Seharusnya malam berlalu begitu cepat. Seharusnya pula, ia tertidur seperti biasa dan terbangun dengan suasana indah pagi yang menyejukkan. Namun, semua tidak bejalan sesuai keinginan. Bahkan jauh berbeda. Anelyn merasa canggung luar biasa, keadaan membuatnya teramat salah tingkah.
Ia kikuk, sangat kaku sekali dengan keadaan seperti ini.
Taehyung-ssi memang orang yang pengertian menurut Anelyn. Sangat malah. Bahkan malam ini, tepat di dalam kamar miliknya, lelaki itu menetap. Tidur di sebelahnya dan terus saja menatap dirinya.
Memang, ia tidak terbiasa dengan tempat baru. Apalagi dengan keadaan seperti ini yang justru tidak akan bisa membuat matanya terpejam.
"Tidak tidur?" pertanyaan lelaki Kim itu sempurna membuyarkan lamunan Anelyn.
Gadis itu saat ini tengah berbaring terlentang, memandang langit-langit kamar yang seolah menarik untuk di lewatkan, atau bisa dibilang, pengalih perhatian pada situasi akward diantara mereka.
"Aku benar-benar tidak masalah jika sendirian disini Taehyung-ssi, kau juga harus beristirahat."
Anelyn menolehkan paras sejenak pada sosok Ve yang berada tepat di sampingnya, menghadap dirinya dengan sebilah senyuman yang nampak memenuhi kedua sudut bibirnya. Gadis itu berusaha memberi pengertian jika dirinya akan baik-baik saja untuk menyesuaikan diri pada lingkungan lelaki itu.
"Mengusirku?"
"Tidak! Sungguh, benar-benar tidak." elaknya berusaha menghindari kesalah pahaman diantara mereka.
"Hmm, aku tahu." lelaki itu tersenyum manis memandang Anelyn yang berada di sampingnya.
Sejenak, tidak ada perbincangan. Anelyn kembali memandang atap dan Ve masih terus memandangi gadis itu. Ia jatuh, teramat dalam untuk pertama kalinya.
Bagai menemukan sebuah Euphoria yang hilang selama ini, Ve mendapatkannya kembali-Sesuatu yang bisa ia gunakan sebagai alasan lain untuk tetap hidup atau kembali dengan selamat selama menjalankam misi.
Dalam sekelebat, ingatan itu kembali hadir. Tanpa permisi dan mengusik kegiatan nyamannya. Ia memang harus hidup, selama ini tujuannya hanyalah satu-Balas dendam. Ia murka pada dirinya sendiri, menyalahkan segala hal untuk ia limpahkan sebagai pendorong dirinya bangkit dari keterpurukan.
Ia kini memiliki dua sisi nyaman yang membuatnya hilang akal. Ia senang saat tangannya ia gunakan untuk menarik pelatuk pistol, atau menusukkan berkali-kali benda tumpul di genggamannya ke dalam tubuh seseorang. Salah satu kesenangan yang kekal selama sepuluh tahun terakhir ini.
Tetapi sisi lain menguak, candu baru baginya datang, mengusik hidup gelapnya dan menbawa sedikit banyak cahaya dari senyum manis yang gadis itu miliki. Tidak perlu dijelaskan siapa candunya saat ini, karena sedari awal, Ve hanya akan tertarik pada sosok Anelyn yang memang di takdirkan untuk bertemu dengannya.
Jujur, ia merasa hal ini akan semakin membuatnya tidak waras. Ia seperti kembali menjadi remaja labil yang sedang jatuh cinta-Karena pada dasarnya, Ve tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Memang pernah, namun itu dulu. Saat ia kecil dan masih tinggal di Daegu.
"Besok ikut aku, kita beli keperluanmu sehari-hari." pernyataan Ve sedikit banyaknya membuat gadis itu menolehkan paras.
"Tidak, tidak perlu Taehyung-ssi. Aku rasa, aku tidak akan lama disini." cicitnya yang memelankan nada suara di akhir kalimat.
"Kau tidak bisa pergi dari sini. Aku membutuhkan mu." ujar Ve kelewat tenang.
Namun bagi Anelyn, perkataan lelaki itu berhasil merotasikan degup jantungnya. Ini tidak baik jika terlalu lama dibiarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLUVA
أدب الهواةKim Taehyung. [Update setiap kelipatan tanggal 7] Dia memiliki senyum yang indah, kepribadian yang hangat, dan rasa tanggung jawab yang besar. Dia berusaha menahan ku, untuk tetap di samping nya. Dari itu aku tahu jika Taehyung telah jatuh kepadaku...