Hari ini Awan menjemput ku untuk berangkat sekolah bersama. Memang Awan saja yang sering mengantar jemput ku, ya karena aku tidak terlalu dekat dengan siapa pun kecuali Awan dan Hara. Pernah beberapa waktu lalu Clarissa melabrak ku sangkanya aku adalah pacarnya Awan padahal bukan, haha ku akui Clarissa memang lah gadis yang cantik, tinggi dan putih.
Clarissa juga seorang model sebuah majalah remaja dan seringkali menjadi bintang iklan, tak heran jika banyak yang menyukainya. Posesif dan egois adalah sifat unggul darinya, semua yang ia mau harus ia dapatkan begitu kata teman-teman sekelasnya termasuk kepada Awan juga. Pernah suatu kejadian saking Awan jengkelnya ia sudah muak dengan kelakuan Clarissa, ia membentaknya di hadapan umum tepatnya di gedung olahraga saat selesai pertandingan basket antar sekolah, Clarissa mengancam siswi lain yang mencoba memberikan hadiah untuk Awan karena mencetak skor dan memenangkan pertandingan.
"..... awas ya!! Kalo Lo berani kasih hadiah ini ke Awan, Lo pikir Awan bakal terima hadiah murahan lo gitu, mimpi! (membuang hadiah itu ke sembarang arah) dan kalo lu beneran berani kasih ini ke Awan, gua gak akan segan-segan-" Awan yang mendengar percakapan tersebut langsung menghampiri Clarissa
"gak segan apa ha?" Clarissa langsung diam saat Awan datang terlihat dari raut wajahnya tegang, Awan mendekati wajahnya yang kini hanya berjarak sejengkal diantara keduanya
"inget! Lu bukan siapa-siapa gua, lu nggak berhak ngelarang siapapun buat deketin gua, lu itu cuma parasit, ngerti?" Ucap Awan dengan lembut, Clarissa hampir menangis dibuatnya
"Terkadang seorang laki-laki harus menyakiti hati seorang perempuan, karena apa? agar sadar bahwa mencintainya bukan suatu hal yang benar, dan jatuh kedalam jurang lebih dalam lagi" lanjut Awan
"Oh ya, makasih ya buat hadiahnya" seraya mengambil hadiah itu dan memberikan senyum untuk siswi tadi. Clarissa malu bukan main pasalnya seluruh tim basket menyaksikan kejadian tadi, 'tapi itu tidak akan membuat ku goyah Awan'
"Gila kata kata lu tadi, mantap" ucap Ranu sambil merangkul Awan dan bergegas keluar, "iya lah, Anka yang ngajarin gua bikin kata-kata"
"Oh, Anka" ucap Clarissa dengan senyum jahatnya.---
Sejak saat itu Clarissa selalu menaruh curiga padaku selalu dan setiap saat terlebih sekarang Awan mengantar-jemput ku. Kini kami berdua sudah sampai disekolah, saat berjalan menuju kelas semua orang melihat ku dengan tatapan sinis,
"sudah, jangan dipedulikan" kata Awan dengan santainya memasukkan tangannya di kantong jaket. Huh, pekik ku
Sesampainya dikelas aku langsung menghampiri Hara
"Anka, janji cerita kemarin mana? Hehe" memang Hara ini orangnya sangat kepo dan entah darimana dia tahu aku jalan dengan Awan, aku menceritakan semuanya kepada Hara,"Kalian cocok jika menjadi sebuah pasangan, kalau saja" kata Hara, "sepertinya Awan tertarik padamu" lanjutnya lagi.
"Ah, mana mungkin dia kan sahabatku dari kecil, lagi pula dia sudah ku anggap seperti kakak ku sendiri" tegas ku malah dibalas tawa cempreng Hara, haduh anak ini. perkataan Hara terus-terusan terngiang di kepalaku rasanya aneh tapi bagaimana mana kalau ini benar terjadi?
TIDAK MUNGKIN!, Aku memanglah bukan seorang yang optimis dan banyak berharap yang muluk-muluk karena ibuku mengajarkan kita hidup harus realistis tidak usah menuntut diluar kemampuan kita, tapi di sisi lain aku juga butuh seseorang untuk menemaniku saat ini rasanya cukup bosan jika sendirian terus. gimana nanti deh.
Hara juga sudah memiliki pasangan, tapi pacarnya itu orang Jepang. Mereka LDR sudah cukup lama tapi ku doakan semoga langgeng. Nyatanya sedari tadi Awan memperhatikan sekaligus menguping pembicaraan Hara dengan Anka,
"Andai saja kamu sadar An, dari dulu aku sudah mencintaimu, walaupun kamu itu sahabatku sendiri" ucap Awan dalam hati dengan sangat amat berharap.
"Awan! dicari Ranu tuh didepan" suara siswi tadi membuyarkan lamunannya, Awan bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Ranu, Oh ternyata dia tidak melainkan bersama tim basketnya, "tim kita dipanggil kepala sekolah" ucap Ranu.
•••••
"Asik ya, dipanggil pak kepala sekolah dari pagi sampai istirahat, jadi ini yang dinamakan bolos tanpa masuk BK" kata Alvian salah satu anggota tim basket,
"Kapan lagi?!" sahut Rehan sambil menyomot makanan milik Alvian
"Wan, dari tadi kok diem aja?" Tanya Ranu,
"iya nih si Wawan diem aja" sahut lainnya. Awan tidak menggubris pertanyaan itu dia sedang tidak mood, terbersit perasaan tidak enak terhadap sesuatu yang akan terjadi. Sudah cukup lama Awan dan teman-temannya di kantin, menghabiskan uang, dan menambah lemak jenuh. Terdengar kegaduhan dari lapangan utama disekolah, teriakan histeris tak lama bergema, dua orang siswi datang dengan napas tersengal-sengal.
"Aa-wa-a-n, ii tu Ann kaa" katanya sambil menunjuk ke arah lapangan utama dengan napasnya yang belum teratur, sontak Awan segera bangkit setelah mendengar nama Anka disebut dan berlari menuju kesana di ikuti teman-temannya yang lain. Banyak kerumunan siswa siswi mengerubungi tepi lapangan, mereka semua tegang, shock dan kaget akan apa yang terjadi.
Awan mendesak memasuki kerumunan itu, namun terhalang dengan siswa lainnya, Akhirnya dia berhasil melaluinya. Hara menangis dan teriak histeris lalu pingsan saat melihat keadaan Anka sahabatnya. Awan hanya terdiam tubuhnya kaku, tangannya bergetar, lemas tak berdaya melihat kejadian ini badannya terhuyung ke tanah menangis sejadi-jadinya tanpa peduli sekitarnya.
Apa yang terjadi? Aku masih tidak mengerti, apa dia sengaja melakukannya? atau seseorang yang sengaja?
beribu pertanyaan memenuhi pikiran Awan.a/g : kritik & saran silahkan komen
Vote untuk mendukung cerita ini lebih lanjut!
KAMU SEDANG MEMBACA
ANKAVA
Romance"Aku...aku yang akan menjagamu dan aku sebagai jaminannya" dengan begitu Haruskah ku menerima ini?? tapi bagaimana dengan nasibku nanti, apakah harus berakhir tragis seperti ayahku?