Four.

42 8 2
                                    

• i lose interest when i get ignored •

Sepanjang perjalanan elvan selalu berusaha menciptakan obrolan. Namun, tampaknya memang kara yang tak bersahabat. Ia hanya diam tak menggubris ucapan elvan.

Berkali-kali elvan menghela nafas gusar. Gadis ini sosok yang ceria kepada orang lain,namun sulit ditakhlukkan olehnya.

"Lo kelas ipa atau ips?" Tanya elvan masih berusaha. Lagi, tak ada jawaban dari orang yang ditanya.

Elvan melirik kaca spionnya, diperhatikannya kara sedang tersenyum kepada orang-orang yang berlalu lalang. Seperti mereka sudah akrab. Melihat itu, entah mengapa elvan pun ikut tersenyum.

Baginya,biarlah pertanyaannya tak di gubris asal kara tak duduk murung di belakangnya.

Sesampainya disekolah, kara buru-buru turun dari motor milik elvan. Ia mengeratkan topi putih kesayangannya. Ya,memang sedari ia berangkat tadi pagi, ia sudah mengenakan topi tersebut.

"Thanks." Ucap kara lalu pergi begitu saja. Ia berjalan sangat cepat. Mungkin ia takut telat.atau, ia takut ada yang melihatnya datang bersama elvan.

Elvan menggeleng pelan melihat tingkah lucu kara.

***

"Aduh, zi,va. Gue pikir, gue bakalan telat. Ini kenapa guru belum pada masuk?" Tanya kara ketika sampai di bangkunya.

"Ini guru-guru mau kedatangan tamu dari dinas sih katanya,dadakan. Jadi kayanya pada siapin keperluan buat ketemu sama orang dinas deh." Jawab iva,kara mengangguk-angguk paham

"Lo kok tumben sih bisa dateng jam segini? Telat bangun?" Tanya zia.

"Ya elah zi,karamel ini mana pernah telat bangun kali." Sanggah iva cepat.

"Rantai sepeda gue tadi putus,yah jadi telat gini deh. Mana sepeda gue masih di bengkel lagi." Jawab kara.

"Loh? Terus lo berangkat sama siapa?" Tanya iva.

"Tadinya sama kenzo ke bengkel ter-"

"Whattt? Kenzo temen kerja lo yang punya lesung pipi itu? Yang manis bin kece itu? Yang anak husbang?" Teriak iva histeris, zia terkekeh melihat reaksi sahabatnya yang satu itu, heboh jika membahas pria.

Kara meletakkan kedua tangannya pada kedua pipi iva,lalu menekannya hingga bibir iva maju.

"Aduhhh,sahabat gue yang satu ini. Comel banget sih mulutnya." Ucap kara dengan kekehan lalu melepaskan tangannya.

Iva memijat-mijat pipinya yang terasa sedikit sakit akibat ulah kara tadi.

Zia menggeleng-gelengkan kepalanya melihat aksi kedua sahabatnya itu "Ya lo,kaya ga tau iva gimana aja." Kekeh zia.

"Terus-terus?" Tanya iva dengan semangat yang membara.

"Terus, dia nawarin nganterin gue. Iya gue tau sekolah kenzo searah sama kita,tapi kan sekolah kita lebih jauh dari sekolahannya kenzo,kalo dia muter balik yang ada dia telat dong." Jelas kara.

Zia menaikkan sebelah alisnya "So?" Tanya zia.

"Kemarin gue ditolong sama cowo waktu gue hampir kepeleset di depan toilet. Terus cowo kemarin itu ngeliat gue sama kenzo di bengkel jadi dia nawarin diri buat nganterin gue."

"Omg,langsung lo terima gitu aja tawarannya?" Tanya iva heboh.

"Enak aja,engga lah. Awalnya gue pikir lebih baik pake ojek online aja.Tapi apa yang dia bilang itu bener kalo gue naik ojek yang bakal telat itu gue sama kenzo. So,gue mau deh bareng sama dia."

UNDETECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang