part 26

3.6K 115 0
                                    

Suasana hening dikelas, semua murid tengah memperhatikan guru mereka yang menjelaskan materi tentang Limit. Bukan perkara yang mudah bagi murid-murid disana mengikuti pembelajaran yang hampir 75% tidak disukai murid itu. Ya, pelajaran Matematika. Yang lebih menyulitkan lagi ialah pembelajaran matematika dikelas terakhir, mau tidak mau murid harus mengalahkan rasa kantuk dan lelah yang menghinggap. Apalagi gurunya galak, lengkap sudah perjuangan murid-muridnya, harus memperhatikan kalau tidak mau kena siraman rohani ataupun layangan penghapus yang siap hinggap dikepala.

Seperti sekarang suasana kelas Zesya di jam pelajaran terakhir. Nana setengah sadar setengah tidak memperhatikan bu Arla yang menjelaskan materi Limit. Lain dengan Zesya dia termasuk anak yang jarang mengantuk dikelas, sehingga sekarang pun dikala teman-temanya sudah tinggal setengah raganya yang tersisa, namun Zesya masih tetap fokus memperhatikan cara kerja bu Arla menuntaskan satu soal Limit.

"Jadi bila hasilnya nol per nol ataupun per nol kalian harus mensubstitusikan, dengan cara bla bla....". Hingga pelajaran akhir.

"Ssst...sst... Woy Na jam berapa sekarang?," ucap Aldo bertanya kepada Nana tanpa suara namun hanya melafalkannya di bibir.

Nana melihat jamnya, "kurang lima menit lagi pulang," jawab Nana tanpa suara juga.

"Beneran? Yes yes," sorakan Aldo tanpa suara sambil menggerak-gerakan lengannya kebawah tanda senang.

"Aldo kamu kenapa?" tanya bu Arla yang rupanya melihat tingkah Aldo.

"Ee..eh gak papa bu, tangan saya tiba-tiba pegel gitu," jawabnya mengelak sambil pura-pura senam. Sementara teman-temanya yang melihat tingkah Aldo menahan tawa.

"Oke cukup sudah pembelajaran hari ini, saya akhiri. Selamat sore.." ucap bu Arla sambil menbereskan barang-barangnya lalu keluar dari kelas.

"KELAR JUGA, RUMAH AY KOMING," ucap Aldo membuat teman-temanya terkekeh. Kemudian satu persatu anak keluar meninggalkan kelas.

"Gila, ngantuk banget gue tadi, mana pelajarannya bikin pening. Aduh kok gue terlahir dengan IQ jongkok gini ya," keluh Nana berjalan beriringan dengan Zesya.

Zesya terkekeh mendengarnya, "kamu sebenernya bisa, cuma gak pernah usaha si kan gitu jadinya,".

"Aduh menurut gue udah usaha itu dengerin, cuma memang gak masuk otak, udah takdir memang,".

"Haha ada-ada aja kamu."

"Eh itu gue udah dijemput, gue duluan ya Sya, jumpa esok" ucapnya berlarian sambil melambaikan tangan yang dibalas oleh Zesya.

Belum terlalu lama Nana pergi, yang membuat Zesya bisa berjalan sendiri dengan tenang, namun tiba-tiba langkahnya terhenti karena seseorang.

"Sya pulang bareng gue yuk," ajak Kevin sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda.

"Hmm maaf kak ak__"

"Hehe iya maaf kak, Zesya pulang bareng gue, yakan Sya?," potong Sandy sambil tersenyum.

"Eh apaan lo, gue duluan yang ngajak," protes Kevin tak terima.

"Zesya maunya sama gue kok" ucap Sandy tak mau kalah. Zesya yang di perebutkan jadi bingung.

"Eeeh... Maaf deh sebelumnya Zesya pulangnya sa__" kali ini ucapnya terpotong lagi bersamaan dengan lengan yang merangkulnya dari belakang.

"Dia pulang bareng gue." ucapan dingin dari seseorang yang merangkul gadis manis berambut sebahu sambil menatap dua manusia yang merebutkan gadisnya, ya dia adalah Elos.

Zesya membelalakan matanya menatap Elos yang sekarang merangkulnya.

"Ayoo," ajaknya yang bersamaan dengan menarik Zesya agar mengikutinya.

My ElosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang