Bagian 6

8 0 0
                                    

Siapa kalian?!!

(Hahahaha)

Pergii!!

Mimpi itu lagi.

Masih pukul 02.00 dini hari, itu berarti aku hanya bisa tertidur satu jam karena mimpi sialan itu. Sebenarnya ada apa denganku??
Mata ku tertuju ke secarik kertas yang ada dimeja kamarku, aku mengambilnya. Alamat Atsa, laki-laki yang ku temui ditoko buku siang tadi.

“iya aku.. Atsa” sambil mengulurkan tangannya kepadaku.
Aku tidak berniat berkenalan dengan orang aneh ini.

“hei tunggu.” Sekarang dia mengahalangi langkahku? Oh orang ini benar-benar gila.

“ini” katanya sambil memberikan secarik kertas kepadaku.

“Aku hanya ingin membantumu, kebetulan aku ini lulusan psikologi, yaa.. walaupun aku tidak mengerti ilmu itu sebenarnya tapi itu tidak penting, kau hanya butuh aku.” Kalau kalian bisa bayangkan wajah laki-laki ini sangatlah sombong dan menyebalkan. Ia terus memberikan senyuman konyolnya sedari tadi.

“Aku tidak berminat.” Kataku sambil berlalu darinya. Tangan ku tiba-tiba diraih dan diberikannya kertas dengan paksa, siapa lagi kalau bukan laki-laki gila itu.

“Kau bisa pikirkan lagi nanti, dan.. kau bisa menemuiku dirumah ku jam 10, aku tidak  menerima tamu terlalu pagi.”

~~

Aku mengetuk pintu rumah bercat putih, rumah yang sederhana namun terasa nyaman, sepertinya. Aku berpikir kalau pria gila itu punya selera yang cukup baik.

“Yaa..?” kata si pemilik rumah dari balik pintu sambil membukakan pintunya, Ia tersenyum melihat ku.

“Silahkan masuk. Aku akan mengambil buku sebentar.”

Aku membalasnya dengan anggukan kepala, rumah ini cukup membuatku nyaman. Sofa yang empuk dan nuansa yang indah. Dipenuhi barang-barang antik sepertinya, mataku tertuju untuk memainkan lampu yang bentuknya bulat seperti bumi dan terdapat manusia kecil didalamnya. Aku mencoba menyalakannya tapi kemudian aku seperti tersetrum.

“Oh yaa aku belum tahu namamu.” Aku mendengarnya tapi masih terkejut dengan lampu itu, aku yakin dia tahu kalau aku sedang memainkan barang miliknya.

“Kau tidak akan percaya jika aku katakan, lampu ini tahu kalau hatimu sedang kacau,  orang yang hatinya sedang kacau akan tersetrum jika ingin menghidupkannya dan dia tidak akan menyala.”

“Dan sebaliknya lampu ini akan menyala dan tidak akan tersentum jika hati orang itu baik-baik saja.” Katanya dengan sombong sambil memainkan lampu itu dengan santai. Masa bodoh dengan lampu itu, aku tidak ingin memainkannya lagi.

“Aeera.” Ku jawab pertanyaannya yang ku dengar sebelumnya. Aku melihatnya diam sebentar menatapku lalu tersenyum.

“Nama yang bagus, jadi Aeera apa kau merasa kau sudah gila?”

Apa? Pertanyaan macam apa itu?

“Sebaiknya aku pulang.” kataku ingin bergegas dari tempat itu, dasar laki-laki gila. Kau yang gila.

“Aku hanya bercanda, duduklah.”

Aku duduk dan aku tidak tahu mengapa aku bisa tetap berada ditempat itu.

“Aku tidak tahu apa kau bisa membantukku atau tidak tapi ku pikir aku bisa mencobanya, dan jika ini berhasil aku akan membayar berapapun yang kau mau.” Yaa walaupun aku tidak tahu uang dari mana.

“Oke deal, semoga saja aku bisa membantumu, ceritakan saja apa yang ingin kau buat berhasil.”

“Aku mengalami mimpi aneh akhir-akhir ini, mimpi yang sama berulang kali. Aku seperti berada disebuah gedung tua dan dikelilingi oleh orang-orang aneh yang tidak bisa ku lihat wajahnya, mereka hanya terus tertawa dan menyudutkanku.”

AeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang