Fena mengumpat pelan. Maskernya robek dan harus dicopotnya agar tak membuat malu, masalah nya akan lebih malu lagi kalo ia tak memakai masker.
Fena takut kalau-kalau ada orang yang mengenalnya dan menyebutnya murahan.
Malu. Malu. Malu.
Pikiran Fena sangat kalut sekarang. Karena kejadian di masa lampaunya yang terbilang sangat mengerikan kini ia tinggal seorang diri dan melarikan diri ke Kota Jakarta yang terkenal macet ini.
Mengerikan sekali kalau ada orang yang mengenalnya.
Sekarang Fena sedang menuju ke Indocimin untuk membeli masker satu kotak yang akan digunakannya selama sebulan.
Bruk
Seseorang menabrak dirinya, parah nya ia laki-laki.
Fena langsung nyolot dan matanya menajam, "Jalan pakek kaki mas, jangan lupa pakek juga matanya buat ngelihat."
"Sori mbak gue ga sengaja," cengir lelaki dengan tubuh yang terlihat atletis itu.
Bagi sebagian perempuan pasti mereka akan tergoda dengan lelaki yang memliki senyum yang manis dan terlihat dari matanya berkilat jahil seperti lelaki dihadapannya dan langsung bersikap manis, cukup fake memang.
Tapi, bagi Fena big no! Ia malah ingin menghindari spesies semacam orang dihadapannya ini karena menurut Fena spesies semacam itu sangat...... menyebalkan.
Fena nggak suka orang yang menyebalkan.
"Makanya mata dipakek jangan dijadiin pajangan aja," gerutu Fena malas.
"Ya maaf mbak gue salah fokus ngelihat cewek di bagian rak snack," cowok itu tampak mencari-cari alasan.
"Yamaaf semakin didepan," sahut teman lelaki itu dengan ekspresi jenaka.
"Pale lo Vin," tawa cowok tersebut semakin menggelegar.
Dih, garing banget deh mereka.
"Selera humor kalian rendah cihh," malas Fena langsung meninggalkan keduanya.
"Eh mbak nganu anu-
"Apaan dah gajelas banget lo Tan," potong cowok bernama Kevin.
"Lo kira gue tante-tante apa?" ujar cowok itu malas.
Segera saja, lelaki itu mengejar Fena.
Lelaki itu mencekal tangannya, "Oy mbak nama lo siapa??"
"Fena."
"Gue Rafael."
"Siapa?" tanya Fena sinis.
"Gue."
"Yang nanya?" Fena langsung meninggalkan Rafael.
Fena mendengus sebal dan berjalan lebih cepat sembari memakai maskernya.
***
"Lo kenal tuh cewek ga Vin?" Rafael mulai gila tampaknya karena senyum-senyum sendiri.
"Nggak, lo suka ya?" goda Kevin mengedipkan matanya genit.
"Nggak, cuman penasaran aja."
Kevin mendengus malas, "Kebanyakan ngeles lo El."
"Balik yuk," ucap Lala menarik-narik lengan Kevin pelan.
"Yuk, bye jones," cengir Kevin membuat El menatapnya tajam.
Akhirnya Rafael memutuskan untuk pulang saja karena hari semakin malam.
Di koridor, seperti biasa banyak cewek mengerubunginya, macam semut saja dan El menjadi gulanya dan ia selalu menganggapnya begitu.
"Kalian para semut tolong pergi dari gue sekarang bisa nggak," ucap El menghela napas berat.
"Dih kok gue disamain sama semut sih beb," celetuk Nana si tepung yang selalu mengganggunya.
Ya, tepung karena dandanannya yang tebal.
"Lo semut ngangkat tepung aja," ringis El saat ada yang mencubit pipinya.
Sungguh beruntung nasibnya, ternyata cewek yang kemarin ia temui di Indocimin melewatinya dengan susah payah karena para fans El.
El menarik napas lega, ternyata mereka sekampus.
"Fenaaaa, tolong gue," ucapnya dengan menggunakan bahasa bibir.
Sayangnya Fena hanya mengatakan dengan bahasa bibir, "Ogah."
"Heh lo pada minggir nggak, dia pacar gue," ketus Vivi saat melihat sahabatnya tersiksa.
Setelah nya para fans El yang sedikit pyscho itu langsung pergi dari hadapannya.
"Thanks Vi," ucap El menghela napas lega.
"Kasian ya jadi lo, dikerubungin semut mulu."
"Lo jahat Vi."
"Whatever, balik yuk."
***
Fena langsung berlari ke koridor utama yang menghubungkan dengan pintu keluar kampusnya.
Ia dikejar oleh lelaki bernama Kenta itu.
Gila tuh cowok pscyho banget nggak dari penampilan sama sikap sama aja, pikir Fena bergidik ngeri.
Fena melihat bahwa perjalanannya untuk kabur terganggu..... gara-gara cowok sialan, ya siapa lagi kalo bukan Rafael(a) itu.
Fena mendengus malas lalu melewati kerumunan para semut yang menghalangi jalan nya.
Tiba-tiba ia melihat ada El di tengah kerumunan semut itu. El tampak tersiksa sekali disana.
El bahkan mengajaknya bicara dan meminta tolong lewat bahasa bibir. Tapi seperti biasa, Fena ogah berurusan sama cowok. Males, pasti ada aja modusnya.
Sampailah Fena di parkiran. Napasnya terengah-engah dan ia bersembunyi dibalik pohon beringin yang katanya angker.
Matanya menyipit saat melihat si Rafael(a) itu sedang berjalan berdua bersama cewek, yang ia ketahui bernama Vivi. Vivi memang agak populer sih, "agak".
Setelah melihat keadaan di sekeliling terlihat aman, Fena langsung pergi dari sana melewati Rafael(a).
"Oi Fennn, kok lo ga nolongin gue sih tadi, jahat banget lo," sedih El memasang wajah tersakiti.
"Bodo amat Rafaela."
"Nama gue Rafael, Fen."
"Muka gue keliatan kayak peduli ga sih?" sebal Fena melemparkan botol kosong yang sudah ia minum tadi ke arah si Rafael.
"Nggak," jawab Vivi menggelengkan kepala nya.
"Vi lo kok mau-mau aja sahabatan sama si Rafaela yang mukanya mirip sama hewan ini sih?" heran Fena sambil menunjukkan foto monyet kepada Vivi.
Vivi langsung tertawa ngakak, sedangkan si Rafael langsung mendengus kesal dan menarik lengan Vivi menuju motor ninja nya.
Sifat dia mirip banget sama Gama, pikirnya sedikit jengkel dan sesak karena cowok itu sudah merusak masa depan nya.
***
HAY GAYS, saya bosan dan saya malas belajar. Seru bikin cerita yang humoris aja dah mumpung free, romantis juga sih. Maaf ya kalo pendek wkakaka. Vote and commentnya dong... Nanti publishnya cepet kalo lagi senggang. Maaf juga karena prolognya ilang.... nnti flashback aja lah ya wkwk...
KAMU SEDANG MEMBACA
Gezellig
RomanceNamanya Febryana Callysta Anggi Lwedia, masa lalunya terbilang sangat mengenaskan dan saat memasuki jenjang perkuliahan, ia mulai bisa menerima masa lalunya dan melihat ke depan, masih ada harapan untuk berbahagia.