03. How to Make Her Live Here

2.6K 286 28
                                    

Pagi yang menjelang siang diawali dengan sebuah senyuman, mengawali cerahnya alam dengan sesuatu yang baik adalah pertama kalinya bagi Ve. Lelaki itu gila, benar-benar gila dengan segala kenekatan yang saat ini tengah ia lakukan.

Taehyung. Kim Taehyung.

Mendengarkan nama itu seharusnya Ve kesal, marah. Karena sejak lima belas tahun yang lalu nama Kim Taehyung seolah tabu. Kembali mengingatkan dirinya pada kisah kelam yang Ve alami di masa kecilnya, di Daegu. Sangat polos dengan segala kebaikan yang dapat ia lakukan di umurnya yang masih berkisar sebelas tahun.

Ve sendiri tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Dan mengenai Anelyn, gadis itu menarik bagi Ve, rasa aneh seperti ini tidak pernah lelaki itu rasakan, dan sekarang, Euphoria ingin terus di dekat Anelyn seolah membuat Ve hilang kendali akan dirinya sendiri.

Ve tahu dirinya brengsek, sangat brengsek. Berbeda dengan Anelyn yang sangat polos. Maka dari itu, ia berusaha sebaik mungkin menjadi lelaki yang pantas untuk Anelyn, karena Ve yakin, Anelyn memang dikirim untuk dirinya.

Nama Kim Taehyung adalah yang paling tepat untuk dirinya. Karena sedari awal, Ve ingin Anelyn tetap tinggal disini dengan dirinya yang baik, Kim Taehyung. Bukanlah lelaki brengsek seperti Ve Kim.

Dua sisi tersebut membawa kebahagiaan tersendiri bagi Ve. Dimana ia bahagia menjadi Kim Taehyung dikarenakan Anelyn, juga akan selalu puas dengan sosok Ve Kim yang buas dan siap menghancurkan.

Selama itu pula, Ve memikirkan hal tersebut. Hingga tiga puluh menit berlalu ia gunakan untuk membersihkan diri, Ve keluar dengan handuk yang melilit pinggangnya. Usapan rambut yang ia lakukan mengiringi langkahnya mendekati ranjang, mendudukinya sembari menyaut ponsel di atas nakas di samping ranjang. Ia sedikit meringis manakala luka di dahinya mengenai serat handuk, sebenarnya pula, Ve dilarang bergerak kemana pun terlebih dahulu, namun pada dasarnya ia pembangkang, tidak suka diatur.

"Kyu Woon ... " racaunya mencari sebuah pesan yang tadi pagi sempat ia lihat di notif beranda ponselnya, "Ck. Ini mengesankan."

Ve nampak tersenyum miring, terus membaca deretan kalimat yang tertulis disana. Woon memang selalu berhasil mendapatkan yang diinginkan Ve.

Ia mulai membaca email tersebut, dan lelaki Kim itu mengetahui banyak hal tentang Anelyn. Gadis itu memang berasal dari sebuah desa, lahir di Korea namun memiliki wajah blasteran yang manis. Beberapa makanan kesukaan juga hobi Anelyn nampak tertuang lengkap dalam biodata tersebut. Impian gadis itu, dan juga harapannya.

Anelyn ... Ingin bahagia dengan sebuah kesederhanaan.

Hanya itu yang dapat Ve rangkum atas semua harapan Anelyn. Sangat tulus tanpa maksud apapun. Entah mengapa ketika membaca semua ini, rasa suka lelaki Kim itu semakin besar. Ada tekad dalam dirinya untuk mewujudkan semua impian dan harapan Anelyn.

"Dia sudah cantik sedari kecil." ujarnya melihat beberapa potong foto yang disematkan Woon di akhir biodata Anelyn.

Tok!
Tok!
Tok!

Ketukan tersebut berhasil membuyarkan lamunan Ve. Ia melangkah cepat menaiki ranjang, menyembunyikan ponselnya di bawah bantal sebelum menarik selimut utuk menutupi seluruh badannya. Tak lupa lelaki Kim itu mengacak sebentar helaian rambut hitamnya.

"Masuk!" ujarnya setelah benar-benar siap dengan keadaan. Tidak mungkin Ve menampakkan diri baik-baik saja di hadapan Anelyn, ia ingin gadis itu merawatnya.

Dari arah pintu, langkah Anelyn perlahan mendekat, membawa nampan ditangannya yang Ve yakini sebuah sarapan pagi.

"Selamat pagi Taehyung-ssi, aku membawa sarapan untuk mu, bagaimana lukanya? Masih sakit?" tanya gadis itu dengan aksen ceria, menaruh nampan yang berada di tangannya untuk ia letakkan di atas nakas samping ranjang.

HELLUVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang