18 - pantai dan senja

452 88 11
                                    

"serius ya, dim?! gue pokoknya pengen ke pantai!"

dimas terus berjalan tanpa ngerespon mulut makhluk disebelahnya. sedangkan wildan masih keukeuh kayak anak kecil.

udah ketiga harinya sikap wildan gini terus, muak juga.

"wil, kita udah kuliah. gaada waktu buat ke pantai atau semacamnya. gak sibuk bikin skripsi?"

bahu wildan diturunin dengan lesunya, "bentaran doang, dim~"

"astaga! udah berapa kali hari ini lo kayak gini!? gue lagi capek, wil. ngerti dikit gabisa?"

wildan ingin menangis, iya tau dimas capek. tapi kan..

"huhuu maafin gue~"

dimas ngebuang napas, "ajak bian sama daffa sana"

"maunya sama lo~"

sabar, sabar banget!

"kalo maunya sama gue harus nunggu, gue lagi banyak pikiran, wildan" jawab dimas lesu sambil ngusak rambut wildan.

wildan ikut sedih dengernya, apalagi mukanya dimas tuh minta dikasihani banget!

"lagi ada masalah?"

wildan ngedeketin wajahnya ke dimas dengan raut ditekuk.

"bukan apa apa. sorry gabisa-"

"ish dimas~ maafin gueee~~ gue nyusahin lo ya?"

lengannya udah ngerangkul dimas, ngasih ketenangan.

"pulang aja kita"

dimas ngelepas rangkulan mereka dan menggandeng tangan wildan pergi dari kerumunan mahasiswa.

keknya dimas beneran lagi banyak pikiran, pls itu juga jadi ganggu pikirannya wildan.

===








- 5 hari kemudian -

"lo masih gamau cerita? ish dimas! lo bakal kayak gini terus gitu ke gue!?" bentak wildan.

sedangkan cowo yang dari tadi kena semprot diem ngelamun dengan nyaman.

"dimas arkan prada-!"

"masih pengen ke pantai?" potong dimas cepat.

wildan ngebuang napas kasar, sekarang tuh bukan waktunya mikirin yang wildan pengen kalo mukanya dimas pucet banget.

"ayok, kita berangkat"

"kemana?"

"pantai"

jam 17.20 waktu setempat, disinilah mereka. dengan wildan yang cemberut dan dimas bersama senyum yang dipaksain dari tadi!

"dim-"

"gue mikirin lo, wil.

kita..."

wildan ngerutin alis, gak paham arah pembicaraan dimas yang tiba tiba serius.

"sorry gue gabisa cerita ke elo" mata dimas mulai berkaca kaca.

si wildan khawatir, dimas tuh gak pernah kayak gini mau gimanapun situasinya. tapi yang diliat didepannya sekarang, dimas udah terlalu rapuh.

"dimas, apapun masalahnya bagi ke gue. jangan dipendem sendirian kayak gini, elo bikin gue khawatir, dim"

wildan ikut cemas, meluk dimas erat banget kek gamau kehilangan. dia udah nangis sampe tubuhnya bergetar.

"maaf, maafin gue"

senja itu menyakitkan, dan mungkin dimas juga berpikir demikian. dia gak suka langit senja yang indah tapi sesaat. dia lebih memilih hujan mendung yang menyakitkan lalu diganti dengan langit ditemani pelangi. meskipun pelangi pun muncul sekejap tapi langit disekitarnya tak ikut menghilang.

jadi dimas membalas pelukan wildan lebih erat dan disitulah emosi dimas gak terkontrol. dia nangis untuk pertama kalinya. menangisi dirinya, menangisi mereka berdua dan menangisi senja..
















temen (younseok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang