4

5 1 1
                                    

Langit terlihat mendung. Sama seperti saat terakhir kesini.

Aku berada di taman itu lagi, duduk dibangku yang sama, hanya saja suasananya berbeda, tidak cerah seperti biasa.

Aku mulai mencium bau hujan, menandakan bahwa sebentar lagi akan ada air yang turun dari langit. Tapi aku tidak ingin beranjak untuk berteduh, entah kenapa aku hanya ingin duduk disini.

Benar saja, ada air yang mulai menetes di wajahku yang sedang menghadap ke langit, semakin deras dan mulai membasahiku.

Belum lama aku merasakan baju yang mulai basah, hujan berhenti, atau lebih tepatnya hanya berhenti mengenaiku karena aku masih bisa mendengar suara hujan yang jatuh membasahi bumi.

"Ra, lo ngapain hujan hujan disini" itu suara Eza, memayungiku dari hujan. "Ayo ikut gue" aku hanya menurutinya yang menarik tanganku entah kemana.

"Lo ngapain sih? Kalo udah tau mendung jangan keluar rumah tanpa bawa payung lah, lo mau masuk UGD lagi?" Ucapnya sambil menyerahkan handuk kecil yang dia ambil dari laci mobilnya.

"Sorry, lagi banyak pikiran jadi pengen aja hujan hujanan" jawabku asal.

"Ngapain? Hujan nggak akan jawab masalah lo" Eza mulai melajukan mobilnya perlahan menembus hujan yang semakin deras.

"Daripada hujan hujanan mending cerita" lanjutnya acuh

"Lo mau denger curhatan gue?"

"Nggak harus ke gue. Ke Sasy atau Heidi"

Serius. Seumur hidup gue nggak pernah ada cowok secuek ini kalau jawab pertanyaan.

"Ya liat aja nanti, ini mau kemana?"

"Kerumah Kay"

***

"Bro, lama amat lo." Ucap Kay setelah aku dan Eza memasuki rumahnya, "ohh.. jadi ngedate dulu nih sama Aira?" Ledek Kay setelah menyadari aku yang datang bersama Eza.

"Suka suka lo lah mikir apa" jawab Kay cuek dan langsung berjalan menuju sofa.

"Sorry ganggu acara kalian, habisnya tadi Eza langsung bawa gue kesini gara-gara liat gue hujan hujan." Aku merasa tidak enak, sekaligus kesal. Lagian udah tau punya janji kenapa pake bawa bawa aku kesini kan.

"Lah lo pengen masuk UGD lagi Ra? Baru sadar gue kalo baju lo basah gitu, pake kaos gue deh ya. Dan lo santai aja, kita cuma mau main game kok. Jadi, kita yang sorry kalo lo cuma bisa bosan dirumah gue" ucap Kay yang langsung beranjak mencarikan kaos untukku.

Dan benar kata Kay, satu setengah jam berlalu aku hanya bisa bosan dirumahnya, nonton anak cowok main game yang akupun nggak tau itu game apaan. Akhirnya setelah minta izin untuk berkeliling, aku pun mengelilingi bagian dalam rumahnya. Rumah sederhana yang terlihat nyaman, banyak foto tergantung di dinding ruang tengah, aku memperhatikan foto itu satu persatu, hanya ada foto Kay. Mataku tertuju pada fotonya dengan jas abu abu, terlihat sangat rapi.

Ternyata kalau pakai jas rapi gitu Kay ganteng juga ya, pikirku.

Tapi kalo diperhatikan lagi, kenapa terlihat familiar ya?

Dimana aku melihatnya?

Mirip foto artis kah? Muka Kay emang tipikal muka artis banget sih, putih, mulus glowing, ganteng, stylenya juga mewah gitu.

Kalau ditambah sifatnya yang humble dan humoris sih fix cowok idaman banget.

Setelah pusing memikirkan foto itu, aku pergi ke dapur untuk membuat minuman, sekalian saja aku membuatnya untuk kami bertiga.

Oh iya!

Tiba tiba aku teringat foto yang ku lihat di Coffeeshop

Hanya mirip, atau waktu itu memang fotonya Kay?

Tapi terlihat sama persis, atau ingatanku yang buruk?

Tapi pakaiannya, latar fotonya, dan wajahnya seingatku sama.

Ah sudahlah.

"Kay, lo tinggal sendiri?" Tanyaku setelah mereka selesai bermain selama tiga jam tanpa henti. Untunglah manusia di mimpi ini juga membutuhkan makanan, jadi pada akhirnya akan berhenti ketika perut mulai meronta.

"Yoi, Aira nggak nyaman ya dirumah gue sepi gini?"

"Engga, gue juga biasa sendiri kok" ucapku mengingat aku adalah anak tunggal yang selalu ditinggal orang tua, "emangnya orang tua lo kemana?"

Dan sesaat setelahnya aku menyesali pertanyaanku.


===

Terima kasih sudah membaca ceritaku sejauh ini

Maafkan segala kekurangan dalam penulisan dan ceritanya yang mungkin terlalu mainstream yaa..

Dream CatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang