9. Kapan Akurnya?

55.9K 2.6K 27
                                    

Terlihat dua orang gadis yang sedang duduk di bawah pohon di tepi lapangan sembari menikmati segelas jus yang baru dibelinya dari kantin. Semilir angin membelai wajah keduanya, memancarkan aura kecantikan alami yang mereka punya.

Hening menyelimuti keduanya. Setelah beberapa lama mereka saling diam, salah seorang dari kedua gadis itu membuka suara.

"Kamu kemarin berantem ya sama kakak kelas yang dulu pernah bully aku?"

"Gak berantem kok," jawab Diva santai sambil menyeruput jus mangganya.

"Terus?" Senja mengernyit menatap Diva dari samping.

"Gak ada. Kalo terus-terus ntar nabrak," sahut Diva enteng.

"Diva aku nanya tuh serius loh!" ujar Senja sedikit kesal karena Diva selalu mengelak jika ditanya tentang senior yang dulu pernah membully-nya.

"Diva juga serius Senja. Diva gak berantem, kemarin cuma gak sengaja aja dia nabrak Diva. Bukannya minta maaf malah marah-marah. Ngatain Diva gak punya mata lah. Padahal kan mata Diva ada dua, gede lagi. Masa iya dia gak liat? Jangan-jangan dia lagi yang gak punya mata," cerocos Diva mengerucutkan bibirnya.

"Hush! Kamu ini! Gak boleh ngomong gitu, sama senior itu harus sopan!" tegur Senja memukul pelan lengan sahabatnya.

Diva mendengus tak suka. "Gimana mau sopan? Dia aja gak pernah sopan sama juniornya. Harusnya sebagai senior dia itu harus memberikan contoh yang baik untuk para junior. Bukannya malah sok kuasa sampe ngebully juniornya," oceh Diva dengan kekuatan 4G andalannya.

"Udah biarin aja, gak usah diladenin," ucap Senja yang tak ingin Diva membuat masalah dengan senior itu.

Sedangkan Diva hanya memutar bola matanya malas. Selalu aja Senja kayak gitu. Apa-apa udah biarin aja! Udah gak usah didenger! Udah, udah dan udah! Gerutu Diva dalam hati.

"Aku mau balik ke kelas, kamu mau ikut?" tanya Senja seraya bangkit dari duduknya.

"Enggak. Diva masih mau di sini," jawab Diva menoleh sekilas pada Senja.

"Oh ... yaudah. Aku duluan ya. Inget! Jangan berantem lagi," ujar Senja lalu berjalan menuju kelas meninggalkan Diva yang masih setia duduk di tepi lapangan.

Saat Diva tengah asyik memejamkan mata menikmati sejuknya angin yang menyapu permukaan kulitnya, tiba-tiba suara bass seseorang menerjang gendang telinganya.

"Woii! Sendirian aja, jomblo ya!" seru seseorang yang sangat Diva kenal meski tanpa melihat wujudnya.

"Berisik!"

Orang itupun ikut duduk di samping kiri Diva. Ia berniat menjahilinya, tapi niatnya tergagalkan saat sebuah tangan menarik telinganya.

"Mau ngapain?" tanya orang yang baru datang itu penuh selidik.

"Hehehe ... gak ngapa-ngapain. Ini cuma mau benerin rambut adik kesayanganku," jawabnya kikuk sembari merapikan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Diva.

"Lo ngapain di sini Bang?" tanya Davi setelah Dava melepas tangannya. Ya, dua orang itu adalah saudara kembar Diva.

"Suka-suka gue lah!" jawab Dava ketus.

"Biasa aja kali! Kan gue nanyanya baik-baik." Davi berdecak kesal.

Diva membuka matanya. Tepat di samping kiri dan kanannya ada dua laki-laki tampan berbeda rupa sedang beradu mulut.

Diva menatap bergantian kedua kembarannya dengan tatapan kesal. "Abang ngapain sih di sini? Ganggu Diva tidur aja!" omelnya ngedumel.

Tidur? Ya! Diva memang mudah tertidur jika suasana di sekitarnya nyaman. Bahkan dulu waktu SMP, Diva pernah tertidur di toilet cewek karena pada saat itu kantuk yang menderanya sudah level akut, ditambah cuaca saat itu sedang gerimis.

Dia tertidur hingga pelajaran terakhir. Untung saja waktu itu ada seorang siswi yang curiga dengan pintu toilet yang terkunci sedari tadi. Siswi itupun melaporkannya pada satpam yang ada di sekolah. Kemudian pintu itu dibuka paksa oleh satpam, didapatinya seorang siswi yang tak lain adalah Diva tengah tertidur pulas dengan posisi duduk di atas closet.

Siswi dan satpam itu sempat panik mendapati Diva yang diam tak bergerak. Saat satpam tersebut mendekatinya, akhirnya ia tahu jika Diva sedang tidur. Dapat didengar oleh satpam itu dengkuran halus dan deru napas Diva yang teratur.

"Ya gak papa. Abang kira tadi ada bidadari jatuh dari kahyangan. Karena Abang penasaran, Abang liat deh. Eh, ternyata bukan bidadari yang jatuh, malah anaknya mimi peri yang terdampar," ucap Davi sok polos sambil menyandarkan kepalanya di pohon.

"Garing!" seru Dava dan Diva bersamaan.

"Kriuk-kriuk dong."

"Bang Davi bisa diem gak sih?! Sakit tau telinga Diva dengerin Abang ngoceh terus!" omel Diva yang sudah jengah dengan ocehan unfaedah-nya Davi. Cowok tapi mulutnya cerewet kayak cewek!

"Terserah Abang dong! Mulut-mulut Abang kenapa Diva yang repot? Selagi ngoceh gak bayar, ya sah-sah aja," ujar Davi tak ingin mengalah.

"Berantem terosss!" tukas Dava yang sudah bosan setiap hari, di mana pun dan kapan pun jika mereka bertemu selalu bertengkar. Padahal yang menjadi masalah hanya hal sepele.

"Gak berantem gak seru! Saudara kembar itu harus sering berantem, gak kenal waktu dan tempat!" ujar Davi tersenyum bangga.

"Mulut lo dower! Bisa pecah gendang telinga gue denger kalian berdua berantem terus! Sekali-sekali akur gitu biar Abang kalian ini seneng."

"Ya jangan didengerin lah. Susah amat lo!"

Mata Dava mendelik menatap tajam Davi. "Lo ngajakin berantem, hah?!" seru Dava yang sudah tersulut emosi.

"Lah ayok! Siapa takut!" sahut Davi sambil mengangkat dagunya seolah menantang.

"BERANTEM TERUSSS!! SEKALIAN AJA SANA ADU JOTOS DI TENGAH LAPANGAN, BIAR DITONTON SEMUA ORANG!!" seru Diva bangkit dan berjalan meninggalkan kedua kembarannya.





Bersambung...

Next gak nih?
Jangan lupa tinggalin jejak ya teman-teman!!❤️



Kembar-Kembar SomplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang