49. Apa Dia Juga Sama?

29.4K 1.5K 42
                                    

Selamat malam. Udah ngehalu apa aja nih malam ini? Wkwk😂

Selamat membaca, semoga suka❤️

***

Bel pulang telah berbunyi, cepat-cepat Diva membereskan buku-bukunya yang berserakan di atas meja dan memasukkannya ke dalam tas.

Senja yang melihat itu lantas mengerutkan keningnya bingung. Diva kenapa? Pikirnya menerka-nerka.

Setelah selesai Diva langsung menggendong tas ranselnya dan melangkah keluar kelas dengan terburu-buru.

"Senja, Diva duluan, ya!" seru Diva seraya berjalan lebih dulu meninggalkan Senja yang masih merapikan alat tulisnya.

Senja hanya menggelengkan kepalanya. Makin hari semakin aneh saja sifat Diva. Apalagi setelah dia bertemu dengan Saka. Tetangga sekaligus musuh dalam hidupnya.

Senja kemudian menggendong tasnya dan bergegas keluar kelas. Ia cukup terkejut saat melihat sosok Dava yang bersandar di tembok kelas. Ternyata ia sudah ditunggu laki-laki itu. Rencananya mereka akan pergi ke sebuah toko buku. Bukan, bukan toko buku yang biasanya mereka datangi. Kali ini berbeda, Dava mengajak Senja untuk ke toko buku yang baru buka sebulan lalu.

Kata Dava toko buku itu berbeda dengan toko buku pada umumnya. Selain dari tempatnya yang terkesan jadul dan vintage. Buku-buku yang mereka jual juga merupakan buku lama. Dan Dava begitu penasaran dibuatnya.

Sebelumnya Dava mengetahui tentang toko buku itu dari media sosialnya. Ia juga sempat mencari-cari info perihal toko buku yang ingin ia kunjungi bersama Senja siang ini. Semoga saja tidak mengecewakan setelah melihat review di laman resmi web toko tersebut.

Tak berbeda dengan Davi, laki-laki itu sedang mengikuti latihan futsal di sekolah. Jadi ia akan pulang terlambat.

Diva berlari sekencang yang dia bisa ke arah parkiran sekolah. Rambut panjang bergelombang yang ia gerai seolah melambai-lambai terkena angin. Gadis itu berhenti tepat di samping motor sport warna merah. Motor yang akhir-akhir ini selalu dinaikinya.

Sejenak Diva memegangi dadanya yang naik-turun karena berlari dari kelas hingga parkiran yang jaraknya lumayan jauh. Napasnya tersengal-sengal, Diva menghirup oksigen dengan rakus.

Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya sosok yang dia tunggu menampakkan wujudnya. Seorang laki-laki bertubuh jangkung dengan hidung tegak menantang itu berjalan ke arah motornya yang terparkir. Langkah kaki orang itu spontan terhenti, matanya menyipit mencoba memastikan jika ia tidak salah lihat.

Ya, di sana di atas boncengan motor miliknya terlihat seorang gadis yang sedang duduk di atas motor dengan muka cemberut. Laki-laki itu lalu melanjutkan langkahnya hingga apa yang dia takutkan benar terjadi. Tebakan tidak pernah meleset.

"Heh! Ngapain lo!? Mau nyolong motor gue, ya lo?!" tuding orang itu yang tidak lain adalah Saka.

Diva terkejut setengah mati mendengar suara keras yang tiba-tiba menerjang gendang telinganya tanpa aba-aba.

Diva mengelus dadanya yang berdebar, dengan gerakan secepat kilat Diva menarik rambut Saka hingga membuat laki-laki itu memekik kencang.

"Argh! Sakit bego!" bentak Saka melotot berang. "Lo apa-apaan sih?!"

Diva mendengus. Ia melengos seraya berkata, "Salah siapa bikin Diva kaget."

Saka menggertakkan giginya geram. Ia mengepalkan kedua tangannya, mencoba bersabar untuk tidak menggaruk wajah cantik Diva.

Nih, nenek lampir punya dendam apa sih sama gue?!

"Turun lo! Enak aja lo main naik-naik di motor gue!" titah Saka secara kasar.

Kembar-Kembar SomplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang