Penasaran

20 2 0
                                    

Sekedar mengingatkan, jangan lupa voment plus follow (bagi yang belum) author ya teman-teman 😊

||
||
||
||
|||||||
||||||||||||||||||
|||||||||||||||||
||||||||||||||||
|||||||||||||||
||||||||||||||
|||||||||||||
||||||||||||
|||||||||||
||||||||||
|||||||||
||||||||
|||||||
||||||
|||||
||||
|||
||
|

Sejak Egha berkunjung semalam, setelahnya aku ga bisa melanjutkan tidurku. Egha minta aku untuk kasih tahu dia kalo Damar macem-macem. Tapi Damar minta aku ga kasih tahu Egha tentang kesepakatan antara kami.

"Jadi aku harus gimana? Egha jelas sahabat ku. Rasanya buruk kalo aku ga kasih tahu dia. Tapi kalo aku kasih tau, Damar ngancem ga akan lepasin Egha gitu aja. Ah...aku bener-bener bingung."

Karena scorsing yang aku dapat, dan semua teman-temanku pergi ke kampus, terpaksa aku hanya bisa menghabiskan waktu di rumah.

"Mytha sama Egha lagi ngapain ya di kampus? Seharusnya saat ini mereka masih di kelas."

Menyebut nama Egha, membuatku teringat saat dia menyebut nama Rena. Siapa sebenarnya si Rena ini? Mimpi apa Egha sampai deras keringat dinginnya mengalir saat seharusnya dia merasa kedinginan?

Yang jelas, setelah bangun dari mimpinya, Egha kaya orang yang ketakutan. "Apa hubungannya Egha dan si Rena itu?"

Setelah lama berpikir, aku memutuskan untuk menyelidiki keterkaitan antara Egha dengan seseorang bernama Rena ini. Tinggal kupikirkan bagaimana caranya. Karena ga mungkin kalo kutanya langsung ke si tersangka utama.

"Non Ara mau sarapan sekarang?"tanya bi An tiba-tiba sampai membuyarkan pikiranku.

"Ah, bi An. Sejak kapan di situ?"

"Hehe... Bibi dari tadi juga mondar-mandir di sini non."

"Oh gitu. Tadi bibi nanya apa ya? Ara ga konsen."aku cuma nyengir sambil garuk-garuk kepala yang ga gatel.

"Non Ara mau sarapan sekarang?"bibi An tersenyum. Sepertinya salah paham dengan apa yang kupikirkan.

"Boleh bi. Tolong siapin ya. Sebentar lagi Ara masuk."

Setelah pamit, bibi An kembali ke dalam untuk menyiapkan sarapan.

***

Sementara itu di kampus, selepas kuliah selesai, Egha dan Mytha sedang berdiskusi tentang bagaimana cara mereka mencari cara untuk membuktikan, bahwa bukan Ara pencuri soal-soal ujian.

"Gimana menurut kamu Gha? Udah ada tersangka belum? Kalo blm, kita ga akan bisa mulai penyelidikan."

Tapi Egha cuma diam, masih berkutat dgn pikirannya.

"Woi Gha!"Mytha yang gemas karena Egha bukan jawab pertanyaannya tapi malah bengong menjewer telinga Egha sampai merah padam.

"Aaahhh..."jerit Egha nyaring. "Sakit Myt."sambil mengusap-usap telinganya yang terasa panas.

"Lagian. Kamu serius ga sih mau bantu Ara?"

"Ya serius lah. Kalo ga, ngapain aku masih di sini sama kamu? Mending aku latihan."

"Nah itu tau. Trus ngapain dari tadi bengong?"

"Oh itu, aku lagi mikir baiknya gimana. Oya, kamu tanya apa tadi?"

"Kamu punya tersangka ga?"

"Tersangka? Ah iya, kalo ga punya, kita ga akan bisa mulai penyelidikannya kan?"

"Dari tadi juga aku ngomong gitu." Mytha bersidekap kesal.

"Haha... Iya sorry Myt." Egha malu dan tanpa sadar menggaruk kepala belakangnya yang ga gatel.

"Jadi, kamu udah punya?"

"Setelah kupikir, ada beberapa sih. Coba kamu pikir, siapa yang paling diuntungkan kalo Ara dapet hukuman paling berat. Di DO mungkin?"

Mytha keliatan berpikir dengan sangat serius untuk beberapa saat. "Oh... Dian!"ujar Mytha tiba-tiba.

"Binggo."

"Tapi tunggu, kayanya ada satu orang lagi ga sih?"

Egha memiringkan kepalanya dengan tiba-tiba. "Seorang lagi?"

"Iya. Ada seorang lagi yang mencurigakan."

"Siapa?"

"Hadeuh... Siapa lagi. Erika mantan kamu." jawab Mytha gemas lagi.

"Ah iya. Aku lupa." masih dengan gaya khasnya.

"Tersangka udah didapat. Meski kalo dilihat, dari karakter mereka yang kutahu, rasanya agak susah membayangkan mereka berdua bisa kerja sama. Tapi ga ada yang ga mungkin kan?"

"Aku juga setuju. Meski ga mungkin, tapi kayanya aku punya ide deh."

"Oya? Apa idenya?"

Egha melihat ke sekelilingnya. Memastikan ga ada yang cukup peduli dengan apa yang mereka bicarakan atau khawatir seseorang akan mencurigai mereka.

Setelah yakin situasi cukup aman, Egha minta Mytha mendekatkan telinganya, lalu berbisik.

Selesai mendengarkan rencana Egha, Mytha terkejut sesaat. "Serius Gha mau pake cara gitu?" Dari tampangnya, Mytha terlihat seperti ragu dan sedikit takut.

Berbanding terbalik dengan ekspresi Egha yang justru terlihat yakin dengan cengiran khasnya dengan kedua alis terangkat bersamaan beberapa kali.

Beberapa detik kemudian, "Aku setuju ide kamu Gha." Mendadak mereka nyengir licik bersamaan.

*
*
* Maaf ya kalo ceritanya bikin bosen, banyak typo, atau ga nyambung. Kritik dan saran ditunggu. Harap menggunakan bahasa yang sopan dan tidak kasar. Terimakasih

*To be continue*

Summer Field 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang