27 - kamu

391 89 4
                                    

"dijodohin?"

terdengar suara wildan dibelakang sana dengan kaget, matanya udah berkaca kaca.

"eh kamu denger?"

wildan menatap dimas dengan tatapan sendu.

"kapan?"

"apa?"

"kapan wildan dijodohin, bunda!?" sentaknya.

"wil-"

"kenapa gaada yang bilang sama wildan soal ini?? wildan gamau!"

sebelum akhirnya keluar dari apart sambil banting pintu.

bunda menghela napas, mau nangis aja rasanya.

"dimas nyusul wildan dulu ya, bun. takut kenapa napa"


"wil, wildan!" teriak dimas manggil wildan.

wildan terus berjalan sambil sesekali ngusap airmatanya, sebelum balik dan lari meluk dimas erat.

"gue gamau, dim. gue gabisa"

"gue tau, tapi lo harus, wildan. jangan ngecewain orang tua lo kayak gini"

wildan menggelengkan kepalanya di dada dimas.

"gue.. gabisa.." lalu nangis sekenceng kencengnya.

wildan seakan ngeluarin semua yang dia simpen selama ini. cengkraman tangannya di punggung dimas semakin erat.

"rasanya nyesek, dim. gabisa nafas.. terus elo dateng. jadi harapan gue satu satunya, masa sekarang gue harus ninggalin lo gitu aja?"

dimas merendah, sejak kapan dirinya jadi harapan buat sosok didepannya?

"sekarang pun gue masih gabisa ngelepas pelukan senyaman ini."

"wil.."

"gue sayang sama lo.." kata wildan pelan, tangannya semakin erat meluk dimas.

si dimas tersentak, banget!

entah sejak kapan perasaan wildan ke dimas berubah, dia juga ragu. bibirnya bergetar gugup waktu ngutarain hal yang dirinya sendiri juga masih ragu dan bingung.

waktu seakan cepat berjalan, dia sama dimas udah puluhan tahun menyandang status sebagai teman. sebenernya, gak gampang ngubah perasaan gitu aja. tapi gatau kenapa semua berjalan semestinya.

termasuk perasaannya, mungkin emang semestinya harus gini dari dulu.

wildan udah menemukan rumahnya, rumah yang sebenernya. bukan lagi joan yang egois, bukan lagi bastian yang kasar.

rumahnya adalah dimas, dimas yang selalu jagain dan bikin wildan jadi manusia yang lebih baik dari kemaren. dimas yang dengan sukarela ngasih bahunya buat tumpangan wildan tiap hari. sentuhannya, tatapannya dan perkataannya yang nenangin wildan setiap saat.

dimas yang selalu ada buat wildan, apapun dan gimanapun keadaannya.












temen (younseok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang