Chapter 19

8K 583 46
                                    

"Kau tidak akan pergi lagi, kan?"

Sasuke memandangi Sakura dengan senyuman yang baru pertama kali Sakura lihat. Tangan Sasuke terus menggenggam tangannya sejak pria itu bangun dari komanya. Sasuke tidak pernah melepaskan tangannya, kecuali jika berurusan dengan toilet dan kamar mandi. Sasuke juga tidak pernah berhenti tersenyum kepadanya dan meminta agar Sakura tidak meninggalkannya lagi.

Sakura mencoba melepaskan genggaman tangan mereka, namun tidak bisa. Jika ia berhasil melakukannya, maka Sasuke hanya akan mengambil tangannya lagi untuk di genggam dengan semakin erat.

Apa yang terjadi pada pria itu selama tidak sadarkan diri?

"Lepaskan tanganmu. Aku ingin menelepon Hinata."

"Kau bisa meneleponnya dengan satu tangan."

"Lepas."

"Tidak mau."

Sakura mendengus kesal. Ia berharap dirinya akan merasa mual terus menerus agar bisa terlepas dari pria itu. Namun sejak Sasuke selalu berada di dekatnya, bahkan selalu mengikuti ke mana pun ia pergi setelah pria itu sudah di perbolehkan untuk pulang ke rumah, entah mengapa ia tidak pernah merasa mual lagi. Sakura bahkan hampir melupakan bahwa dirinya sedang mengandung.

Sakura berdiri dari sofa. Sasuke mengikuti dan langsung menariknya ke dalam pelukan. Menahan Sakura agar tidak pergi.

Semua ini sungguh berlebihan! Sakura semakin membenci Sasuke seiring dengan kedekatan mereka yang semakin lengket.

∞∞∞

"Halo, namaku Mackenyu Arata. Senang bertemu dengan kalian semua."

"Aku Hirose Suzu. Apa kabar?"

Kedua aktor dalam film yang akan di buat itu sedang menyapa para kru serta pemain yang lain. Hinata terharu karena bisa bertemu dengan artis kesukaannya. Ia sempat mengobrol dan berfoto bersama Mackenyu serta Suzu. Setelah itu perbincangan mereka pun berubah menjadi urusan bisnis.

Ia benar-benar tidak sabar untuk memulai syuting. Berteman dengan para kru film ternyata sangat mengasyikkan. Apalagi ia bisa bertegur sapa dengan artis-artis terkenal yang sangat sulit untuk di dekati oleh orang biasa.

Pada tengah hari, pekerjaan Hinata untuk hari ini sudah selesai. Syuting akan di mulai beberapa hari lagi. Semakin hari ia akan di sibukkan dengan syuting dan pemilihan dialog naskah. Jika semuanya lancar, filmnya mungkin akan rilis di bioskop tujuh hingga sembilan bulan mendatang.

Hinata pergi ke salah satu restoran yang menarik perhatiannya untuk makan siang. Ia terpaksa menolak ajakan Mackenyu dan Suzu agar mereka makan bersama. Itu dilakukan karena Hinata harus menemani sang produser menemui para investor yang bisa menjadi jalan menuju kesuksesan untuk film-filmnya.

Sekarang sudah hampir jam tiga sore. Ia benar-benar terlambat untuk makan siang.

Ponselnya berdering. Hinata merogoh tasnya dan tersenyum saat mengetahui bahwa yang meneleponnya adalah Sakura.

"Halo, Sakura?"

"Hei. Bagaimana Osaka? Sebenarnya aku ingin sekali ikut denganmu ke sana, lalu tidak akan pernah kembali ke sini lagi selamanya."

"Sangat menyenangkan. Aku berhasil bertemu dengan Mackenyu dan Suzu."

"Sungguh? Mereka benar-benar di pilih menjadi aktor utama dalam filmmu? Uwah, itu hebat sekali, Hinata. Aku bangga kepadamu."

Seorang pelayan datang membawakan pesanannya. Hinata mengubah panggilan biasa mereka menjadi sebuah panggilan video. Ia asyik berbincang dengan Sakura seraya memakan makan siangnya.

Love Isn't Simple ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang