2. Awal Mula

90.1K 4.2K 47
                                    

Pukul 07.00 tepat Diva sampai di depan gerbang sekolahnya, SMA PANCASILA. Sekolah yang lumayan luas dan besar. Sekolah yang menerapkan program ADIWIYATA atau sekolah hijau yang peduli akan lingkungan.

SMA PANCASILA terletak di salah satu kota besar dan termasuk sekolah favorit di kota itu. SMAPA itu singkatannya. Sekolah dengan siswa-siswi pintar, tampan dan cantiknya. Sekolah dengan segudang prestasinya, baik akademik maupun non-akademik. SMA PANCASILA memiliki berbagai macam ekstrakulikuler, contohnya yang paling populer dan digemari banyak siswa adalah futsal, basket, voli, PMR, dan lain-lain.

Pagi ini Divania Arabella Radeya atau yang sering dipanggil Diva—gadis cantik dengan rambut hitam panjang yang bergelombang, manik hitam yang indah, dan berkulit putih sedang berjalan melewati koridor kelas yang mulai ramai.

Di sekolah Diva dikenal sebagai cewek yang baik, cerewet, sedikit galak, friendly, pintar enggak bodoh juga enggak. Ia juga tak takut pada seniornya, kecuali senior yang baik, Diva akan segan padanya.

Pernah dulu awal masuk sekolah ini, saat itu sedang ada kegiatan MPLS untuk siswa-siswi tahun ajaran baru, termasuk Diva. Ada seorang gadis lugu berambut hitam sebahu. Jika dilihat dari penampilannya ia terlihat biasa-biasa saja tidak menonjol seperti kebanyakan teman-temannya yang lain. Mungkin kehidupannya tak seberuntung Diva.

Gadis itu dihukum lari keliling lapangan sebanyak lima kali. Bahkan ia pun dibully seniornya lantaran gadis itu lupa tak membawa sesuatu yang disuruh oleh si senior. Tak hanya itu, bahkan cacian yang tak pantas diucapkan oleh sang senior pada saat itu terlontar untuk gadis malang itu. Mata gadis itu memerah menahan tangis dan sakit hatinya.

Diva yang tak sengaja melintas dan melihat itu menjadi tak tega. Ia bahkan meringis saat mendengar cacian dari si senior. Cukup! Diva sudah geram. Ia tidak akan tinggal diam melihat teman seangkatannya diperlakukan kasar dan tak pantas seperti ini.

Diva berjalan mendekati mereka, lalu Diva menarik tangan si gadis lugu itu dan menyembunyikan tubuh gadis tersebut di belakang punggungnya. Gadis itu tersentak, bahkan seniornya pun ikut tersentak kaget. Tak percaya ada junior yang berani ikut campur urusannya.

Senior dengan paras cantik, tubuh ideal, dan wajah yang kelihatan galak itu mendelik ke arah Diva. "Lo apa-apaan! Lo berani sama gue?!" bentak senior itu.

"Buat apa Diva takut sama senior kayak kamu," balas Diva sambil menggenggam tangan gadis lugu itu. Diva yakin jika gadis di belakangnya sedang menangis. Dapat Diva rasakan dari setetes airmata yang jatuh mengenai tangannya.

"Lo itu junior, tau sopan santun dong lo!" sentak senior tersebut.

"Terus kenapa kalo Diva junior? Diva mesti takut gitu?"

"Gue senior ya di sini! Harusnya lo nurut sama gue!"

"Buat apa Diva nurut sama senior kayak Kakak. Iya Diva tau Kakak senior di sini, tapi gak gini juga cara Kakak perlakuin junior. Harusnya senior itu jadi panutan buat junior-juniornya bukannya malah ngebully dan menindas junior!"

"Mentang-mentang Kakak punya kekuasaan, Kakak bisa seenaknya menindas kita? Aku bisa aja laporin kelakuan Kakak ke kepala sekolah biar Kakak di keluarin dari sekolah," ancam Diva membuat senior itu seketika terdiam.

Mata Diva menyipit menatap nametag di seragam senior yang berdiri di depannya.

"Oliv ... via Callau ... dina." Diva mengeja nama yang tertera di sana.

"Nama Kakak cantik, sama kayak wajah Kakak. Tapi enggak sama kelakuan Kakak!" ujar Diva lalu membawa si gadis yang makin terisak di belakangnya pergi meninggalkan senior itu yang masih cengo dengan keberanian Diva. Ini pertama kali baginya dibentak dan diremehkan oleh juniornya. Selama ini tak ada satupun yang berani melawan bahkan membantahnya.

"Awas lo, gue bakal bales lo berdua!" desis senior itu yang bernama Olivia sambil mengepalkan tangannya.




Bersambung...

Next nggak nih?
Yuk boom vote!!!

Kembar-Kembar SomplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang