Jangan sider dong, sakit uy dikacangin.
Double update lohhh!!! Happy reading!***
Fena terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa sangat sakit."Kamu udah bangun Nduk?" tanya Mak Koijah.
"Udah lah, terus kalo nggak, pasti nggak bakal ada yang jawab."
"Mak, kemarin siapa yang nolongin saya?" heran Fena karena terakhir kali ia hanya ingat bahwa dia dibekap oleh para preman.
"Anu, itu anak cowok ganteng banget tapi gatau siapa Nduk," senyum Mak Koijah mulai mengembang.
Fena mengernyitkan dahinya bingung.
"Elah Mak, dihampiri orang ganteng aja seneng."
"Biarin atuh," Mak Koijah langsung melenggang pergi.
Fena merintih saat tak sengaja sikutnya menyenggol meja.
OMG. Fena langsung beranjak dari kasur kesayangan nya itu. Fena lupa bahwa hari ini ia memiliki jadwal kuliah.
Segera saja Fena sikat gigi dan cuci muka, tanpa mandi serta tak lupa akan masker nya. Memang sedikit menjijikan, mau bagaimana lagi daripada telat.
***
Mobil Fena terlihat mengebut dan berhenti saat dia sudah memarkirkan mobil nya dengan sempurna.
"Hai Fenaaa," sapa Lala, teman baru Fena sekaligus pacar Kevin.
"Hai Laaaa, tumben sendiri?" tanya Fena bingung.
"Gue lagi kesel sama Kevin," jengah Lala mendengus kesal.
"Ya udah masuk kelas yok."
Lala dan Fena langsung menuju kelas mereka bersama-sama. Sesekali mereka bercanda tawa, tetapi tiba-tiba di koridor ada manusia gila datang.
"AYANG BEBEBB KOK JAUHIN GUE SIHHH," teriak Kevin lantang dengan memasang wajah kesal.
"Buset dah, pacar lo punya toa alami ya?"
Lala memutarkan bola matanya, jengah. "Bisa diem ga sih lo bekicot?!"
"BEBEB KOK GITU."
"Siapa bebeb lo ha?" Lala langsung menarik lengan Fena dan melenggang pergi.
Fena langsung terkekeh saat mendengar pertengkaran sepasang kekasih itu.
"Hai Fen," sapa El dan Vivi.
Fena tersenyum canggung, "Oh, hai."
"Jahat banget gue ga disapa," gumam Lala mengerucutkan bibirnya.
"Lo ngomong apa La?"
"Hmm ga kok."
"Ya udah gue duluan dulu El, Vi."
Fena langsung menuju kelas nya bersama dengan Lala.
Fena sangat terkejut saat melihat keberadaan Gama. Lelaki di masa lalunya yang membuat nya hancur seperti sekarang. Buku-buku yang ia bawa terjatuh.
Lala langsung mengernyitkan dahinya bingung.
"Kenapa lo?" tanya Lala bingung.
Disisi lain, Gama yang mendengar suara benda terjatuh langsung melongok kearah luar. Ada apaan sih? pikirnya bingung.
Air mata menggenang di pelupuk mata Fena. Fena mengambil buku-bukunya dan berlari menuju toilet.
Lala langsung kebingungan dan berlari menyusul Fena.
"Kenapa dia balik lagi sih?" gumam Fena.
Dadanya sangat sesak, Fena memukul-mukul dadanya berharap rasa sesak itu menghilang. Bahunya merosot ke lantai, memeluk lututnya serta terisak pelan disana.
Lala langsung masuk ke toilet.
"Kenapa lo Fen?" tanya Lala lembut serta terheran-heran.
Lala mengusap-usap bahu Fena pelan. Fena langsung mendongak.
"Gu-Gue gapapa kok," Fena menunjukkan senyumnya, terpaksa.
Lala tersenyum lembut, "Ya udah masuk kelas yuk, bentar lagi dosen masuk."
Fena langsung berdiri dan mencuci mukanya. Ia harus kuat.
Lala menggenggam tangan Fena dan menuju ke kelas.
Fena melongok ke dalam kelas. Fena menghela napas lega, tak ada Gama lagi disana.
Di belakang Lala dan Fena ada dosen yang sedang berdeham.
"Ehem, bisa kalian masuk atau menyingkir? Menghalangi jalan saja." Dosen yang bernama Rama menatap tajam Lala dan Fena.
Lala dan Fena langsung ngibrit masuk.
***
Hujan deras membuat Fena tak bisa pulang. Fena mengeluh terus-menerus, menyesal karena lupa membawa payung. Fena memarkirkan mobilnya jauh lagi. Sial sekali nasibnya.
Fena terpaksa menunggu, ia menunggu sendirian. Tak ada seorang pun disana, karena banyak yang sudah pulang atau masih mempunyai jam kuliah.
Fena menatap langit, mengeluh dan mengumpat lagi. Dia merasa bahwa hujan ini terlihat masih lama untuk berhenti.
Ia melongokkan kepala ke kanan, ke kiri mencari orang lain untuk meminjam payung.
Disitu ia kembali melihat Gama. Gama tampak lebih tampan dengan jaket denim, kaos putih dan jeans hitam.
Air mata Fena kembali menggenang di pelupuk matanya. Fena langsung berjalan meninggalkan Gama yang sedang menatap nya.
Saat Fena sedang berjalan, ia menabrak dada bidang lelaki, karena ia menunduk.
"Mau pulang bareng Fen?" tanya Gama lembut.
"Elo-," Fena tak sanggup meneruskan perkataannya karena cairan bening kembali keluar dari matanya.
Fena langsung pergi meninggalkan Gama yang menatapnya dengan rasa bersalah.
"Oi Fen, mau pulang bareng gue nggakk?"
"NGGAK GAM, SETELAH APA YANG LO LAKUIN KENAPA LO GA MAU MINTA MAAF SIH? ATAU BERTANGGUNG JAWAB SEDIKITPUN AJA?!" bentak Fena marah.
***
Hai maaf ya pendek wkwk biar kalian penasaran aowkaowk, vote and commentnya dong please.
Update kalo senggang 1 hari sekali/ 2 hari sekali ya. Thanks banget yang mau baca sama ngevoment.Inget jangan lupa tinggalin jejak kalian setelah baca yaa.
Dan gue punya cerita satu lagi namanya Un Changement dibaca juga ya jangan lupa vomentnya lagi. Thanks sekali lagi..
Salam dari,
AuthorXD
KAMU SEDANG MEMBACA
Gezellig
RomansNamanya Febryana Callysta Anggi Lwedia, masa lalunya terbilang sangat mengenaskan dan saat memasuki jenjang perkuliahan, ia mulai bisa menerima masa lalunya dan melihat ke depan, masih ada harapan untuk berbahagia.