"Gubrak, Gubrak!" Sebuah suara yang kencang terdengar sangat keras didalam sekolah itu, semua murid yang mendengarnya segera menuju asal suara tersebut.
Rafi terjatuh diantara kursi - kursi dan meja - meja digudang, diterlihat kesakitan, didepannya berdiri seorang lelaki yang mana dia adalah teman sekolahnya dan juga sekelasnya, lelaki itu bernama Sandi Sani
"Sudah kubilang, aku tak senang diganggu, apalagi dengan orang yang sombong sepertimu" Seru Sandi pelan tapi penuh dengan wibawa, bibirnya berdarah karna dihajar oleh Rafi dan gangnya.Sandi Memutar balikan tubuhnya dan melihat kearah semua anak buahnya Rafi yang berjumlah tiga orang itu, Sandi melemaskan pandangan matanya kearah mereka semua, dia juga tersenyum pada mereka.
"Minggirlah, jangan membuatku memaksa kalian untuk melakukannya" Serunya kembali.Mereka langsung memberikan jalan pada Sandi, Sandi kembali tersenyum, Dia berjalan perlahan kearah mereka dan siap untuk pergi, tapi ketika berpapasan dengan mereka, Sandi berhenti sejenak, Dia menengok kearah sampingnya, Rio yang mana sangat bersemangat menggebuknya diawal tadi.
"Yo!" Panggil Sandi sambil memegang pundak Rio, Rio bergetar, jantungnya berdetak kencang serasa ingin copot dari tempatnya, dia menganggukan kepalanya pelan dengan penuh ketakutan.
"Habislah...riwayatku..." keluhnya dalam hati
"Terima kasih atas pukulanmu yang telah membuat bibirku berdarah." seru Sandi sambil tersenyum licik, Rio semakin ketakutan karnanya.
"Tapi tenang, aku sudah biasa disakiti, tapi aku harap jangan kamu ulangi ya....dan satu lagi..." kata Sandi berhenti sejenak, Rio memerhatikannya
"aku yakin sebentar lagi guru BP akan datang dan menanyakan apa yang terjadi, aku harap kamu tak membawa namaku, kamu paham?" Jelas Sandi kembali, Rio terdiam sejenak, dia menelan ludah karna gugup dan ketakutan karnanya, lalu menganggukan kepala karna paham apa yang harus dia lakukan.
"Good job, aku percayakan hal ini padamu, thanks ya...sorry" Seru Sandi sambil menepuk pundak Rio lali pergi meninggalkan mereka semua.Rio dan dua orang anak buahnya itu langsung menghampiri bosnya si Raffi itu yang mana masih kesakitan memegangi punggungnya yang membentur kursi - kursi dan meja - meja digudang itu, mereka membantu Bos mereka berdiri dan berjalan.
Seketika datanglah kerumunan murid sekolah itu untuk melihat apa yang terjadi dan juga disusul oleh Guru BP mereka, Pak Katma yang mana Guru BP itu melihat memerhatikan mereka dengan teliti, berusaha membaca situasi mereka.
"Maaf pak, ini hanya kecelakaan kecil saja " seru Rio langsung saja mengambil alih, dan dia tak luap tersenyum padanya, Pak Katma mendelik
"Benarkah? bukan karna perkelahian?' tanyanya kembali
"iya...bukan" serunya
"Baiklah, semuanya bubar kalau begitu." Serunya mengangkat suaranya agar semuanya bsia mendengar suaranya, semuanya menurut dan langsung ketempat yang mereka inginkan.
"Baik Pak! Kami pamit dulu, kami ingin membawa Rafi ke UKS secepatnya"
"yasudah cepatlah! sebentar lagi bel masuk kelas akan berbunyi, jadi bergegaslah" serunya mengingatkan
"ya Pak" Jawabnya dan langsung mempercepat jalannya.Sandi yang sedang berjalan santai perlahan itu tiba - tiba dikagetkan oleh panggilan seorang wanita yang mana sanga dikenal olehnya, dan bahkan sangat dekat dengannya.
"Sandi!" panggil wanita itu, Sandi menelan ludahnya, dia gugup dan juga takut karna bibirnya berdarah, dia tak ingin membuatnya khawatir, dia berfikir bagaimana caranya agar dia tak mengetahui bahwa dia sedang terluka.
"Sandi....." panggilnya lagi semakin mendekat, suaranya semakin jelas karnanya, dia sekarang ada dibelakang Sandi, wanita itu memegang pundak Sandi sambil tersenyum.
"Hey! kamu dari mana saja? Kakak tunggu dikantin kok kamu tak datang - datang sih?" keluhnya, sandi hanya terdiam, dia tak tahu apa yang harus dia lakukan dalam keadaan seperti ini dan entahlah apa yang dia harus jawab.
"Hey....mengapa diam saja?" tanyanya lagi mulai melihat kearah wajah Sandi , tapi Sandi langsung saja membuang pandangannya kesamping kanan agar dia tak melihat luka dibibirku ini.
"Ada apa sih?" tanyanya semakin penasaran dan berusaha melihat wajah Sandi dengan sempurna.
"Hmz....tidak." jawabnya sambil membuang pandangan dari wanita itu, Wanita itu langsung cemberut lalu memegang kepala Sandi dan memutarnya agar melihat dirinya.
"eh...." keluh Sandi
"Kamu kenapa? bibirmu kok....?" tanyanya lagi berusaha menebak apa yang telah menimpa Sandi saat itu
"Tidak...tidak....ini tak seperti apa yang kakak pikirkan..." elak Sandi sedikit bertingkah aneh, wanita itu menyipitkan matanya, Dia masih belum percaya dengan apa yang telah Sandi katakan
"kamu berkelahi?" tanyanya
"Ti...tidak..... Aku tak berkelahi...." Jawab Sandi sedikit terbata - bata karna rasa gugup yang dia rasakan itu
"Bo...hong!" teriaknya, Sandi tercekang mendengarnya
"Ti....ti....dak....." Jawab Sandi dengan penuh kebingungan dan keraguan
" lalu apa?" tanyanya kembali
YOU ARE READING
Fighta Lova
Teen Fiction"Rifda bagaimana jika aku perrgi" Tanya Sandi tiba - tiba "Maksudmu?" Tanya Rifda heran "Bagaimana jika aku pergi meninggalkanmu untuk selamanya?" Tanyanya lagi, spontanitas pertanyaan itu membuatnya sedih dan bahkan menangis, bayangkan jika kamu s...