part 33

3.4K 121 0
                                    

Happy reading

***

"Silver Queen aja udah jadian sama Cornetto, kita kapan?" tanya seorang gadis yang sedang bergelayut dilengan seorang pemuda.

"Apaan sih lo, lepas gak!" jawab sang pemuda hendak melepaskan sepasang tangan yang melingkar dilengannya.

"Rubi kapan sih pekanya? Capek juga ntar gue nunggunya," cibir seorang gadis yang bernama Nana Maudya.

"Bagus malah," ujarnya datar.

"Itu tidak akan terjadi, bisa dibilang mustahil. Karena gue gak akan capek merjuangin lo, lo tau kan? Lo itu malaikat penolong gue, gimana coba gue gak jatuh cinta sama elo?" cibirnya mengingatkan kejadian mengesankan menurutnya.

"Itu cuma kebetulan, lupain aja!" ujarnya seraya hendak bangkit dari bangku caffe yang lumayan ramai pengunjung tersebut. Namun gadis itu mencekalnya.

"Jangan pergi dulu, temenin gue makan dong!" pintanya berekspresi wajah memelas.

"Ga, cepet lepasin!" titahnya tegas dan dingin. Dengan keberatan hati Nana pun terpaksa melepasnya.

Rubi melangkahkan kaki panjangnya menuju pintu keluar dari caffe sederhana tadi, hingga sebuah suara menegurnya.

"Liat aja, suatu saat lo pasti bakal nemenin gue makan tanpa gue minta. LOVE YOU RUBI!!" seru Nana yang menarik perhatian pengunjung lain. Sedangkan sang pelaku yang namanya disebut hanya melenggang tidak menghiraukan kicauan tidak berguna yang masuk keindra pendengarannya.

Ya perjuangan Nana untuk mendapatkan pangeran penolongnya belum berakhir, walaupun sudah ditolak berkali-kali ia tak pernah gentar untuk melelehkan hati seorang Rubi Pradana, bukan Nana Maudya bila ia mudah runtuh dalam setiap perkataan tajam yang cukup menyayat hati bersamaan dengan sikap acuh tak acuh yang Rubi tunjukan setiap bertemu dengannya. Memang bisa dibilang hanya dengan kejadian sesederhana itu ia bisa bertekuk lutut dengan pemuda yang nyatanya tidak terlalu baik bila dipandang sebelah mata saja, hampir sebelas duabelas dengan sikap berandal Elos sahabatnya yang namanya selalu wara-wiri disebut sebagai anak-anak kurang ajar yang tak tau adab. Namun benar dengan pepatah 'cinta itu buta' yang nyatanya benar-benar membutakan mata Nana Maudya.

Seperti hari-hari sebelumnya ia selalu menemui pemuda yang sedang ia perjuangkan tersebut, ia selalu saja mengajaknya mengobrol walaupun Rubi sedang bersama teman-temannya, ia termasuk anak yang mudah berbaur sehingga mudah saja baginya bisa akrab dengan beberapa teman dekat Rubi dibasis. Seperti hari ini ia sengaja mendatangi tempat berkumpul para pelajar yang sedang mantengin musuhnya tersebut di pinggir jalan, dengan riangnya ia menyapa sekumpulan pelajar berseragam putih abu tadi tanpa canggung sedikitpun karena ini bukan kali pertamanya ia bertemu dengan penunggu-penunggu jalanan tersebut namun sudah tidak bisa dihitung jari bila ingin mengiranya, ia teramat sering hanya demi menarik perhatian dari Rubi. Ia tadi memang sengaja mengajak Rubi ke caffe agar bisa berbicara lebih nyaman dibandingkan dipinggir jalan, tentu saja Rubi menolak namun teman-temannya tak tinggal diam. Mereka merayu Rubi agar mau menuruti keinginan gadis berambut pendek tersebut. Sehingga mau tidak mau ia menurut saja karena teman-temannya sudah angkat suara.
Walau akhirnya ia selalu diacuhkan lagi dan lagi.

"Sabar Na, orang sabar jodohnya ganteng," serunya menyemangati diri.

•••

"Kalo kalian suka sama orang kalian bakal gimana?" tanya Elos berekspresi serius.

"Ya tinggal ungkapin aja dah, apa susahnya," saut Boby santai.

"Emang lu pernah ngungkapin perasaan Bob?" tanya Alfi tak yakin.

My ElosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang