Bagian 1

16 2 1
                                    

Pagi ini ada ujian tulis Biologi, terjadi pada seluruh murid kelas XI. Oleh karena itu banyak siswa yang akan datang pagi-pagi sekali untuk belajar dikelas. Sebagian sih. Sebagian lainnya ada yang mintak contekan, buat kunci, ngintip soal di ruang guru. Semua mereka lakukan. Tidak terkecuali anak Mipa1, di kelas sudah ada Deno yang sedang membaca buku paket Biologinya dengan khusuk dan meminta untuk tidak diganggu dengn cara mendiamkan seluruh orang yang bertanya padanya. Paling dia hanya bicara. " jangan ganggu, aku lagi fokus!" itupun hanya pada Benny dan Iwan yang sekelas dengannya.

Dari belakang, sebuah telapak tangan menepis kepala Deno dengan keras. Itu memang menyakitkan, bagi siapapun yang megalami itu pasti menyakitkan. Bahkan Deno sendiri sebagai laki-laki mendesis kesakitan karenanya. Dan pelaku dari peristiwa menyakitkan itu tak lain Salsha bersama Vivi dan Yuna.

"Ngapain lo?. Rajin amat pagi-pagi." Katanya sambil duduk di depan Deno. Vivi dan Yuna pergi meletakkan tas.

" Ngak liat apa? Baca buku Biologi!" jawab Deno cutek. Ia tidak ingin diganggu oleh siapapu sekarang

" Ya elah, itu aja kok susah amat. Tinggal hafalan aja." Jawabnya sambil meletakkan tasnya dan kembali ke tempat Deno.

" Bagimu!, bagiku tidak!" pinta Deno sambil menatap Salsha yang duduk didepannya. Dari samping terdengar suara Yuna memanggil Salsha.

" Sa, kantin yuk" kata Yuna sambil berdiri disampingnya. " ngak belajar?" tanya Deno pada Yuna.' udah kemaren dirumah" sambung Vivi," makanya kalo mau ujian itu belajarnya dirumah, kayak Yuna." Katanya ke arah Deno. Deno hanya menghela nafas panjang dan kembali membaca buku.

" Lo berdua duluan aja, Gue kenyang." Jawab Salsha akhirnya yang membuat mereka pergi berdua. Setelah mereka pergi, Saalsha memutar buku Biologi yang dibaca Deno kearahnya dan melihat sekilas.

" yang mana yang ngak ngerti? Biar Gue jelasin" tanya Salsha yang membuat Deno terfokus pada pertanyaan yang muncul dikepalanya. Mereka sama-sama pintar,mereka berdua adalah bintang kelas, kelemahan Deno hanya pada Biologi dan PPKN, selainnya adalah keahlian Deno. Dan pada Salsha, hafalan adalah keahliannya. Mungkin ia menjadi juara dua dikelasnya adalah karena sifat buruknya saja. Padahal nilai ppknnya semua tinggi. Dan yang paling dibenci Salsha adalah Fisika.

Tak lama kemudian, iwan memanggil Deno yang sedang berusaha memahami penjelasan dari Salsha. Deno menoleh kebelakang, melihat iwan sedang berdiri di depan pintu Deno langsung berdiri dan pergi menemui Iwan tanpa menghiraukan Salsha yang duduk di depannya.

" Tumben akur dengan tu cewek." Kata Iwan membuka pembicaraan.

" Ngak tau tuh, dia aja yang ngajak belajar bareng. Mungkin Moodnya lagi baik kali" Jawab Deno menanggapi ocehan temannya. " Ada apa?" tanya Deno penasaran.

" Si Rudi No, dia ngak sekolah hari ini. Tadi pas mau berangkat sekolah, aku sempat kerumahnya untuk ambil buku.terus yang kutemui ibunya. Katanya Rudi sakit." Penjelasan Iwan berbelit-belit.

" Terus kenapa?" tanya Deno melanjutkan sambil melihat jam di dinding kelas bagian depan.

" Dia dikeroyok.! Jawab Iwan pendek. Dari matanya, terlihat jelas bahwa Deno terkejut bukan main. Iwan hanya menunduk kebawah sambil memandang Deno sesekali. Deno tidak bicara. Moodnya untuk belajar menghilang begitu saja. Sekarang hanya tatapan penuh kebencian yang ada pada diri Deno.

" Tadi aku ditelpon Rudi, lalu dia menjelaskan semuanya padaku. Sekarang dia sudah membaik, hanya perlu istirahat" Kata Iwan menenangkan emosi Deno. Dari samping Benny datang dengan membawa tas ransel hitamnya yang mewah sambil mendengarkan Iwan.

" Anak mana?" tanya Benny penasaran. Iwan menoleh ke arah Benny dan menjawab pertanyaan temannya itu.

" Anak cendawa, yang markasnya di jalan kartika, tapi aku ngak tau siapa ketuanya.".

Bel masuk sudah berbunyi, semua siswa masuk ke kelas masing-masing. Mereka bertiga bubar dan kembali ke kursi tempat duduknya. Sebelum bubar, Deno berpesan pada Iwan dan Benny. " Pendam aja masalah ini dulu. Jangan sampai teman-teman yang lain tau!, nanti kita ketempat Rudi pulang sekolah. Ok?" dan di setujui oleh Iwan serta Benny.

Sebelum Deno duduk, Dea yang dari tadi memperhatikan Deno bertanya dengan nada pelan dari tempat duduknya. Kebetulan Dea duduk di belakang Deno.

" Apa ada masalah Deno?" tanya Dea penasaran. Deno hanya membalasnya dengan senyum tipis sambil berkata pelan pada Dea. " Tumbuhan yang kami tanam di belakang, dekat Aula, diganggu banyak Hama" katanya dan beralih mengambil buku di dalam tas dan kembali belajar.

" oooh. " balas Dea.

Ketika bel tanda pulang dibunyikan, semua siswa membereskan bukunya dan bersiap untuk pulang. Guru mengucap salam penutup dan dibalas oleh para siswa kemudian semua keluar dari kelasnya masing-masing. Dea terburu-buru membereskan bukunya dan segara menyusul ke pintu depan ketika semuanya sudah pulang, dikarenakan tadi dia terlambat masuk ke kelas. Dia baru keluar dari ruang guru. Sesampainya dipintu gerbang, terlihat olehnya seorang cowok yang sedang berdiri sendirian. Dea menghampiri cowok itu.

" Deno?, belum pulang ya..." kata Dea disusul oleh senyum tipisnya

" oh Dea?, baru mau pulang. Kamu kok masih disini?" jawab Deno yang berbalik menanyakan Dea.

" aa.. Aku tadi dipanggil Wali kelas sebentar. Ya udah kalo gitu, barengan aja yuk." Jawab Dea yang membuat Deno menatapnya. Padahal Deno ingin pergi melihat Rudi yang kini lagi sakit. Namun permintaan cewek tidak bisa ditolak langsung pikirnya.

" Yang biasa jemput kamu, dia kemana?" tanya Deno memastikan kalo nanti Dea dijemput pulangnya. Dea yang dari tadi menatap jalanan yang sudah kosong beralih memandang Deno.

" Pamanku tidak bisa menjemputku hari ini, dia ke Padang." Jawabnya pelan. Dari arah belakang, datang Iwan dan Benny yang menyusul Deno.

" Jadi ngak Den?" Tanya Benny pada Deno. Setelah berfikir panjang, akhirnya Deno memutuskan untuk mengantarkan Dea pulang terlebih dahulu baru nanti dia menyusul Iwan dan Benny. Teman-temannya hanya mengangguk dan pergi. Sementara Deno pergi naik Bus bersama Dea. Sebelum naik Bus, Benny memanggil Deno sebentar untuk mengatakan sesuatu. Tidak penting sih, hanya pertanyaan iseng yang dilontarkan cowok kepada cowok.

" Woi Den, kenapa ngak lo pacarin aja si Dea sih?. Dia lumayan lo, udah cantik, pinter, baik, aktif di organisasi, dan yang lebih penting Gue rasa dia suka ama lo." Kata Benny yang membuat Deno berfikir sejenak.

" Iya juga sih. Ah nanti ajalah mikirin itu, dah pergi dulu" Pinta Deno dan langsung masuk kedalam Bus. Dari dalam Bus, Dea yang dari tadi menunggu Deno langsung bertanya pada cowok itu.

" Kalian mau kemana?" Tanya Dea penasaran.

" Kerumah Rudi, dia sakit." Jawab Deno sambil duduk didepan Dea.

" Lah kalo gitu, sekalian kesana aja. Aku juga pengen jenguk." Kata Dea dari arah belakang.

" Jangan sekarang ya.. aku mungkin akan lama disana. nanti kamunya telat pulang." Jawab Deno kembali. Dea hanya menuruti perkataan Deno dan menunggu Bus berhenti di terminal berikutnya. Dea mungkin sudah menjadi teman akrab Deno sejak mereka kelas XI. Itu ditandai dengan banyaknya interaksi Dea dengan Deno di kelas, apalagi kalau Salsha datang membully Deno, pasti Dea yang akan memarahi Salsha.

Setelah sampai, Deno turun bersama Dea dan pergi ke seberang Halte karena rumah Dea dekat jika berjalan kearah sana.

" Aku pulang dulu, makasih ya udah nganterin. Juga bilang ke Rudi semoga cepat sembuh!" Kata Dea sambil berjalan untuk pulang kerumahnya.

Deno menjawab perkataan Dea. " Iya makasih!" dan pergi lagi ke Halte untuk menunggu Bus berikutnya yang akan menuju Rumah Rudi. Setelah cukup lama menunggu, Bus datang dan berhenti di Halte itu. semua orang naik ke atas Bus termasuk Deno. ia pergi kerumah Rudi untuk melihat bagaimana keadaan temannya itu. Rudi juga anak kelas XI, namun tidak satu sekolah dengan Deno, biasanya mereka akan bertemu ketika pulang sekolah bersama dengan yang lainnya.

Maaf jika ada penulisan yang Typo...
Tunggu cerita selanjutnya ya, dan juga komentarnya supaya lebih baik kedepannya. Terima kasih telah membaca.

After School, When I Fall.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang