Bagian 3

19 1 0
                                    

Berkerja bersama Rey ternyata tidak begitu buruk, bahkan sama sekali tidak buruk. Dia teramat baik kepadaku, memberikan pekerjaan yang ku pikir apa ada pekerjaan semacam ini? Yang memberiku gaji lebih dari kata cukup, memberi pekerjaan yang sama sekali tidak memberatkan, yang bisa memperlakukan ku layaknya seperti seorang teman, dan aku tidak merasa 'dimanfaatkan'.

"Apa ada referensi tempat makan siang lagi Raa?"

"Stock referensi ku sudah habis Rey"

Entah manusia seperti apa Rey ini, membiarkan anak buahnya yang seharusnya bekerja untuknya malah sibuk menulis karangan cerita. Entah kenapa akhir-akhir ini aku selalu mendapat ilham untuk menulis, jadi rasanya tangan ku gatal jika tidak menuangkannya dalam cerita-cerita ku. Rey adalah orang keempat yang mengetahui ini, Arya bahkan tidak tahu kalau aku suka menulis.

"Kalau kamu sudah selesai kita bisa makan siang Raa" kata Rey yang masih fokus pada laptopnya.

Entah siapa yang bekerja untuk siapa, kurasa pertanyaan itu pantas untuk kita berdua. Aku pernah menanyakan hal-hal yang membuatku janggal karena kebaikannya, tapi ia hanya menjawab

'tidak semua orang sepertimu Raa, jika bisa aku hanya ingin berbicara denganmu saja.' Begitu katanya. Bayangkan, tugas ku hanya menemaninya, mendengarkan ceritanya, dan terkadang bertukar pikiran dengannya. Ingin tahu dari sisi yang berbeda, katanya.

Satu bulan mengenal Rey rasanya kata 'nyaman' sudah cocok untuk ku katakan. Ku pikir aku tidak terlalu cepat untuk menyimpulkan hal ini, karena sebelumnya aku lebih cepat menyimpulkan hal-hal seperti ini, dan rasanya kali ini begitu berbeda.

Kalau saja bisa ku deskripsikan sosok Rey, pasti selalu ada pujian didalamnya. Satu yang tidak aku sukai darinya, aku tidak suka dia saat menatapku.

"Aku ingin ke pantai Raa, kau mau ikut?"

"Aku tidak suka pantai Rey."

"Kenapa?"

"Tidak suka saja." Kata ku sambil membalik badan dan menuju kearahnya yang sedang menonton tv. Yaa, saat ini rasanya aku memiliki dua rumah. Rumahku dan apartemen Rey. Aku akan sering datang ke apartemen Rey jika dia tidak ingin ke kantor atau sekedar menyampaikan lelah dari kertas-kertas yang menghasilkan uang.

"Jadi kamu mau kemana?"

"Tidak ingin kemana-kemana, lagi pula kalau kamu ingin berpergian dan aku tidak ikut tidak jadi masalahkan?"

Dia diam menatapku yang sudah duduk disampingnya.

"Rasanya tidak akan sama kalau tidak ada kamu Raa"

"Begitu?" oh yang benar saja Rey.

"Aeraa" mengapa setiap kali dia memanggilku aku merasa tidak enak? Rasanya ada sesuatu yang membuatku gugup.

"Aku menyayangimu Raa, bisa kita memiliki hubungan lebih dari sekedar bos dan asisten pribadinya?lebih dari seorang teman? sesuatu yang lebih special mungkin?"

Yups, kalimat itu adalah kalimat yang paling tidak romantis yang pernah aku dengar. Kalimat yang membuatku bingung bercampur senang. Kalimat tanya yang dengan mudah untukku jawab. Kalimat itu menjadi tanda bahwa hubungan kami sudah berubah saat aku menjawab 'bisa'.

Rasanya kali ini aku merasa bahagia, sebelum-sebelumnya juga bahagia, hanya saja ini sedikit lebih berbeda, lebih merasa bahwa aku benar-benar ingin menyayanginya.

Aku berpikir bahwa semesta sepertinya lelah membuatku menderita, dia lelah membuatku menjadi orang kejam rupanya. Sejak saat dimana Rey mengucapkan kalimat itu, aku merasa orang paling beruntung bertemu dengan Rey, jika saja aku tidak nyaris ditabrak olehnya mungkin hidupku tidak akan membaik dari yang kemarin.

AeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang