Fourteen.

34 2 4
                                    

• You're the reason why i'm smiling, Even if my heart is burning •

Elvan menghela nafas setelah melirik jam berwarna navy yang melingkar di tangannya.

10 menit menunggu Kara, namun tak ada tanda-tanda hadirnya.

Elvan memajamkan matanya. Ia teringat pada hari sabtu lalu. Ntah dewi dari mana yang mendorong dirinya untuk berani tampil di muka umum. Baginya, itu bukanlah seorang Elvano Kevlar.

Lagu itu memang ia tujukan pada gadis yang beberapa waktu ini menyita perhatiannya, berkeliaran di pikirannya.

Seorang Karamel Grizelle. Tak ada yang tau betapa bahagianya Elvan karena mendapat senyum teramat manis yang memang jarang sekali Kara tujukan padanya.

Rasa gembira itu berubah ketika melihat Kara, memegang dahi Kenzo dengan khawatir. Setelah itu Kara pergi sembari menuntun Kenzo, tanpa melirik ke arahnya.

Sementara Elvan, tersenyum miris disela nyanyiannya melihat kepergian Kara yang bahkan ia belum selesai menyanyikan lagu yang khusus untuk gadis itu.

Kejadian yang membuatnya menahan amarah di dadanya, Kejadian yang membuatnya berani untuk mengantar Kara pulang.

Ya memang malam itu, dengan rasa khawatir Elvan meminta alamat Kenzo pada seorang karyawan yang duduk tak jauh dari panggung.

Ia menyusul Kara, lalu mengantar gadis itu pulang.

Tak ada suara selama perjalanan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, Elvan menahan mati-matian rasa cemburunya. Sedangkan Kara, sama sekali tak berniat mencari bahan obrolan.

Yang dikatakan gadis itu ketika sampai dirumahnya hanya 'makasih banyak El' disertai senyum yang tak seceria sebelumnya.

Seorang Elvan mendorong egonya sebagai pria yang dikenal datar, dingin serta irit bicara karena seorang gadis bernama Karamel.

Apa tak pantas, seorang pria yang memilik sifat dingin sepertinya merasakan yang namanya jatuh cinta? Atau merasakan rasa cemburu?

Atau ia hanya diperbolehkan merasakan rasa sakit hati? Entah la, semua seperti tak adil baginya.

Aroma lembut dari Hot karamel machiato masuk ke dalam indra penciuman Elvan, sontak ia membuka matanya.

Kara mendorong pelan segelas hot karamel machiato yang ditaruhnya diatas meja kearah Elvan. "Thanks for sat night." Ucapnya tulus.

Elvan melirik gelas yang diberikan oleh Kara, lalu berganti melirik kearah Kara.

"Ga ada racun sedikitpun." Ucap Kara meyakinkan.

Elvan diam, ia menggeser sedikit minuman tersebut lalu membuka bukunya.

"Ini uji kompetensi terakhir, 20 soal kaya biasa." Ucap Elvan yang langsung saja menulis sesuatu pada bukunya.

kara menggigit bibir bawahnya, sungguh ia takut ketika Elvan sudah datar seperti ini.

"Kenzo kemarin sakit,El." Ucapnya. Ntah angin apa tapi ia merasa harus menjelaskan tentang Kenzo malam itu.

Elvan menoleh, ia menaikkan kedua alisnya.

Kara menghela nafas "dia sakit makanya gue anterin dia balik, nyokapnya cuma kenal gue sebagai temen kerjanya El."

Kara menunduk "Maaf ga nonton perform lo sampe kelar." Lanjutnya, Ada sedikit rasa sesal dalam kalimatnya.

"Hey, it's okay." Ucap Elvan.

Elvan tersenyum "Gue tau itu urgen, gue gapapa kok." Ucap Elvan membongi dirinya sendiri.

"Lo takut gue marah,ya?" Tanya Elvan.

UNDETECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang