Rumah ini seketika ramai oleh ocehan Sasa yang memecahkan gendang telinga, akan seperti ini jika ia kemari. Aku heran mengapa Arya bisa begitu mecintai wanita ini. dan sekarang mereka terlihat baik-baik saja, aku bersyukur dengan hal itu.. paling tidak Arya bisa bahagia sekarang, pinta ku jika ada drama lagi dalam hubungan meraka, kumohon biarkan mereka berpisah saja.
"Besok malam temanku yang ada disini mengadakan pesta kecil-kecilan, kalian mau ikut?" undang Arya saat kami berkumpul diruang tengah. Bercerita seperti biasanya, dan aku belum berniat bercerita soal Atsa pada mereka, alasanya sama seperti aku tidak memberitahu ibu mengenai Atsa. Aku tidak ingin terlihat seperti orang yang menyedihkan walau aku tahu bersama Atsa aku tidak terlalu begitu menyedihkan.
"Kau punya teman disini moo?"
" Ayolah, Aku tidak sepertimu moo."
Aku bisa mendengar dengan jelas ibu dan teman-temanku tertawa karena kata-kata Arya yang benar adanya.
"Aku ikuut." Kata Emil dengan antusias
"Aku jugaa, Aeera juga harus ikut." Timpal Sasa memaksa. Mereka merayuku seperti anak kecil yang minta dibelikan permen, menggelikan.
"Iyaa aku ikut" kataku pasrah, aku tidak bisa menolak keinginan mereka saat mereka mengunjungiku, aku tidak ingin mereka kecewa walaupun mereka tahu aku selalu terpaksa saat mereka meminta sesuatu, tapi mereka juga tahu bahwa aku sangat menyayangi mereka.
Sekali lagi Atsa benar, walaupun hanya sedikit orang-orang yang ada didekatku tapi aku menyayangi mereka dengan tulus dan mereka pun begitu, setidaknya mereka yang hanya sedikit ini tidak akan meninggalkanku atau aku yang tidak mungkin meninggalkan mereka dengan mudah. Sekali lagi ku harap begitu, karena aku tidak percaya dengan semesta, Dia senang membutku menderita.
~~
Seperti pesta pada umumnya, ramai dan berisik. Alunan musik mendominasi pesta itu, sampai orang-orang yang berbicara harus mendekatkan telinga mereka ke asal suara.
Aku mencoba menikmati pesta ini, jujur aku hanya akan ke bar jika pikiran dan hatiku sedang kacau, aku akan minum sebanyak-banyaknya disana walaupun aku tidak menginginkannya. Arya, Sasa dan Emil sangat menikmati pesta ini, makanannya sangat lezat kata mereka. Ku dengar dari Arya pesta ini dibuat untuk merayakan ulang tahun temannya, maka dari itu kami kesini datang membawa kado untuknya, aku tidak memberikannya langsung hanya menitipkannya pada Arya.
Ku lihat teman Arya itu menaiki panggung kecil dan mengambil gitar yang sudah tersedia disana. Ia mengucapkan terima kasih pada hadirin yang telah datang dipesta kecil ini dan atas doa yang diberikan mereka untuknya. Ia mulai mempersembahkan aksinya untuk teman-temannya yang datang ke pesta ini.
Suaranya yang merdu dan petikan gitarnya yang syahdu membuat semua orang yang mendengarnya kagum, tak terkecuali aku. Aku menikmati lagu yang dibawakannya, lirik soal cinta, hidup dan wanita, cukup jelas aku melihat wajahnya yang hanyut akan lagu yang dibawakannya sendiri.
Aku merasa bahwa ia melihat ke arahku dan tersenyum sambil terus memainkan gitarnya dan bernyanyi, aku berada dekat dengan panggung kecil seperti yang ada di café-café. Aku tidak ingin terlalu percaya diri saat laki-laki itu terus melihat kearahku, sampai aku sadar bahwa memang ia benar-benar melihatku sedari tadi.
"Teman Arya melihat kearahmu terus Aeera." Kata Emil menggodaku dengan terang-terangan.
Iya aku tahu, aku juga bisa melihatnya. Ia memang terus memandangku sampai lirik terakhir yang ia nyanyikan. Ia turun dan digantikan oleh penyanyi sebelumnya saat pertama kali kita datang. Ia turun dari panggung itu dan berjalan ke arahku sambil tersenyum.
"Hai." Kata laki-laki itu mengulurkan tangannya. Aku melirik kearah Emil yang ada disebelahku, ia tersenyum seperti memberi isyarat 'cepat jabat tangannya'.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aeera
Fiksi Remajaada dititik mana dia di semesta ini? semua baginya abu-abu. tidak ada yang pasti. dia pikir semestanya sama dengan yang lain, tapi nyatanya setiap orang punya semestanya sendiri. ada yang mendukung, ada yang tidak peduli. mungkin dia orang yang tida...