Setelah sekian lama aku nggak melihat Eza, dia tiba-tiba datang kerumahku, bahkan dia kaget karena aku berada dirumah. Tapi lucunya, kenapa dia harus kaget melihatku berada dirumahku sendiri, bukankah harusnya aku yang kaget? Darimana dia tau rumah ini?
"Ra, Eza diajak masuk dong, jangan malah bengong disana"
Ternyata Eza datang untuk memberikan sekotak cake buatan mamanya, dan setelah itu dia langsung pamit. Sebelum dia melangkah keluar rumahku, aku mencegahnya
"Za, lo tau rumah gue darimana? Perasaan gue nggak pernah cerita?" Tanyaku, yang bahkan sejujurnya juga tidak tau alamat rumah ini.
"Aira lupa ya? Eza sama Aira kan waktu kecil suka main bareng. Jelas Eza tau rumah ini, kita juga satu komplek" Sahut Papa heran, "Jangan bilang kamu juga lupa rumah Eza?"
Aku hanya bisa bengong, entah apa benar yang sedang ku dengar saat ini. Tapi aku juga tidak ingat jelas apa yang pernah aku mimpikan saat kecil, apa aku sudah pernah berkeliling dunia mimpi ini sejak kecil? Dan bertemu semua teman temanku? Karena sejak awal aku bermimpi tentang tempat ini yang aku ingat hanyalah taman itu.
"Itu udah bertahun-tahun yang lalu, Om. Eza juga sebagian besar lupa." Jawab Eza sedikit canggung, "Eza pamit dulu"
Aku pun hanya melihatnya keluar dari pintu rumahku.
***
What the f...
"Gue kesiangannnn" ucapku dan langsung berlari untuk bersiap berangkat ke kampus.
Sesampainya di kampus, untung saja dosen belum datang. Sayangnya hari ini aku tidak sekelas dengan Naya, dia berada dikelas mata kuliah lain.
Setelah berjam jam mengikuti kuliah, akhirnya jam menunjukkan pukul 11.40
2 kuliahku hari ini telah usai, dan ini saatnya pulang. Baru saja aku memasuki mobilku, aku teringat akan rencanaku kemarin. Segera aku menghubungi Sani
Aileen : Oy san, sibuk ga lo?
Tidak ada 1 menit, dia langsung membalas
Sanica : Oy, lg nugas, napa? Mau curhat lo?
Aileen : Bukan mau curhat
Aileen : Jadi gini..
Aileen : Gue
Aileen : MauSanica : Apaan njir, buruan :(
Aileen : haha.. Gue mau tanya tentang sepupu lo, si Deri itu kuliah dimana? Gue perlu ketemu
Sanica : Hah? Lo suka dia ra?!!
Sanica : Kok sampe mau ketemu, kontaknya aja nih gue kasih
Sanica : Sent you a contactAileen : Gue ga suka njir :(
Aileen : Ada hal penting yg harus gue omongin ke diaAkhirnya Sani memberitahuku keberadaan sepupunya. Dan gue baru tau kalo ternyata akan serumit itu hanya untuk bertemu, karena Deri udah lulus kuliah dan bekerja sebagai CEO perusahaan ayahnya. Tapi tekadku sudah bulat, aku tetap harus mencari tau kebetulan ini.
***
"Ada yang bisa saya bantu?" Ucap seorang resepsionis.
Aku terlalu fokus mengagumi gedung perkantoran yang sangat besar dan mewah ini, sulit ku percaya bahwa CEOnya masih seumuranku.
"Ah iya, saya mau bertemu--" untuk sesaat aku bingung harus memanggilnya siapa, "bertemu pak Deri..an" hampir saja aku hanya menyebut nama panggilan dari Sani.
"Apakah sudah ada janji temu?" Tanya resepsionis itu.
"Ah belum, saya diminta datang oleh sepupunya, Sanica Angel Derian." Ucapku asal, padahal aku saja yang nekat untuk tetap datang kesini.
Resepsionis itu menggunakan telefonnya, sepertinya akan menelfon ruangan si Deri itu. Setelah beberapa saat, ternyata permintaanku bertemu ditolak. Sepertinya dia pikir aku adalah gadis yang akan di jadikan teman blind date, mengingat itulah kerjaan Sani.
Jika melalui resepsionis tidak berhasil, maka aku akan menelfonnya sendiri. Aku mendial nomer yang diberikan Sani. Cukup lama aku menunggu
"Halo?" Suara yang tak asing terdengar, dan aku semakin yakin dia adalah Kay.
"Umm.. hai, gue temennya Sani yang ada di--" belum selesai aku berbicara, telfon pun ditutup. Sebenci itukah dia terhadap rencana blind date Sani?
Akupun mengiriminya pesan, tidak peduli dibaca atau tidak, tapi setelah itu aku akan menunggunya di cafe seberang kantor ini
Aileen : Gue mau ngomong soal Kay, gue tunggu di cafe seberang
To the point.
Takut takut dia akan langsung mengabaikan jika aku basa basi seperti tadi. Aku pun langsung pergi ke cafe seberang, karena sesungguhnya aku juga lapar. Belum lama sejak aku duduk dan membaca menu, dering hpku terdengar.
"Lo dimana?" Suara yang tidak asing, tapi kali ini terasa dingin. Aku melihat kearah sekitar, dan melihat seorang pria yang ku tunggu-tunggu baru saja memasuki cafe
"Kanan lo" jawabku sambil melambaikan tangan. Dia melihat kearahku, diam sejenak, hingga akhirnya mendatangi mejaku dan duduk berhadapan.
Aura dingin terasa darinya. Tidak seperti Kay yang aura hangatnya selalu membuatku nyaman ketika bercanda dengannya. Apakah dia benar Kay? Kenapa berbeda? Tapi dia langsung datang ketika aku menyebut nama Kay.
Sebaiknya aku mulai menggali lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher
RomanceBerawal dari orang-orang yang ku temui di mimpiku. Belum pernah bertemu, tetapi mimpiku selalu tentang mereka. Dan berakhir dengan perasaanku terhadap seorang diantara mereka, yang ku sadari bahwa dia tak akan pernah bisa ku gapai. === Update seming...