26 - si calon

424 90 9
                                    

"elo orangnya?"

"dim-"

"lega gue, kedepannya tolong jagain wildan baek baek. doi orangnya agak ceroboh"

"gue baru ngerti maksud kak yuda hari itu. semua gabisa dipaksain, dimas. elo sayang sama wildan, dari dulu. awalnya, elo masih cuek sama perasaan lo sendiri. giliran dikasih percikan api kecil, perasaan lo udah mantep kalo elo beneran sayang. tapi lo juga maksa buat gak sayang sama dia"

rifki menjelaskan panjang lebar, dimas cuman nunjukin tatapan kosongnya.

"nyadar gak sih udah nyakitin diri sendiri?" tanya rifki.

"semoga lancar, ki. gue doain bakal langgeng" dimas bangkit dari duduknya.

"gak, gue gabakal jagain wildan kayak apa yang lo bilang."

"buat apa jagain wildan yang udah punya orang kek lo disebelahnya?"

"dua hari lagi gue berangkat ke london, yang harusnya jagain wildan itu elo. jadi gue gak perlu mikirin perjodohan gila kayak gini" lanjut rifki dan pergi dari sana.

sedangkan dimas mengacak rambutnya frustasi, "jancok jadi rumit gini cokk!"





mungkin udah sekitar seminggu yang lalu keluarga wildan dan keluarga rifki ketemuan. mereka sama sama sepakat ngejodohin anaknya karna satu, ortu rifki gamau rifki ngedown terus karna kepergian yuda. dua, ortu wildan yang berpikir anaknya harus nikah diusianya yang sekarang.

sesama pihak udah saling setuju, dua hari kemudian papa wildan pengen ketemu sama rifki. sopan banget kok anaknya, pasti bisa jagain wildan. kata pikiran papa.

rifki gak nolak, dia udah tau semua bakal kayak gini. pesan terakhir kak yuda sangat sangat membantu. mau gimana pun wildan gabakal bisa pisah sama dimas.



"loh bunda? ngapain kesini?" kaget wildan saat wajah bunda yang pertama dia liat waktu dia buka pintu apart.

bunda senyum dan masuk, "kenapa? bunda gaboleh jenguk anak bunda sendiri?"

"enggak. karna pasti ada apa apa"

"dimas mana?"

"keluar, gatau kemana. abis ini pulang kalik"

bunda hanya mengangguk, "mau bunda masakin apa?"

wildan mulai resah gundah karna bundanya tiba tiba baek gini gaada badai.

"kenapa sih, bun? ada urusan apa sama wildan?"

"urusan bunda gak sama kamu kok, sama dimas"

"ish sama wildan aja~"

ditengah rengekan wildan, dimas pulang. heran ada sepatu perempuan, dirinya masuk.

"dimas, sini."

"eh iya, bun"

"bantuin bunda masak"

wildan melongo gak percaya. ini ada paan sih sebenernyaa??

"wildan duduk aja nungguin di ruang tengah, jangan ganggu bunda lagi masak!"

"dih!"

setelah wildan pergi dari sana, bunda yang sibuk mengiris daun bawang membuka pembicaraan.

"lulus kuliah rencananya mau jadi apa, dim?"

"belom tau, bun. mungkin nerusin perusahaan keluarga" jawab dimas seadanya.

"bagus dong, gak perlu repot repot cari kerja. nanti kalo yordan udah lulus juga gitu kok"

dimas mengangguk dan ketawa kecil. bunda sempet diem lama banget.

"dimas, sekarang kamu udah gak perlu ada buat wildan. bunda udah jodohin wildan" ucap bunda tiba tiba.

"iya, bun. dimas ngerti kok"

"bunda bakal cariin apart buat dimas yang deketan si-"

"gausah, bun. dimas cari sendiri aja, nanti ngerepotin"

bunda tersenyum keibuan, "makasih ya, dimas. udah jagain wildan dari dulu. kalo gaada kamu, gatau nasib wildan kayak apa."

"sama sama, bunda."

"dijodohin?"

temen (younseok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang