chap:03

190 26 4
                                    

Yoongi pov

Mentari bersinar dari cela-cela kecil tirai hitam tersebut. Sudah satu jam aku terbangun dan kini aku telah siap untuk pergi ke tempat kuliahku. Jika aku boleh jujur, sebenarnya aku tak ingin melanjutkan kuliah ku. Aku ingin merawat ibuku yang tengah terbaring lemah di kamarnya.

Kubuka pintu kamarku dan berjalan menuju kamar ibuku. Kulihat beliau tengah tidur dengan pulas. Aku sangat mengkhawatirkan keadaannya sekarang. Semakin lama,keadaan beliau semakin memburuk.

"Yoongi ya? Mengapa kau belum berangkat untuk kuliah?" Tanya beliau dengan suara lemah lembutnya. Ia kemudian mencoba untuk duduk. Aku membantunya untuk duduk.

"Eomma. Sebaiknya Eomma berbaring saja. Aku hanya ingin melihat keadaan Eomma sebelum berangkat." Kataku membelai lembut tangan ibuku. Sungguh miris melihat tubuh ibuku yang hanya tinggal tulang berbalut kulit itu. Rasanya aku ingin menangis melihat kondisinya. Tapi aku tak bisa. Jika aku menangis sama saja aku menambah beban ibuku.

Ibuku hanya tersenyum melihat diriku mengecup tangannya itu.
"Berangkat lah sekarang. Nanti kau terlambat untuk kuliah."

"Eomma tidak bisakah aku disini sehari saja untuk menemanimu? Aku sedang tak ingin pergi kuliah." Kataku dengan lembut.

"Yoongi ya.Aku tak apa-apa. Pergilah kuliah. Aku ingin melihat putraku menjadi orang yang berhasil di kemudian hari."

"Apa gunanya menjadi orang kaya Eomma?.kekayaan hanya membuat seseorang menjadi lupa dan serakah sama seperti laki-laki itu."

"Jangan seperti itu kepada appa mu. Dia pasti akan kembali. Hanya saja belum saatnya."

"Mau sampai kapan Eomma membela laki-laki busuk seperti dia. Lihatlah sekarang. Bahkan untuk menjenguk mu saja dia tak sudi. Padahal dia satu atap dengan kita. Waktunya harusnya menjadi hak mu Eomma.Tapi dia malah memberikan semuanya kepada jalang itu."

"Yoongi ya.dengar kan Eomma. Jangan berkata begitu kepada ayah mu. Mau bagaimana pun sikapnya dia tetap ayah mu dan perempuan itu juga ibu mu."

"Eomma bilang ibu ku?. Ibuku hanya satu. Yaitu kau Eomma. Dia lebih pantas di panggil jalang murahan dari pada ibu. Status seorang ibu hanya diberikan untuk wanita seperti mu Eomma"

"Sudahlah lebih baik kau pergi kuliah. Aku akan menjaga diriku baik-baik."

"Baiklah kalau Eomma memaksa. Tapi Eomma harus makan dan minum obat. Semuanya sudah ku siapkan di sini. Araseo Eomma?"

"Araseo."

"Kalau begitu aku berangkat. Jaga diri Eomma baik-baik.jika terjadi apa-apa hubungi aku."

Ku cium kening ibuku. Sungguh berat meninggalkannya seorang diri. Apalagi dengan kondisi nya yang tengah berjuang melawan kanker yang menggerogoti tubuhnya saat ini.

Aku berjalan membuka pintu kamar ibuku dan menutup nya kembali. Ku turuti anak tangga rumahku. Rumahku termasuk rumah yang sangat megah dan besar. Isinya pun tak kalah indah. Orang bilang keluarga kami harmonis dan begitu damai. Tapi sayangnya itu semua hanya omong kosong belaka.

Ayahku telah dibutakan oleh harta kekayaan dan jabatan di kantornya. Dulu ayah tak seperti itu. Dia ayah yang pengertian dan sangat perduli kepada anak dan istrinya. Kehidupan kami pun bahagia meskipun tinggal dirumah yang sangat sederhana. Namun semuanya berubah semenjak kejadian 10 tahun yang lalu.

Saat itu ayahku diangkat menjadi direktur sebuah perusahaan besar. Ayah ku sungguh amat senang. Kami semua sangat senang. Karna itulah impian ayahku sejak dulu.
Awal menjadi direktur,semuanya masih berjalan dengan biasanya. Namun lama-kelamaan ayah ku berubah total. Dia selalu tak puas dengan apa yang dilakukan ibuku. Katanya istri seorang direktur harus pandai merawat diri. Harus terlihat cantik dan awet muda agar tak mempermalukan dirinya sebagai seorang direktur. Ibuku sudah melakukan semampunya untuk tampil cantik dihadapan rekan-rekan kantornya. Tapi memang sudah menjadi sifat dasar ibuku untuk berperilaku secara sederhana.

Tapi ayahku tetap tak merasa puas dengan itu. Setiap pulang dari acara kantor, ayahku pasti main tangan dengan ibuku. Ia bilang semua orang membicarakan penampilan ibuku yang terkesan sederhana dan kuno. Aku hanya bisa menyaksikan pemandangan menyedihkan itu dari kamarku. Aku menangis sederas-derasnya.
Mengapa aku tak pernah membela ibuku?. Hal itu sudah ku perbuat banyak kali. Tapi ibuku melarang untuk ikut campur. Ia tak ingin aku membenci ayahku. Tapi itu sudah terjadi. Aku sudah membenci ayahku. Meski pun ia tak pernah berkata kasar kepadaku. Tapi rasa benci ini sudah menorehkan luka yang amat dalam di hatiku. Bahkan memanggilnya dengan sebutan ayah saja rasanya bibirku kaku.

Setelah merasa bosan dengan apa yang di berikan ibuku, ayahku tiba-tiba membawa pulang seorang jalang dan menidurinya. Jalang itu pun dengan senang hati menuruti ayahku. Karna secara ekonomi ayah ku mampu memenuhi kebutuhan hidupnya itu. Tak berapa lama kemudian ayahku menikah untuk yang kedua kalinya. Tentunya dengan jalang yang ia tidur setiap harinya.
Dan tak berapa kemudian perempuan itu hamil anak ayahku yang secara otomatis akan menjadi adikku.

Dan semenjak itulah ibu tiriku memperlakukan aku dan ibuku seperti parasit di rumah ku. Aku marah. Ingin rasanya aku membunuh wanita itu. Tapi aku sadar bahwa itu bukanlah hal yang benar. Apalagi ia tengah mengandung anak ayahku. Adikku sendiri. Aku tidak mungkin membunuh seorang anak yang tak berdosa sama sekali.

Setelah melahirkan anak ayahku, tingkah perempuan itu semakin menjadi-jadi. Ia bahkan merengek pada ayahku untuk membeli rumah baru dan meninggalkan aku dan ibuku sendirian. Tapi untungnya ayahku masih mempunyai sedikit hati nuraninya pada ibuku. Mau bagaimana pun ibuku tetap istrinya dan aku tetap anaknya. Perempuan itu semakin berbuat yang semena-mena kepada ibuku. Ia bahkan menjadikan ibuku sebagai pembantunya. Aku semakin membenci wanita itu. Ia bilang bahwa kami adalah parasit namun pada kenyataannya ia lah parasit di rumah ini. Ia bahkan kerap membawa pria lain untuk tidur dengannya disaat ayahku sedang tak ada dirumah karena tugas kantornya.

"Ya! Anak tak tau malu. Mau kemana kau pagi-pagi?"teriaknya

Aku hanya diam dan mengacuhkan setiap ucapan dari wanita murahan itu. Merasa ku acuhkan,wanita itu kembali berteriak.

"Mau kemana aku apa perduli mu denganku? Tak usah kau mengurusi hidupku. Urus saja kehidupan mu dengan pria itu. Dasar wanita jalang." Kataku dengan tajam dan sinis.

"Apa kau bilang! Wanita jalang?murahan? Aku bukan jalang. Ayah mu saja yang tergoda denganku."

Aku hanya tersenyum miring. Merasa jijik dengan tingkah yang dilakukan perempuan itu,ku langkah kan kakiku keluar dari rumah ini.

Sesampainya di tempat kuliahku, aku dihadapkan dengan gadis baru yang entah aku tak tau namanya. Gadis yang kemarin secara beraninya duduk di sampingku dan memperhatikan ku selama pelajaran. Dan ya,hal itu tentu saja membuat ku terganggu. Dan yang lebih menjengkelkan lagi ia bahkan menahan tanganku dan memintaku untuk meminjamkan catatan ku kepadanya. Aku tau bahwa tak seharusnya aku membentaknya dan membuatnya menangis. Tapi aku memang benci jika di perhatikan dan disentuh wanita. Apa lagi dengan melihat penampilannya. Sudahku pastikan bahwa gadis itu adalah gadis manja dan telah terbiasa dibesarkan dengan gelimangan harta. Entah mengapa aku menjadi benci ketika melihat gadis itu. Dan hari ini dengan beraninya ia menyapa ku dan duduk di sampingku lagi.

Akhirnya selesai juga😄. Kalian merasa juga gak sih dengan apa yang dirasain sama si yoongi.
Sedih bukan? Aku juga sedih. Kasihan hidupmu yoon😢 tapi gk apa nanti ada masanya kamu bahagia...😊

Oh ya jangan lupa vote dan comment loh...👌
See u next chapter👋







LOVE and TEARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang