah membuatmu menangis."
"Jika kau merasa bersalah, sekarang tunjukkan aku dimana kau melihat komentar-komentar itu."
"...."
"Jungkook?"
Jungkook tak banyak bicara, malah beralih menangkup pipinya diantara sentuhan yang menghangatkan jiwa. Tersadar ketakutan bisa dia lawan jika matanya digunakan untuk melihat Jimin seorang, ketakutan bisa dia lawan jika telinganya digunakan untuk mendengar Jimin seorang.
Lalu mengapa Jungkook masih harus melihat dan mendengar orang lain? Mengapa Jungkook mesti merasakan hatinya teriris setiap seseorang menunjuk ketidaksempurnaan yang benar ada pada dirinya? Apa dia harus terlahir tanpa cacat? Apa ada manusia semacam itu? Bahkan Jungkook enggan mencari tahu kebenarannya.
"Kook, jawab aku."
"Tidak usah, Jim."
"Aku hanya ingin tahu dan membacanya untuk memastikan."
"Tidak perlu, aku hanya terlalu memikirkannya. Komentar mereka tidak terlalu buruk--"
"Tetap saja! Aku harus tahu." Dengan terpaksa Jungkook membuka kembali halaman dari artikel-artikel yang tampaknya sengaja memancing berbagai komentar buruk tentang permasalahan pribadinya. Permasalahan yang harusnya bisa dia selesaikan tanpa campur tangan media. Jungkook menggeram pelan. Ponsel itu beralih ke tangan Jimin.
Dengan berat hati jarinya tetap berseluncur dan menemukan kolom komentar di bawah artikel itu. Satu tangannya buru-buru menutup mulut, Jimin sungguh terkejut ketika matanya selesai membaca. Benda persegi itu dicengkram kuat-kuat.
@ranppl: Jeon Jungkook masuk Rumah Sakit Jiwa lagi? Sebenarnya apa yang dia pikirkan? Apa dia sungguh punya gangguan mental dan memanfaatkannya untuk menulis buku-buku itu dari fantasi gilanya? Atau dia hanya pura-pura sakit agar bukunya melejit? Bukankah dia juga melakukan ini beberapa tahun lalu?
@bbych: Aku lebih kasihan dengan pendampingnya. Apa yang akan dia lakukan dengan orang pesakitan seperti itu? Bagaimana dengan rumor minggu lalu soal penulis yang selingkuh dengan mantan pacarnya?Wah, ternyata talenta dan wajah bukan segalanya. Sekarang hidupnya pasti sudah hancur.
@nowr_: @bbych Aku dengar dia seorang dokter, bayangkan betapa menyusahkan masih harus mengurus orang gila di luar jam kerjanya. Pastilah sangat melelahkan. Aku ikut bersedih untuknya. Heran kenapa masih ada yang mengidolakan penulis seperti Jeon Jungkook.
Hanya tiga komentar. Jimin hanya sanggup membaca sebanyak tiga komentar. Tidak lebih. Dadanya dihunus pedang tajam yang mendidih. Setegar apapun Jimin, air mata adalah bukti jujur dari dasar hatinya.
"Tidak akan aku maafkan! Bisa-bisanya mereka mengaku sebagai manusia? Aku akan melaporkan semua komentar ini! Semuanya!!"
"Jimin-ah. Aku sudah tidak memikirkannya lagi. Kau sendiri yang mengatakannya, seharusnya aku hanya mementingkan pendapat orang-orang yang aku cintai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jungkook-ssi, My Love! [Kookmin] Book II
FanfictionJust Some Kookmin Story written in Bahasa. ------ Warning (bxb) Rated: T - M -Kookmin- Book II dari Jimin-Ssi, Its Love. Kini Jimin juga siap. Tekadnya tidak akan kalah dari Jungkook. Mereka akan berjuang bersama sebagai orangtua. Keluarga itu har...