PROLOG

3.8K 103 6
                                    

Seorang gadis asal bandung jawa barat sedang meratapi nasib yang sedang menimpanya, dia mengeluh menumpahkan keluh-kesah di bawah rintik hujan yang mengguyur kota Jakarta.

'Andai saja mama dan papa masih ada, semua ini tidak akan pernah terjadi' ujarnya.

Hidup bergelimang harta dan limpahan kasih sayang yang menyelimuti masa-masa bahagianya sebelum kebahagiaan itu di rampas oleh takdir dan orang-orang serakah.

Gadis itu bernama Alexandra Chava Azzara atau yang biasa di panggil zara, gadis berusia 19 tahun yang sedang berkuliah di salah satu universitas di kota jakarta, Sudah dua tahun dia merantau di jakarta tanpa sanak keluarga yang menemaninya. 

Dua tahun lalu orang tuanya mengalami kecelakaan saat menuju swiss untuk menghadiri rapat penting perusahaan bisnis papanya yang bergerak di bidang property dan pertambangan emas. Saat peristiwa itu terjadi, zara sedang mengikuti tes masuk perguruan tinggi di salah satu universitas di jakarta. Zara senang karena hasil tes nya sudah keluar, dan dia juga diterima di universitas itu. Saat zara ingin menghubungi orang tuanya, handphone nya tiba-tiba berdering menampilkan Id caller nama pak brata pengacara papa.

Zara yang mendapat kabar orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat sangat terpukul sekali. Zara langsung pulang dan menghadiri pemakaman kedua orangtuanya. Setelah pemakaman kedua orang tuanya pengacara papa zara mengumpulkan zara beserta om-tante dari mama dan papanya di ruang tengah. Pak brata mengabarkan bahwa semua aset kekayaan akan jatuh ke tangan zara sebanyak 80% dan 20% lainnya akan di bagi-bagi ke 2 adik papa dan 2 adik mama.

Wajah om dan tante merasa tidak terima akan keputusan ini, tapi inilah wasiat yang sudah di berikan dari mendiang papa zara dan harus dijalani. Sepulangnya pak brata, zara di usir dari rumah tanpa di berikan uang sepeserpun, saat zara ingin mengambil berkas-berkas sertifikat papa, Zara di dorong dan sertifikat tersebut di rampas oleh adik-adik orang tuanya.

Di sisi lain, Seorang pria terlihat sedang berkutat dengan berkas-berkas yang menumpuk di meja kerjanya, dia terlihat serius membaca satu persatu rentetan huruf dan angka yang terdapat di dalam berkas.

Pria itu adalah Kenzie Angga Wijaya yaitu Direktur Utama pemilik perusahaan import export terbesar di indonesia.

Pria berusia 28 tahun yang memiliki darah blasteran, Ayahnya berasal dari negara swiss, dan ibunya berasal dari suku sunda di indonesia. Nama sang ayah adalah Albert Grey Wijaya, dan mamanya bernama Vanesha Ananditha.

Ayahnya pengusaha export import dan ibunya pengusaha batu mulia. 
Hidup dengan bergelimang harta, tahta dan wanita. Membuat hidupnya serasa bebas dan bahagia.

Angga menyandarkan tubuhnya di kursi sambil merenggangkan lengannya ke atas.

Tok tok tok

Pintu ruangan angga pun terketuk
‘Masuk' ujar angga dengan suara dingin.

Tak lama masuk lah seorang pria dengan setelan jas hitam dan kemeja putih.

‘Permisi tuan, saya mau mengkonfirmasi bahwa tuan sudah tidak ada jadwal lagi untuk hari ini. Dan tuan Albert meminta tuan untuk segera pulang ke mansion' ujar Elder.

Assistent pribadinya. Angga berdecak ketika mendengar perintah ayahnya untuk pulang ke mansion.

‘pasti itu lagi yang di bahas' gumam angga dalam hati.

Sudah 1 tahun dia tinggal di mansion miliknya sendiri, Itu karena desakan keluarganya yang selalu menuntut angga untuk menikah sedangkan dia tidak ada minat sama sekali untuk terikat di suatu perjanjian di atas kertas yaitu pernikahan.

EDELWEISSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang