Bagian 1

37 1 0
                                    

"Aeera.." Panggilan lembut yang ku terima di telingaku membuatku membuka kedua mataku. Samar-samar aku melihat wajahnya. Tangannya terus membelai rambutku dengan lembut. Sosok teduh itu muncul tatkala aku bisa melihatnya dengan jelas.

"Jam berapa ini bu?" Tanya ku sambil menaikan punggungku bersandar di pinggiran kasur.

"Jam 8, bangun dan mandi, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu." Ucapnya sambil tersenyum lembut padaku. Aku mengangguk meng'iya'kan perkataannya. Wanita itu keluar dari kamarku, membiarkan aku melakukan apa yang ia minta.

Menatap diriku dikaca kamar mandi, Oh aku sangat kacau. Itu bisa terlihat bagaimana mataku terlalu sembab serta wajahku yang begitu.. buruk. Aku mengingat kejadian semalam, apa aku minum terlalu banyak?. Menyalakan shower dan membiarkan air jatuh ke tubuhku membuatku merasa lebih baik. Membiarkannya beberapa saat, setidaknya membiarkan air melunturkan semua apa yang telah terjadi padaku semalam.

Menuruni tangga, aku mendapati wanita yang beberapa menit lalu membangunkan ku dari mimpi buruk. Santai dan begitu serius membaca buku resep makanan di meja makan, ia bahkan tak melihatku saat menuju kearahnya dan mulai duduk di kursi yang biasa ku duduki. Sampai akhirnya ia sadar dengan keberadaanku.

"Makanlah sarapan mu Ra, nanti akan kubuatkan air jeruk hangat setelah kau menghabiskan .."

"Makan siang ku?" Aku memotong perkataannya, wanita itu tersenyum menatapku. "Mengapa ibu sering berbohong untuk itu bu?" Aku mengerutkan dahi ku sedikit, sambil terus menyuapi makanan ke mulutku. Aku hanya heran mengapa wanita itu senang sekali berbohong mengenai jam bangunku. Aku melihat jam weker yang berada di meja belajarku sehabis mandi, jam itu menunjukkan jam 11 siang.

"Aku hanya tidak ingin kamu bangun dengan terus mengumpat dalam hati karena jam bangunmu Ra, kamu akan bangun dengan tergesa-gesa sampai kamu tidak tahu apa yang harus kamu lakukan." Ucapnya tidak bisa menghilangkan kekehannya. Dan.. itu benar, jadi aku hanya menatap makananku sambil ikut terkekeh.

"Aku putus dengan Sean..tepatnya aku yang memutuskannya." Ucapku tak bisa berbohong darinya, aku terkekeh ironi mengingat kebiasaanku sendiri. Wanita itu hanya menatapku dengan senyumannya seperti biasa. "Apa aku mabuk berat semalam?" Tanyaku, mengingat ketika bercermin tadi aku masih bisa merasakan bau alkohol dalam mulutku. Aku pasti mabuk berat.

Dia menggelengkan kepalanya pelan, "Kamu hanya mengetuk pintu terlalu keras sampai tetangga lain mungkin bisa mendengarnya, dan terus saja berkata bahwa mereka tidak akan menyakitimu dengan mudah. Ibu pikir Sean anak yang sangat sopan."

Mataku terus menatap makananku, mungkin aku telah membuatnya malu karena membuat kekacauan semalam, tapi aku tidak bermaksud begitu. Dan.. perkataanku mengenai hal itu, itu adalah hal yang selalu aku tanamkan dalam hatiku.

"Kamu mabuk untuknya?" Pertanyaan konyol keluar dari mulutnya karena aku bungkam sedari tadi.

Aku menggelegkan kepala, meremehkan perkataanya " Aku terlalu lemah jika mabuk hanya untuknya, aku hanya mencoba bersenang-senang dengan menghapus semua yang sudah terjadi antara aku dengan Sean." Aku mengatakannya dengan benar. Untuk apa aku mabuk untuknya?. Dan.. entahlah, aku bahkan lupa mengapa aku bisa menangis sampai membuat mataku sembab.

"Baiklah. Tidak ada jadwal hari ini?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan yang memang ingin ku akhiri. Dia selalu tahu mengenai aku. Cara bicaranya yang teduh serta selalu sabar dengan ucapan maupun tingkahku membuatku sangat menyayanginya, berbeda dengan dia.

"Mungkin aku akan berjalan-jalan sambil membawa lamaranku dan menaruhnya ketempat-tempat yang seharusnya." Ucapku santai.

"Apa ini tidak terlalu siang untuk melamar sebuah pekerjaan?" Ucapnya sambil berdiri dan menuju arah dapur.

AeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang